"Sial."
Mata Taehyung membulat ketika ia mendapati jalan masuk ruangan itu dipenuhi beberapa orang asli pulau, suku penyembah ilmu hitam. Ia berusaha mengamati setiap sisi dan sudut ruangan. Benar-benar mengerikan!
Ruangan itu penuh darah dan sisa-sisa pengorbanan, termasuk potongan tubuh manusia yang disimpan di dalam tong kayu. Terdapat berbagai benda tajam dan tungku besar yang berada tepat di tengah ruangan. Di belakang tungku itu terukir sosok mengerikan yang diyakini para penduduk sini sebagai entitas pemberi kemakmuran dan kesejahteraan.
"Ubi est is? (Di mana dia?)"
Suara seseorang yang mendekat membuatnya harus menghentikan sesi 'mengamati ruangan tumbal'. Dengan gesit, Taehyung bersembunyi di balik deretan tong kayu berisi potongan tubuh manusia.
'Mengapa begitu banyak orang?' batinnya.
Apakah mungkin mereka melihat Yoongi dan memenuhi ruangan ini untuk mencarinya?
Taehyung menghela napas. Yoongi pasti ada di sini, dan jika siluman kucing itu belum tertangkap, ia pasti bersembunyi layaknya dirinya sekarang.
Taehyung terdiam sejenak, memandang sekeliling. Di ruangan ini, tempat bersembunyi terbaik hanya ada di antara tong kayu. Yoongi pasti ada di balik tong-tong kayu ini.
Ia menghela napas lega, sedikit memuji kepintarannya di saat-saat seperti ini. Sempat-sempatnya, ya!
Klik...
Taehyung mengeluarkan pisau lipatnya dan mengambil posisi jongkok. Ia melakukannya untuk memastikan dirinya tetap tersembunyi dan meminimalkan suara yang dihasilkan.
Drap...
Drap...
Drap...
Nihil, langkah demi langkah, tong demi tong, namun tak ada tanda-tanda Yoongi.
Apa Yoongi sudah keluar dari bangunan ini? batinnya, sedikit putus asa.
Ia hendak kembali ke jalan masuk ruangan itu ketika...
"Hic es tu (Di sini rupanya kau)."
"H-heugh, le-lepaskan!"
Taehyung segera menoleh ke arah dekat tungku, di mana beberapa tong kayu juga berada.
Yoongi.
Mata kucing itu tampak lelah, dan bibirnya semakin pucat akibat lehernya yang dicekik oleh salah satu orang di sana. Tangan putih pucatnya terlihat terluka, dengan beberapa duri masih tertancap. Melihat itu, Taehyung merasakan kemarahan yang tumbuh dalam dirinya.
"H-hahh, irrum-mabo (H-hahh, kau telah membuat kesalahan)."
Orang itu terjatuh, bersimbah darah, menjatuhkan Yoongi yang sebelumnya diangkatnya melalui leher. Taehyung segera menyimpan pisaunya dan mendekati Yoongi. Tanpa berkata-kata, ia mengangkat Yoongi dan menempatkan salah satu tangan Yoongi melingkari lehernya. Dingin, benar-benar dingin.
"H-hyung," bisik Yoongi, mencoba memanggil Taehyung.
"Sst, kita akan keluar dari sini, oke, Yoon?"
Sebelum Yoongi dapat menjawab...
Jleb...
"Arghh!"
Sebuah anak panah menusuk punggungnya. Rasa perih dan panas hampir membuatnya menjatuhkan Yoongi yang berada dalam gendongannya.
"CAPERE EOS!! (TANGKAP MEREKA!!)"
Taehyung mungkin tidak mengerti bahasa yang mereka gunakan, tetapi teriakan yang tidak bersahabat itu mendorongnya untuk berlari. Ia melirik sejenak ke arah Yoongi yang menatapnya ketakutan, lalu menatap sebuah ruangan berpintu yang ditutupi tirai berwarna sama dengan warna tembok ruangan, tidak jauh dari posisinya berdiri.