"Mengapa aku tidak melihat kalian saat dilempar masuk tadi?" tanya Yoongi penasaran.
Jimin dan Jungkook saling berpandangan sejenak sebelum Jimin mengalihkan tatapannya kepada Yoongi.
"Kami hanya berusaha waspada. Beberapa hari terakhir ini bukanlah hari yang menyenangkan," jawab Jimin dengan nada sendu, menerima elusan lembut dari Jungkook.
Mendengar itu, Yoongi mengerucutkan bibirnya, merasa bersalah. "Maaf, Jim. Aku benar-benar tidak tahu," ucapnya pelan.
Jimin menggeleng. "Tak apa. Tapi, hei! Aku tak ingat kalian berdua sedekat ini," ucap Jimin dengan cepat mengalihkan topik, berusaha mencairkan suasana.
"Huh? Biasa-biasa saja," jawab Yoongi dengan senyum tipis sambil memutar bola matanya, malas.
Namun, Jimin tahu betul bahwa sahabatnya sedang menahan malu. Dia segera menyenggol kekasihnya, memberikan kode tak kasat mata.
Jungkook, yang memahami isyarat itu, melirik Jimin sekilas sebelum tertawa kecil. "Iya, gimana tet? Cukup seru kan, katanya waktu itu?" Jungkook berkomentar jahil sambil menaikkan alisnya.
"Kook," bisik Taehyung sambil tersenyum.
BUAGH
"ADAW!"
"Rasakan itu," balas Taehyung setelah menendang Jungkook hingga terkapar di lantai penjara yang keras. Gelak tawa memenuhi ruangan, diiringi suara Jimin yang mencoba menghibur Jungkook yang kini mengeluh akibat tendangan Taehyung.
TANG!!
Mendadak, keempatnya serempak menatap pintu besi penjara.
TAK!!
Sebuah panah kayu melesat masuk, hampir mengenai kepala Yoongi. Taehyung yang melihat itu segera menarik Yoongi ke dalam dekapannya.
"DIAM! JANGAN MEMAKSAKU UNTUK MEMASUKKAN ANAK PANAH KE KEPALA SALAH SATU DARI KALIAN!" teriak salah satu anak buah Vi, yang sepertinya kesal karena suara mereka mengganggu upacara yang akan berlangsung.
Keempatnya terdiam—atau lebih tepatnya, hanya Yoongi dan Jimin yang diam. Taehyung dan Jungkook menatap tajam lelaki besar itu hingga ia pergi dengan dengusan marah.
"Yoon, kau tidak terluka, kan?" tanya Taehyung khawatir. Tangannya dengan sigap memeriksa sekitar kepala Yoongi, takut jika ada luka akibat panah tadi.
Greb.
"Hyung, aku baik-baik saja," bisik Yoongi sambil tersenyum manis pada Taehyung.
Melihat senyum itu, Taehyung menghela napas lega. Ia membalas dengan senyum lembut, mengusap pelan pucuk kepala Yoongi.
"Yah, sepertinya kita telah melewatkan banyak hal ya, Kookie hyung."
"Hm hm, aku tidak menyangka alien ini akan menduakanku suatu hari nanti," ledek Jungkook sambil tersenyum usil.
"Ekhem, sudah, hyung," Yoongi terkekeh sambil menepuk pelan pundak Taehyung.
"Hum hum! Kookie hyung, kau tidak mau kan kalau si raksasa besar tadi datang lagi?" ujar Jimin seraya mencubit hidung Jungkook.
"Dia yang memulai," ucap kedua hyung itu serempak.
"Haduh," kata Yoongi dan Jimin bersamaan sambil menghela napas.
•••
"Jim, kurasa ada baiknya kita merencanakan sesuatu untuk keluar dari sini," ucap Yoongi yang kini duduk di samping Jimin.
Jimin mengangguk setuju, matanya mulai menjelajahi sekitar penjara, mencoba mencari ide untuk sebuah rencana pelarian.
Taehyung dan Jungkook? Sejak luka Taehyung mulai membaik, mereka sibuk di dunia mereka sendiri. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi jelas sangat seru karena mereka terlihat sangat menikmati topik mereka.
"Yoon," panggil Jimin.
Yoongi memiringkan kepalanya, menatap Jimin penuh tanya.
"Kau tahu Vi, kan?" tanya Jimin yang langsung dibalas dengan anggukan oleh Yoongi.
"Dia pemilik kapal pesiar yang kita tumpangi sebelum kejadian ini," lanjut Jimin.
Yoongi membulatkan matanya. "Vi? Vivier?!"
Jimin mengangguk lagi.
"Sejak awal, 'kecelakaan' ini sudah direncanakan. Dan aku yakin kau sudah melihat Pak Theo, kan?" Jimin melanjutkan.
"Sial! Ini gila, Jim," ucap Yoongi penuh emosi.
Jimin hanya menghela napas panjang, tak tahu harus berkata apa.
"Sudahlah, mereka semua memang gila karena harta," ujar Jimin, menepuk pundak Yoongi pelan.
"Lalu? Kenapa sekolah mengizinkan mereka?" tanya Yoongi, yang kali ini hanya dibalas dengan gelengan kepala dari Jimin.
"Entahlah. Aku yakin sekolah sudah menganggap kita mati tenggelam," jelas Jimin.
Apa yang dikatakan Jimin mungkin benar. Jika penumbalan ini diketahui publik, suku gila serta Vi dan kelompoknya akan berada dalam masalah besar. Maka tak heran mereka merangkai skenario seolah-olah semua murid dan guru yang ikut dalam perjalanan itu telah mati tenggelam, meninggalkan bangkai kapal sebagai buktinya.
"Mungkin lebih baik kita fokus pada cara untuk keluar dari penjara ini. Upacara penumbalan akan berlangsung malam ini, dan aku yakin kita semua tidak ingin menjadi korbannya," kata Jungkook tiba-tiba, setelah tak sengaja mendengar pembicaraan Yoongi dan Jimin.
"Hm, aku setuju," angguk Taehyung. Ia lalu melirik Yoongi yang tampak masih tenggelam dalam pikirannya.
"Hey," panggil Taehyung lembut, menyisir surai Yoongi dengan jemarinya.
"O-oh, hyung," gumam Yoongi pelan.
Taehyung duduk di samping Yoongi lagi. "Bagaimana kalau kita tidak bisa keluar dari pulau ini, hyung?" gumam Yoongi, masih penuh keraguan.
Taehyung terdiam sejenak, berpikir, lalu tersenyum tipis. "Yaa... aku tidak tahu," jawabnya santai.
"Maksudnya?" tanya Yoongi heran.
"Karena kita pasti akan keluar dari pulau ini. Jadi, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kita gagal. Tapi aku tahu, kita akan berhasil," ucap Taehyung dengan keyakinan penuh.
"Tapi—"
"Ssst," potong Taehyung sambil mengacak-acak rambut Yoongi dengan gemas.
"Kita pasti bisa keluar."
Klek.
Jungkook dan Jimin saling berpandangan, tak percaya.
"Gila, Tet! Tahu begitu, kita seharusnya membeli gantungan kunci keamanan yang sama," kata Jungkook.
Taehyung hanya memutar bola matanya malas. "Halah! Siapa suruh lebih memilih susu pisang?"
Jungkook hanya menanggapi dengan cengiran kelinci khasnya.
Ternyata, gantungan kunci milik Taehyung lebih lengkap dibanding milik Jungkook. Tidak ada alasan khusus, Taehyung hanya merasa jika membeli sesuatu, lebih baik membeli yang lengkap. Toh, terbukti itu sangat berguna.
Taehyung berbalik, melihat Yoongi yang kini terkejut.
Taehyung mengulurkan tangannya. "Ayo? Kita masih harus menyelamatkan yang lainnya. Kata Jungkook, di ruangan lain masih ada murid-murid yang dikurung," jelas Taehyung.
Yoongi menatap tangan Taehyung, lalu mengangkat pandangannya ke wajah hyungnya itu. Ia mengangguk mantap, tersenyum, dan meraih tangan Taehyung.
"Ayo, kita keluar dari sini."
To Be Continue