"Shit, shit, shit."
Taehyung bergumam panik, menatap nanar perubahan warna kapal yang tadinya putih kini berlumur merah pekat dan amis. Ia menggenggam tangan Yoongi dengan lembut, melirik ke belakang, memastikan Vi tak mengejar mereka.
"Kook, bagaimana? Apakah kita sudah keluar dari pulau ini? Rasanya kita hanya berputar di tempat yang sama," ucap Taehyung berusaha menjaga ketenangannya.
Jungkook tetap bungkam, terlalu fokus mengemudikan kapal.
Menghela napas berat, Taehyung duduk di lantai kapal. Pandangannya bergantian tertuju pada Jimin dan Yoongi, mengkhawatirkan keduanya. Yoongi harus selamat, pikirnya. Dia tak bisa membiarkan Yoongi terluka lagi.
Flashback
"HAHAHAHA! Kalian semua habis!"
Mata Vi menyala merah, berjalan perlahan mendekati kapal mereka.
Jungkook dan Taehyung langsung bersiaga, fokus pada Jimin dan Yoongi yang masih pingsan. Keduanya memosisikan diri melindungi mereka.
"Kook," bisik Taehyung.
Jungkook mengangguk, memberi isyarat pada Sam dan yang lain. Pistol-pistol siap di tangan mereka, diarahkan ke Vi.
"Hmm? Bermain air lagi?" ejek Vi, tersenyum sinis.
Taehyung mendengus, "Cih."
Ketika Vi semakin dekat, tangannya terangkat, siap menghabisi mereka.
"TEMBAK!" teriak Taehyung.
Suara ledakan air menggema saat tembakan diarahkan ke Vi.
"ARGH! Dasar bocah sialan!" geram Vi.
Tembakan air terus berlanjut, sampai...
"Sial," gumam Sam. "Hyung, itu air terakhir kita."
Mata Taehyung membesar, menatap Vi yang hampir terbakar, tapi kini kembali bangkit, tersenyum lebar.
"Berani sekali kalian!"
Sret!
"Hyung!"
"Sam!"
Krek... krek...
"AARGH!"
Sebelum Taehyung sempat menyelamatkan Sam, Vi sudah lebih dulu mengambilnya, bersama yang lain.
Darah tumpah, tubuh-tubuh melayang, lenyap dari pandangan Taehyung.
"Woi, Tet!" Jungkook memanggil, tapi Taehyung tak menjawab, mendorong Jungkook untuk bertindak.
Dengan cepat, Jungkook menyalakan mesin, melarikan diri sejauh mungkin dari Vi, tak tahu harus ke mana. Yang terpenting sekarang, mereka harus selamat!
Flashback End
Taehyung duduk di dekat Yoongi, yang masih terbaring tak sadarkan diri. Ia menghela napas, tatapannya beralih pada Jungkook yang terus berusaha mengemudikan kapal di jalur yang tidak jelas.
"Kook, sudahlah. Kita hanya memutari pulau ini. Bahan bakarnya akan habis kalau kau terus seperti ini. Lebih baik kita simpan bahan bakar—"
Sebelum Taehyung menyelesaikan kalimatnya, Jungkook menghentikan kapal, menghela napas berat.
"Kita tidak bisa keluar, Tae," bisiknya, suaranya terdengar jelas di telinga Taehyung.
"Huh? Jangan bercanda, Kook."
"Sialan, aku tidak bercanda!" Jungkook membentak. "Wanita haus darah itu mengunci pulau ini! Kau kira kenapa berhari-hari kita hilang dan tim SAR tidak menemukan kita, meski ada bangkai kapal?"
Taehyung terkejut. Perasaan frustasi meluap dalam dirinya. Ia berdiri, mendekati Jungkook.
Jungkook menatapnya dengan tatapan putus asa.
Taehyung menepuk pundaknya, berusaha menenangkan. "Kook, kenapa kau tidak bilang dari tadi?" ucapnya dengan nada kecewa.
Jungkook menggeleng, menepis tangan Taehyung dengan kasar. "Sudahlah," bisiknya lirih, lalu beranjak mendekati Jimin, mengusap lembut rambut kekasihnya.
Taehyung, yang biasanya meledak-ledak, kali ini memilih diam. Ia duduk di samping Jungkook.
"Kook," panggilnya pelan.
"Apa? Aku tidak masalah mati, Tae. Tapi aku tidak mau menyeret Jimin," jawab Jungkook dengan nada datar. "Dia punya banyak impian, Tae. Sedangkan aku... Aku tak punya tujuan. Hanya Jimin yang membuatku bertahan."
Taehyung menyenggol bahu Jungkook. "Bodoh! Menurutmu, jika kau mati, Jimin akan bahagia? Cita-citanya mencakup dirimu, bodoh!"
Jungkook terdiam, menunduk. "Kau tak akan mengerti, Tae."
"Kata siapa?" Taehyung menyahut cepat. "Kau kira aku tak ingin melindungi siapa siapa? Aku juga ingin menyelamatkan yoongi."
Jungkook tetap diam, tetapi Taehyung melanjutkan, "Kalau kau mencintai seseorang, kau tidak akan meninggalkannya sendirian. Kau tak akan rela membiarkannya menanggung semua sendiri."
Taehyung menatap Yoongi dengan lembut. "Yoongi mengajarkanku untuk tidak menyerah. Dia berjuang bukan hanya untuk menyelamatkan dirinya sendiri, tapi juga kita."
Jungkook mendongak, menatap Taehyung dengan tatapan penuh rasa bersalah.
"Sial, kalau bukan karena Yoongi, mungkin aku sudah meninggalkanmu," ujar Taehyung sambil terkekeh pelan.
Lalu, ia menepuk punggung Jungkook. "Jadi, sadarlah, Kook. Kau harus hidup untuk kekasihmu, Jimin , seperti aku yang harus hidup untuk Yoongi, calon kekasihku."
Jungkook terdiam.
"Hanya kau yang tahu bagaimana cara mengalahkan Vi. Tolong, sadarkan dirimu," pinta Taehyung, mengusap pipi Yoongi dengan lembut.
Jungkook menarik napas panjang. "Hmm tapi aku akan sangat membutuhkan bantuanmu."