Chapter 10 : Semua Ini Aneh

60 6 0
                                    

Huft…

Entah sudah berapa kali Taehyung menghela napas saat memasuki bangunan tua yang aneh ini.

Ia tenggelam dalam ingatan tentang peristiwa sebelumnya, di mana ia meninggikan nada suaranya kepada Yoongi.

Ada apa sebenarnya dengannya? Mengapa ia marah? Apa yang membuatnya merasa berhak untuk marah? Kenapa tingkah laku Yoongi yang aneh—yang seketika mendekat lalu menjauh—menyakitkannya?

Sejak awal, hal pertama yang ia ucapkan pada dirinya adalah bahwa Yoongi, yang diperkenalkan Jungkook padanya, memang benar-benar manis. Lumayan, kan? Setidaknya Jungkook tidak mengecewakannya. Ia benar-benar mengenalkan Taehyung pada seseorang yang di atas rata-rata, seperti yang ia banggakan.

Awalnya, Yoongi adalah adik kelas yang menggemaskan dan sopan, tidak ingin merepotkan orang lain. Itulah penilaian Taehyung, dan ia menikmati setiap momen bersamanya. Membuatnya malu dan merona, dan hal itu tetap tidak berubah meskipun kini Yoongi menunjukkan sisi galak yang ternyata tidak selembut yang ia kira.

Namun, mengapa ia marah dengan ketidakjelasan perilaku Yoongi yang mendekat dan menjauh darinya? Di saat tertentu, ia benar-benar ingin dekat, namun kemudian menjauh. Seharusnya ia tak perlu marah; siapa dia untuk marah jika Yoongi ingin menjauh?

Kini ia sadar bahwa dirinya sedang menganalisis perilaku Yoongi yang ternyata berubah-ubah.

Taehyung menghela napasnya. Sudahlah, tidak ada gunanya. Ia pun bingung. Semakin dipikirkan, ia takut suasana hatinya semakin hancur, yang pada akhirnya hanya akan membuat Yoongi merasa tidak nyaman dan melarikan diri. Entah mengapa, Yoongi menjadi alasan ia tetap waras untuk mencoba keluar dari pulau ini. Namun, ia masa bodoh dengan hal itu. Jika memang Yoongi adalah alasan untuk tetap terjaga dan berusaha keluar bersama-sama dari pulau ini, maka itu yang akan ia lakukan: menjaga dan memastikan Yoongi bersamanya.

Ia mengikis perasaan marahnya dan berhenti sejenak.

"Yoon, kau masih di—"

Perkataannya terhenti ketika ia menoleh ke belakang dan mendapati Yoongi tidak ada di sana. Sejenak, ia merasa seolah tidak bisa bernapas. Ia panik. Ia hendak berlari kembali menuju pintu keluar, tetapi sesuatu menarik perhatiannya.

•••

"Huft, huft... ini di mana?"

Yoongi, yang tenggelam dalam pikirannya, tersadar oleh rasa sakit yang menjalar dari kakinya. Awalnya, ia mengira hanya tangannya yang terluka ringan karena tergores duri tajam saat ia terjatuh, namun nampaknya kakinya terkilir.

Saat itu pula ia tersadar. Taehyung sudah tidak terlihat ke mana pun dan kini hanya dirinya yang harus memilih antara dua jalur yang berbeda. Ia terdiam sejenak, lalu memantapkan keputusannya untuk mengambil jalur kiri.

Sejujurnya, rasa panik dan takut mulai menguasainya, namun ia berusaha menahannya. Sambil menyeret kakinya yang terluka, ia melangkah masuk ke jalur yang dipilih, memohon dengan sangat agar ia bertemu dengan Taehyung di ujung jalur tersebut.

•••

"Bangsat!"

Pahatan-pahatan di dinding bangunan itu menceritakan sesuatu. Yang menarik perhatian Taehyung adalah pahatan-pahatan aneh di dinding bangunan tua yang ia masuki. Awalnya, ia tak ingin mencoba mencari tahu, tetapi sebuah pahatan makhluk mengerikan membangkitkan rasa penasarannya.

Ia teliti setiap pahatan, dan tak menyangka sosok yang bertempat tinggal di pulau ini.

Siapa yang akan menyangka sebuah pulau dapat menjadi tempat tinggal suku yang masih percaya pada sihir hitam dan menumbalkan setiap orang yang bukan bagian dari pulau demi kesejahteraan dan kemakmuran yang berlimpah? Hal ini cukup mengejutkan Taehyung, namun yang lebih membuatnya panik adalah kenyataan bahwa bangunan ini hanya terdiri dari dua ruangan: satu yang berisi pahatan dan sejarah sihir hitam, dan satu lagi sebagai tempat pelaksanaan sihir hitam.

Jika pelaksanaan sihir hitam dimulai dengan pengorbanan manusia, dan Yoongi tidak berada di ruangan yang sama dengannya, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Yoongi sudah berjalan ke arah yang salah, menuju Ruangan Tumbal sekaligus tempat pelaksanaan Ilmu Hitam.

•••

"Pro certo vidi unum e duobus hic (Aku benar-benar yakin aku melihat salah satu dari keduanya di sini)."

"Tunc ego bet hic homo adhuc adest (Jika seperti itu, dia seharusnya masih ada di sini)."

Yoongi menutup mulutnya dan bersembunyi di antara berbagai tong berisi potongan-potongan tubuh manusia. Bau pekat darah yang amis dan busuk memenuhi rongga hidungnya.

'Hyung, di mana kau? Tempat ini mengerikan.'

Survival - TaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang