Chapter 4 : Lebih Dekat (1)

69 7 0
                                    

Hari yang tadinya cerah perlahan berubah menjadi gelap. Namun, lain halnya dengan Vivier, kapal itu tetap terang berkat deretan lampu cantik yang menghiasinya.

Karena ini termasuk kegiatan field trip, para murid diberi kebebasan untuk berkeliaran. Tentu saja, mereka tetap harus berhati-hati, bukan bebas tanpa batas. Di bagian front deck kapal, beberapa murid terlihat bercakap-cakap sambil menikmati makan malam yang terdiri dari berbagai macam daging dan minuman bersoda.

"Sejuk sekali," gumam Yoongi.

Ia mendekati pagar pembatas yang memisahkan dirinya dari luasnya lautan. Kedua tangannya merapat ke bahu, berusaha menghangatkan diri. Tampaknya, sweater yang ia kenakan tidak mampu menahan dinginnya angin malam.

Pluk.

"Huh?"

"Supaya kamu nggak kedinginan."

Yoongi menoleh ke samping, dan mendapati Taehyung yang baru saja memakaikan kupluk jaket hitam tebal ke kepalanya. Sentuhan kecil itu membuatnya terkejut-dan, lihat, wajahnya kini memerah.

Taehyung tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya ke hamparan lautan yang luas.

"Sama-sama, Yoon," ucap Taehyung pelan, sembari menikmati dinginnya angin malam.

Perkataan Taehyung membuat Yoongi tersentak. Dia hampir lupa untuk berterima kasih.

"Oh, eh... gomawo, hyung," ucapnya sedikit terbata-bata.

"Kamu nggak kedinginan, hyung?" tanya Yoongi sambil melirik Taehyung, yang sedang menopang dagunya, tetap memandang lurus ke depan.

Taehyung meliriknya sejenak, lalu menggeleng. Yoongi hanya membalas dengan anggukan.

Keduanya kemudian larut dalam diam, menatap lautan, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Maaf, ya."

"Huh?"

Yoongi menoleh cepat, terkejut mendengar permintaan maaf dari Taehyung yang tengah duduk di sebelahnya.

"Eh? Tapi, hyung nggak ada salah apa-apa..." balas Yoongi, bingung dan sedikit panik.

Taehyung hanya terkekeh pelan, menghentikan kepanikan Yoongi seketika.

"Soal tadi, Yoon. Aku bikin kamu terbangun," jelas Taehyung sambil menatapnya.

"Oh... ohh, hehe." Yoongi tertawa canggung.

"Eung, nggak apa-apa, hyung. Hyung kan tadi kayaknya lagi angkat telepon penting, jadi nggak masalah kok," jawab Yoongi sambil mengacungkan jempolnya.

Taehyung tersenyum tipis.

'Menggemaskan,' batinnya.

"Aku rasa aku punya hutang cerita, ya?" kata Taehyung.

"Eh, itu terserah hyung sih..." balas Yoongi sambil tergagap.

Taehyung mengangguk, lalu melirik ke belakang.

"Kamu lapar, Yoon?" tanyanya.

Yoongi juga ikut melirik ke arah tempat makan para murid.

'Oh, dia mengira aku keluar untuk makan,' pikir Yoongi.

"Ah, nggak, hyung. Aku keluar cuma mau hirup udara segar. Tapi nggak nyangka dinginnya kayak gini," jelas Yoongi sambil terus meraba tangannya yang kedinginan.

Taehyung menatap tangan mungil Yoongi yang putih, membuat Yoongi merasa sedikit tidak nyaman. Ia menunduk, berusaha memalingkan tubuhnya agar tak terlalu diperhatikan Taehyung. Dia melirik Taehyung sedikit, melihat ekspresi pria itu.

"Ayo kembali ke kamar. Lebih nyaman bercerita di sana," kata Taehyung, suaranya terdengar lembut namun jelas di telinga Yoongi.

"Eung, hyung," balas Yoongi cepat.

Yoongi segera beranjak, mengikuti langkah Taehyung yang sudah berjalan lebih dulu. Pikirannya berputar-putar, masih tidak bisa mencerna tatapan yang tadi diberikan Taehyung padanya.

'Apakah itu tatapan khawatir? Ah, sudahlah, jangan berpikir yang aneh-aneh, Yoon!'

•••

"Hah... hah..."

"Chagiya, cepat sekali larinya..."

Jungkook mengatur napasnya, lelah setelah berusaha mengejar kekasihnya yang larinya sudah mirip cheetah.

"Eung..." Jimin mengerucutkan bibirnya, membuat Jungkook langsung panik.

"Hey, hey, gwaenchana?" bisik Jungkook sambil mengusap lembut rambut Jimin, tak peduli pada tatapan beberapa murid di sekitar mereka.

Sudah jadi pemandangan biasa, sih. Jungkook memang dikenal sebagai senior dengan penampilan menawan.

Namun, Jimin mengabaikan perhatian itu. Dia justru menatap Jungkook dengan ekspresi kesal.

"Yoongi udah nggak ada," ucapnya dengan nada sedih.

Bukannya takut, Jungkook malah merasa gemas. Nada sedih Jimin dan tatapan galaknya itu membuat Jungkook ingin mencubit pipi kekasihnya.

"Maaf ya, Enchim. Lain kali aja, ya?" tanya Jungkook, mencoba menenangkan.

Jimin tetap diam, bibirnya masih mengerucut.

"Iya, iya, hyung salah. Hyung kelamaan peluk Chim, ya? Yaudah, hyung nggak peluk lagi, deh," ucap Jungkook dengan senyum tipis, berniat menggoda.

Maksud Jungkook sih bercanda, tapi malah...

"Hikd..."

Wassalam.

"Sayang, hyung cuma bercanda," ujar Jungkook panik, menyadari air mata mulai berkumpul di sudut mata indah Jimin.

Tanpa peduli tatapan iri dan penasaran dari murid-murid di sekitar, Jungkook menggendong Jimin ala koala. Lebih baik menenangkan bayi Enchim-nya di kamar daripada di sini, pikirnya.

Jungkook merasakan cuaca yang semakin dingin, membuatnya merasa tak nyaman.

To Be Continue

Survival - TaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang