"Duo homo! Ubi sunt ea?! Putati sumus plus quam 40 homo pro hac nocte caerimonia (Dua orang! Dimana mereka?! Kita dijanjikan 40 orang untuk upacara malam nanti)
"Invenias eos et nunc adduc! (Cari mereka sekarang!)"
"Haah..haah..hahh."
Taehyung terbangun dari tidurnya.
Ia melirik ke samping dan mendapati Yoongi tidak ada di mana-mana. Kepanikannya semakin bertambah saat melihat api unggun mereka yang kini padam. Dengan tergesa-gesa, ia berdiri dan hendak bergegas keluar gua untuk mencari Yoongi.
Sret..
"ANJ- HMMPH!"
"Ssst, apasih hyung! Jangan banyak gaya, tutup mulutmu!" bisik Yoongi cepat.
Mata Taehyung membulat saat samar-samar wangi kayu bakar memasuki hidungnya. Ia tertegun, merasakan betapa dekatnya ia dengan Yoongi yang berada di belakangnya.
"CK! Jangan terdiam dan melamun, aku curiga kita dicari oleh suku kanibal, suku asli pulau ini," bisik Yoongi cepat, melepas tangannya dari mulut Taehyung.
Bayangan-bayangan mulai terlihat mendekati gua.
"Sini, hyung!"
Yoongi menarik Taehyung sekali lagi agar bersembunyi bersamanya di balik salah satu batu besar di dalam gua.
Krek..
Krek..
Napas mereka tertahan saat keduanya menangkap siluet tombak dengan tengkorak kepala manusia dan panah yang dibawa oleh dua orang yang, menurut Yoongi, adalah suku asli pulau ini. Percakapan tadi nyatanya bukan mimpi belaka bagi Taehyung, tetapi nyata.
"Odor ligni holocausti (Ini bau kayu, kayu yang sudah dibakar) "
Taehyung bisa merasakan ketakutan Yoongi. Hanya dengan sedikit cahaya bulan dan tubuh mereka yang berdekatan, ia merasakan tubuh kecil itu bergetar, entah karena kedinginan, ketakutan, atau keduanya. Tanpa berpikir dua kali, taehyung mengulurkan tangannya.
Grep..
Yoongi terperanjat sedikit. Beruntung ia tidak mengeluarkan suara yang dapat mencurigakan dua orang yang kini mendekat ke arah api unggun mereka. Ketakutan itu semakin menjadi. Namun, kehangatan dari tangan Taehyung membuatnya merasa lebih tenang. Tangan besar Taehyung menjadi alasan ia bisa mengatur napasnya, mengurangi kemungkinan mereka ketahuan.
"Non longius, Eamus (Sudah, ayo pergi, kita tak perlu berjalan lebih dalam lagi) "
Setelah deretan kata tak dikenal itu terucap, kedua orang itu bergegas meninggalkan gua, menyisakan Taehyung dan Yoongi yang masih waspada dan berhati-hati terhadap kemungkinan mereka menarik kembali perhatian.
Taehyung memberanikan diri untuk mengintip meskipun ia sempat ditahan oleh Yoongi.
"Gwaechana," bisiknya, dan beruntungnya, perkataan itu berhasil menenangkan Yoongi.
Terbukti dari rematan tangan Yoongi di kaos Taehyung yang perlahan dilepas.
Taehyung mengangguk dan kemudian mengintip.
Tak ada tanda dari orang-orang itu. Sunyi dan sepi.
Ia berjalan perlahan keluar dari persembunyian mereka untuk memeriksa.
Nihil, mereka benar-benar sudah menghilang!
Taehyung menghela napas lega dan kemudian mengisyaratkan kepada Yoongi bahwa semuanya aman.
"Tempat apa ini sebenarnya?" cicit Yoongi, yang dijawab dengan gelengan oleh Taehyung.
"Yang jelas, kita harus mencari cara untuk keluar dari pulau ini. Pasti ada cara untuk melarikan diri dari sini," ucap Taehyung sambil memandang keluar gua.
"J-jimin..?" cicit Yoongi.
Cicitan Yoongi menyadarkan Taehyung yang tadinya lupa bahwa tragedi kapal itu memisahkan mereka dari sahabat dan kekasih sahabatnya.
"Apakah Jimin akan baik-baik saja jika kita meninggalkannya?" ucap Yoongi khawatir.
"Bagaimana dengan Jungkook hyung? Apa kita akan meninggalkan mereka begitu saja?" lanjutnya.
"Tapi Yoon—"
"Hyung boleh melarikan diri, tetapi aku akan mencari sahabatku terlebih dahulu sebelum meninggalkan pulau ini, dan tidak ada yang bisa melarangku untuk melakukannya," jawab Yoongi singkat.
Ia bergegas keluar dari gua, namun lengan nya ditahan oleh tangan besar dan hangat itu.
"Baik, hyung tidak melarang. Hyung akan menemanimu mencari Jimin dan Jungkook tentunya," ucap Taehyung menghela napas, memilih mengalah.
Mendengar ucapan Taehyung, perut Yoongi terasa bergetar dan tergelitik, dalam arti yang baik tentunya.
"Tapi tidak malam ini, Yoon. Ketika matahari terbit, kita akan bergerak. Ini bukan ide yang bagus untuk berkelana masuk ke dalam hutan dengan minimnya cahaya yang kita punya," jelas Taehyung seraya memandang bulan sebelum kembali ke Yoongi.
"Jadi tolong, Yoon, tunggu oke? Aku bisa tidak waras jika hanya aku yang tersisa untuk keluar dari pulau ini. Jadi, tolong bersabarlah," Taehyung berucap sambil menatap dalam mata Yoongi.
Yoongi terdiam sejenak dan mengangguk pelan. Lagipula, ia juga bukan orang yang benar-benar berani. Ia juga mudah takut dan butuh Taehyung untuk menemaninya. Setidaknya kini ia sadar, ia tidak bisa menemukan Jimin jika ia sendiri. Yang ada, ia hanya akan dimakan suku kanibal yang mencari mereka tadi.
Anggukan Yoongi mengundang senyuman bagi Taehyung. Ia menarik Yoongi dengan cepat dalam sebuah pelukan.
"Terima kasih, Yoon," bisiknya lega.
Yoongi yang terkejut membalas pelukan itu dengan gelagapan. Ia menepuk pelan punggung Taehyung. Sejujurnya, ia bukan seorang pemeluk, tetapi tidak apa-apa. Tragedi ini melelahkan.
Anggap saja pelukan ini sebagai bentuk Yoongi membalas kehangatan yang juga Taehyung berikan padanya sebelumnya.