"Urghh..."
"HYUNG!"
Pisau yang tadinya tertancap di tubuh Taehyung ditarik paksa, membuat lelaki itu kesulitan menahan erangannya.
Di seberang sana, Yoongi memandang dengan tatapan ketakutan dan cemas. Tubuh mungilnya ditahan oleh dua lelaki besar, yang Taehyung yakini adalah orang yang sama yang sebelumnya membawa gerobak ke ruangan ini.
"Haha, dengan begini, kalian akan lebih sulit untuk melarikan diri," tawa Vi puas, sambil memberi perintah kepada anak buahnya untuk melepaskan Yoongi dan Taehyung.
Begitu cengkeraman di pundaknya melonggar, tanpa berpikir dua kali, Yoongi segera mendekati Taehyung, menariknya ke dalam pelukan hangat yang bahkan ia sendiri tak tahu apakah itu akan membuat Taehyung merasa lebih baik atau justru sebaliknya.
"H-hyung... hikd..."
Butiran air mata mulai jatuh dari mata kucing Yoongi saat ia membaringkan kepala Taehyung di atas pahanya, mencoba memeriksa luka tusukan di sisi kiri perut Taehyung.
Pakaian Taehyung tampak basah dan berbau amis darah, membuat Yoongi merasa semakin bersalah karena tak bisa melindungi hyung-nya.
"Yoon..."
Tangan besar Taehyung, yang biasanya hangat, kini terasa dingin. Tangan itu mengusap air mata yang membasahi pipi Yoongi, dan sebuah senyum tipis terlukis di wajahnya.
"Tidak apa-apa, k-kita akan menemukan jalan keluarnya... bersama. Seperti b-biasanya," ucap Taehyung dengan suara yang lemah dan terbata-bata.
Yoongi tak berkata apa-apa, hanya membalas senyuman Taehyung dengan senyuman manis, seraya mengangguk setuju.
Vi, yang melihat pemandangan itu, hanya memutar matanya dengan malas, lalu memberi isyarat kepada anak buahnya.
"Bawa mereka ke bawah. Gabungkan dengan yang lainnya. Upacara penumbalan dimulai malam ini," perintah Vi.
Dengan cepat, anak buah Vi mencengkeram kasar lengan Yoongi dan Taehyung, membuat Taehyung merintih kesakitan karena luka tusukan yang masih segar.
"J-jangan kasar pada hyung, kami tak a-akan lari lagi," ucap Yoongi tersengal, berusaha menahan tangisnya.
Vi terkekeh kecil.
"Pfft... Sudah, sudah. Dengar anak itu? Jangan kasar pada hyung-nya. Setidaknya kabulkan satu permintaan terakhirnya sebelum kepalanya menjadi hidangan raja malam ini," ucap Vi sinis.
"Baik, Tuan Vi," jawab salah satu anak buahnya.
Vi segera pergi untuk menyiapkan hal-hal lain bagi upacara penumbalan yang akan segera dilangsungkan.
"Cepat bergerak, atau kekasihmu akan menerima akibatnya," ancam salah satu anak buah Vi.
Dengan berat hati, Yoongi mengikuti perintah itu, matanya tak pernah lepas dari Taehyung yang berjuang keras menyamakan langkahnya diapit dua pria besar di sampingnya.
•••
Krek...
BRUGH!
"Menyusahkan..."
Drap... Drap... Drap...
Setelah tubuh mungilnya dilempar kasar dan jatuh mengenai batu, para lelaki besar itu segera pergi melalui lubang gua yang berbeda.
Tanpa membuang waktu, mata kucing Yoongi segera mencari sosok Taehyung. Rambut biru tua Taehyung nyaris menyatu dengan gelapnya tempat mereka ditahan.
Yoongi dengan cepat merangkak mendekati Taehyung, membantu hyung-nya agar bisa bersandar di pahanya.
"H-hyung..."
"Hyung... t-tak apa. Yoongi... tak apa?" tanya Taehyung pelan sambil menjulurkan tangannya, meraba wajah adik kelasnya yang terlihat begitu manis di matanya saat ini.
Sial, bahkan dalam situasi seperti ini, Taehyung masih sempat memuji pujaan hatinya. Jejak air mata di pipi Yoongi dan tatapan mata kucingnya yang merah justru membuat hati Taehyung berdesir kencang.
Yoongi mengangguk, membiarkan pipinya tenggelam dalam telapak tangan besar itu, sesekali mengecupnya.
"S-syukurlah..." ucap Taehyung lega, berusaha menyembunyikan rasa sakit yang ia tahan.
Srek...
Srek...
Suara samar membuat Taehyung dan Yoongi terkejut. Dengan cepat, Taehyung mencoba duduk, melindungi Yoongi di belakangnya.
"S-siapa? Urgh..."
"Tae? Kau masih hidup?"
To Be Continue