2 -Mimpi 01.30-

41 19 10
                                    

"Aduh pusing banget kepalaku... hah masih jam 01.30 ya? Tidur lagi deh"

Aku mencoba untuk tidur kembali tapi susah sekali, aku bahkan sudah coba untuk ganti posisi tidur tapi tetap tidak bisa tidur kembali. Akhirnya aku membuka mataku dan menatap langit – langit tapi rasanya aneh sekali, seperti ada yang mengawasiku. Kamar yang biasanya hanya digunakan untuk satu orang ini menjadi terasa sedikit penuh? Hmm, tidak penuh juga karena hanya ada kasur, meja yang berantakan, kursi kayu berwarna coklat dan lemari kayu tua yang ada di samping pintu kamar ku, anehnya aku merasa ada seseorang yang mengawasiku dari lemari kayu itu tetapi lemari itu jelas - jelas tertutup rapat. Mataku bolak - balik melihat ke arah langit kamar dan lemari membuat sedikit pusing dan lelah akhirnya aku memutuskan untuk memaksa diri agar bisa tertidur, tapi saat aku menutup mata seolah aku bisa melihat gambaran kamarku dan aku melihat seseorang berlumuran darah berdiri di samping lemariku dan memandangiku dengan tatapan kosong dan wajah yang datar. Aku langsung cepat - cepat menghapus gambaran pikiranku dan menghadapkan posisi tidurku menghadap tembok membelakangi lemari kayu ku itu.

***

Aargghh panas sekali hari ini, matahari tepat ada di atas kepalaku sepertinya. Hah? Kini aku ada di pinggir jalan raya? Jalanan siang itu sangat ramai, apa mungkin itu adalah jam makan siang? Makanya banyak orang keluar dari kantor atau rumah untuk mencari makan. Aku mengusap keringat yang terus keluar dari dahiku, sampai telingaku mendengar kebisingan di arah lain.

"WOE ADA RAMAI – RAMAI APA INI??"
"Ada yang kecelakaan mas! Cowok sekitar 20 tahunan ditabrak motor!" jawab seorang pria.
"Cepat panggil ambulan!"
"Minggir! Minggir!"

Kacau sekali keadaan jalanan itu, banyak orang langsung turun ke jalan untuk melihat kondisi korban kecelakaan itu. Tepat saat kekacauan itu aku mendengar seseorang berteriak,

"KEI! KEI! KEI!! AYO SADAR KEI! SADAR!!"

***

Aku terbangun dari mimpiku, wajah dan tubuh yang berlumuran darah itu masih teringat dengan jelas di kepalaku. Sekujur badanku ikut berkeringat dan aku langsung pergi keluar kamar untuk mengambil segelas air.

"Ah Kei ya.. namanya kedengeran nggak asing di telingaku...
Sekarang aku balik tidur dulu deh masih jam tiga pagi juga." Kataku sambil menutup pintu kulkas.

Aku kembali tidur dan seolah melupakan mimpi serta bayang - bayang yang masih senantiasa mengamatiku dari samping lemari kayuku.

***

Keesokan paginya aku langsung dapat telepon dari Mas Azka,

"Halo Rico, kamu sudah bangun?" tanya Mas Azka.
"Halo mas, sudah mas ada apa ya mas? Tumben telepon pagi – pagi" jawabku.
Mas Azka memberikan jeda sedikit dan sedikit mendecak khawatir.
"Kamu tadi malam dapat telepon dari seseorang yang namanya Kei ya?" tanya Mas Azka lagi.
"Waduh aku lupa mas, aku nggak gampang inget sama nama orang apalagi kalau nggak pernah ketemu gini" jawabku.
"Ohh hmm... jadi sebenarnya, kami barusan dapat berita kalau kemarin siang ada kecelakaan penjalan kaki dengan motor" kata Mas Azka.
"Hah?? Terus pejalan kakinya gimana??" tanyaku.
"Yahh, sayangnya dia dinyatakan tewas setelah di bawa ke rumah sakit saat jam tiga sore... hal yang paling mengejutkan adalah namanya Kei" jawab Mas Azka.

Aku terdiam sebentar, teringat akan mimpiku dimana aku melihat seseorang berlumuran darah dan teriakan orang lain yang memekik di telingaku "KEI! KEI! KEI!! AYO SADAR KEI! SADAR!!".

"Halo?? Halo? Rico kamu masih di sana? Halo??"
"Oh iya, halo mas... maaf tadi sepertinya sinyalku gangguan" jawabku.
"Kamu nggak apa - apa kan Ric? Soalnya segmenmu tadi malam yang ada telepon sama Kei itu jadi ramai dibicarain di sosial media" kata Mas Azka.
"Ahh iya nggak apa - apa kok mas, sejauh ini nggak ada kejadian aneh kok mas" jawabku walau harus berbohong ke Mas Azka kalau tadi malam aku mimpi melihat kecelakaan Kei.
"Oke Ric, nanti kamu tetap datang kan?" tanya Mas Azka.
"Iya mas aku tetap masuk kerja kok nanti" jawabku.
"Ohh oke Ric, jangan makasain diri ya... kalau mau istirahat boleh kok, soalnya ini temen - temen pada syok semua apalagi yang kemarin shift malem sama kamu" kata Mas Azka.
"Iya mas, ini masih bisa bawain siaran kok" jawabku.
"Kalau ada apa - apa jangan sungkan kabarin aku ya Ric!" Kata Mas Azka dengan nada sedikit khawatir.
"Iya mas, makasih banyak ya..." kataku dengan sedikit semangat supaya Mas Azka tidak terlalu khawatir.
"Ohya Ric, kalau nanti mau makan malam bareng kah? Kebetulan ada kerjaan yang mau aku bahas sama kamu nih, kamu free kan sekitar jam 7 malem gitu? Terus kita bisa berangkat bareng ke stasiun radio" tanya Mas Azka.
"Ohh bisa mas, di wedangan biasanya kah?" Tanyaku.
"Iya di wedangan biasa aja ya" jawab Mas Azka.
"Oke mas" kataku.
"Oke, kalau gitu aku tutup dulu ya Ric!" kata Mas Azka langsung menutup teleponnya tanpa membiarkan aku menjawab.

Setelah menaruh teleponku dan mengecas karena baterai sudah di 20% aku langsung bergegas mandi dan pergi keluar untuk mencari sarapan. Perjalanan pulang dari membeli sarapan aku melewati jalan yang mirip seperti di mimpiku dan di pinggir jalan terdapat buket bunga, apakah mimpiku benar - benar terjadi? Apakah kejadian itu di jalan raya ini? Kenapa Kei mendatangiku? Pasti bukan Kei yang menelepon ku kan? Di dunia ini banyakkan yang namanya Kei...

***

"Rico! Sebelah sini" teriak Mas Azka.

Aku berjalan cepat kearah meja Mas Azka yang sudah ada kopi hitam pesanan Mas Azka. Aku langsung memesan kopi susu dan nasi goreng untuk makan malam, sedangkan Mas Azka memesan kwetiaw goreng yang katanya enak sekali. Sambil menunggu pesanan kami datang, Mas Azka membahas tentang bagaimana kondisiku setelah mendapat telepon ganjal itu karena memang ini pertama kalinya kami mendapatkan telepon yang ganjal seperti itu. Tapi aku selalu menjawab "nggak apa - apa" "nggak perlu khawatir" karena bisa saja itu Kei yang berbeda kan? Yah walau aku berkata begitu aku tetap tidak bisa melupakan bagaimana hantu yang berdiri di samping lemari kayu ku dan Kei dalam mimpiku yang terlihat sangat mirip, Kei atau hantu itu menggunakan kemeja biru berlengan panjang dan celana kain berwarna hitam serta sepatu hitam layaknya orang - orang kantoran, dia juga tampan dan sangat muda seperti baru lulus kuliah? Tapi memang dia masih berumur 24 tahun kan, jadi masih terbilang muda. Eh 24 tahun? Bagaimana aku bisa memastikan kalau memang 24 tahun? Apakah karena segmen Random Call? Tapi barusan aku kan tidak mau percaya kalau hantu itu Kei.

"Ric... Rico! Rico!!" Seru Mas Azka.
"E-Eh maaf mas, bisa tolong ulangi tadi?" Tanyaku sambil terkejut.
"Hmm kamu memang masih kepikiran sama yang tadi kan... kamu yakin masih bisa lanjutin kerja hari ini?" Tanya Mas Azka.
"Ohh... iya kok mas nggak apa - apa" jawabku.
"Hmm nggak kerasa juga ini udah jam setengah 9, ayo berangkat" kata Mas Azka.
"Oke mas" jawabku.
"Biar aku aja yang bayar, hari ini aku traktir biar kamu semangat!" Kata Mas Azka.
"Makasih banyak loh mas!" Seruku.

***

Aku membuka pintu studioku dengan rasa sedikit ngeri, bagaimana kalau Kei atau hantu itu ada di sana? Bagaimana kalau hari ini aku dapat telepon yang ganjal lagi?

"Halo Kak Rico... namaku..."

THE CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang