"Yoon, ayolah!"
Yoongi menatap Jimin dengan datar.
Sungguh, Yoongi merasa ingin menampar, kemudian menggunting dan membanting Jimin.
Apa-apaan ini?! Mereka sudah cukup beruntung menjadi satu kamar, seangkatan pula, dan bahkan sahabat dekat. Kurang beruntung apalagi?! Sekarang Jimin malah ingin menukar kamar?
"Tidak setiap hari aku bisa sekamar dengan Kookie hyung, Yoon," keluh Jimin kesal.
Oh iya, Yoongi hampir lupa. Park Jimin memang si bantet yang sedang bucin.
Yoongi menatap Jimin lalu menghela napas.
"Karena aku sahabat yang baik, kau boleh berada di kamarnya, tapi saat malam, kau tidur bersamaku," jelas Yoongi sambil beranjak ke atas kasur.
Mendengar penjelasan Yoongi, mata bulat Jimin berbinar. Tanpa banyak bicara, dia mengangguk cepat lalu segera berlari menuju kamar kekasihnya.
BLAM!
Yoongi hampir terkena serangan jantung mendengar dentuman pintu yang begitu keras. Dia akhirnya memutuskan untuk tidur tengkurap. Hidung mungilnya menghirup aroma melati yang menenangkan. Tak hanya elegan dan menawan, tapi kapal ini benar-benar bersih dan rapi. Perlahan, kantuk menyerangnya, dan tak lama kemudian, dia hanyut dalam tidurnya.
•••
"OH YA BEGITU?! SILAKAN BUAT SESUAI MAUMU!"
BRUGH...
"Ugh..."
Yoongi bergerak, terganggu oleh suara ribut itu. Tangannya tergerak mengucek mata kucingnya yang masih setengah terpejam. Berisik sekali.
"Ah, mianhaeyo, maaf telah mengganggu tidurmu."
DEG...
Suara itu.
Yoongi langsung terduduk, menatap seseorang yang kini duduk di atas tempat tidur Jimin. Orang itu balas menatapnya dengan bingung.
“Kau... baik-baik saja?”
Yoongi menatap tak percaya ke arah orang di sampingnya. Kenapa Taehyung ada di sini?!
Dia menarik napas dalam-dalam dan memperbaiki posisi duduknya, menepuk wajahnya dengan lembut. Ia ingin memastikan bahwa tidak ada air liur yang menempel sekaligus membangunkan dirinya dari sisa kantuk yang masih menggantung.
“Emm, iya, hyung. Maaf, tapi kenapa hyung ada di sini? Di mana Jimin?” tanya Yoongi, berusaha mengumpulkan keberanian untuk berbicara.
“Oh, Jimin? Dia sekamar dengan Jungkook, kan? Tadi dia memintaku untuk bertukar kamar karena kau katanya mengizinkannya tidur di sana,” jelas Taehyung sambil menyandarkan tubuhnya di ranjang.
‘Ck! Dasar Jimin bantet,’ gumam Yoongi dalam hati.
“Hm?” Taehyung menatap Yoongi dengan bingung.
Yoongi hanya tersenyum canggung dan menggeleng. Dia sudah membayangkan akan benar-benar mencekik Jimin nanti. Bagaimana bisa Jimin tega meninggalkannya sekamar dengan kakak kelas yang baru dia kenal selama... sehari?!
Tanpa sadar, Yoongi mengerucutkan bibirnya, menunjukkan rasa kesal yang justru mengundang perhatian Taehyung. Taehyung terkekeh kecil.
“Sudahlah, namanya juga bucin. Oh iya, maaf ya tadi suaraku membangunkanmu,” ucap Taehyung lembut, yang kemudian hanya dibalas anggukan oleh Yoongi.
Suasana pun menjadi canggung. Keduanya tidak tahu harus berkata apa, toh mereka baru saja mengenal satu sama lain. Bahkan belum sampai sehari!
Yoongi memainkan ujung selimutnya sambil melirik Taehyung yang sibuk dengan laptop tablet di pangkuannya. Apa benar anak SMA akhir bisa sesibuk itu?
Merasa tidak nyaman dengan kecanggungan yang menyelimuti, Yoongi akhirnya memberanikan diri untuk bicara.
“Hyung...”
“Ya?”
Yoongi terkejut. Telinga hyung ini seperti telinga gajah? Bagaimana bisa dia mendengar cicitan kecilnya?!
“Emm, maaf ya hyung, kalau lancang. Apakah tugas anak SMA sesibuk ini?” tanya Yoongi penuh penasaran.
Taehyung terkekeh ringan. Bahkan suara tawa ringan itu terdengar begitu menawan bagi Yoongi. Seperti yang dia duga, Taehyung memang di atas rata-rata.
“Oh, ini? Tidak juga,” jawab Taehyung, menatap Yoongi sejenak sebelum kembali mengetik sesuatu di laptopnya.
“Ini hanya pekerjaan sampingan. Aku berencana kuliah online sambil bekerja,” lanjut Taehyung, tetap fokus pada pekerjaannya.
Mata Yoongi membulat. Keren. Hanya satu kata itu yang melintas di pikirannya. Tae-hyung sudah memikirkan hal sejauh itu? Pekerjaan sampingan? Apa sih pekerjaan sampingan Tae-hyung? Kok pakai laptop? Apa dia hacker...?
Yoongi terdiam memikirkan tentang Taehyung dan pekerjaannya, sampai akhirnya Taehyung menyadari bahwa Yoongi tidak merespons penjelasannya tadi. Taehyung kemudian mengalihkan perhatiannya dari layar laptop ke Yoongi, yang tampak sedang melamun sambil bermain-main dengan selimutnya. Ia tertawa kecil, lalu menaruh laptopnya di atas meja samping tempat tidur.
“Hei, jangan melamun. Nanti kerasukan,” goda Taehyung.
Yoongi tersentak dan langsung menggaruk tengkuknya, merasa malu. Taehyung tersenyum tipis melihat itu.
“Maaf, hyung,” bisik Yoongi pelan, yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Taehyung.
“Ngomong-ngomong, Yoon...”
Yoongi mengangkat alisnya, menatap Taehyung yang kini duduk di ujung ranjang, menghadap ke arahnya.
“Kita belum berkenalan dengan baik, kan? Aku tidak suka suasana canggung, jadi ayo kita saling mengenal lebih jauh,” ucap Taehyung sambil tersenyum hangat pada Yoongi.
Yoongi hanya mengangguk malu-malu. Otaknya nge-blank mendapat senyuman semanis itu. Mana mungkin Taehyung setampan ini?
'SADAR YOON!' Yoongi menggeleng cepat, membuat Taehyung terkekeh lagi.
“Tenang saja, kau baru bangun, kan? Mari mulai dari nama dulu, ya?”
“N-ne, hyung.”
“Hmm, aku Kim Taehyung.”
“Salam kenal, Tae-hyung. Aku Min Yoongi.”
“Salam kenal kembali, Yoon. Nama kamu bagus ya,” ucap Taehyung sambil tersenyum.
“Kamsahamnida, hyung—”
“Tidak perlu terlalu formal, santai saja,” balas Taehyung dengan tawa ringan.
Malam itu, mereka menghabiskan waktu bercengkerama, mengenal satu sama lain lebih dalam. Mereka akan sekamar selama beberapa hari, jadi tidak ada salahnya. Namun, jika mereka sadar, sejak awal pun, mereka sudah merasa nyaman meski baru sehari mengenal. Seolah takdir sudah mempertemukan keduanya.
To be continued.