21 - Radio 22.44 -

12 7 4
                                    

Siaran hari ini berjalan dengan lancar. Nuel makin hari makin luwes dalam siaran bahkan sudah tidak segugup dulu saat awal padahal dia masih termasuk baru. Rating siaran kami pun juga naik setelah Nuel ikut dalam segmen ini. Bahkan peminat pendengar untuk ikut dalam sesi random call pun terus bertambah tapi kami tidak bisa menambah kuota penelepon lagi karena segmenku bisa - bisa habis hanya untuk random call saja.

Nuel dan aku melakukan improvisasi dalam siaran kami tadi yaitu dengan menambahkan pantun selama siaran kami, bahkan ada pantun dari pendengar yang membuatku tertawa saat mendengarnya.

"Ke toko beli boneka
Sekalian beli es jeruk nipis
Pengennya foya - foya
Tapi dompet menipis"

Sebenarnya pantun itu cukup sesuai dengan keadaanku sekarang. Aku ingin pergi jalan - jalan dan membeli banyak barang untukku atau orang tua ku tapi sayangnya dompetku tipis sekali. Bahkan aku juga belum bisa membeli rumah baru untuk aku tinggali bersama kedua orang tua ku.

Aku juga suka dengan pantun yang dibuat oleh Nuel. Sepertinya dia benar - benar ingin menjadi lebih akrab dengan aku dan memasukkan namaku di pantunnya.

"Ke pasar sama Kak Rico
Pulangnya makan di wedangan
Dengerin kami bawa info
Biar nggak salah jalan"

Dari sini aku jadi tahu kalau Nuel sebenarnya pandai membuat pantun karena dalam waktu 30 menit dia bisa menghasilkan banyak pantun. Tetapi setelah itu dia terlihat pusing sendiri harus memilih pantun yang mana yang akan digunakan saat siaran. Aku memang berharap bisa makan di wedangan lagi bersama Nuel, Mas Aron, dan Mas Azka.

Tentu saja aku juga membuat pantun. Aku membuat pantun yang kurang lebih mirip dengan makna yang disampaikan di pantunnya Nuel. Yahh, karena memang itu tujuan kami membuat pantun.

"Ke bengkel ganti aki
Nggak lupa beli ban
Jangan lupa dengerin kami
Biar nggak ketinggalan"

Kalau Nuel dalam waktu 30 menit bisa membuat banyak pantun sedangkan kalau aku dalam waktu 30 menit pun tidak terpikir pantun apa - apa. Akhirnya aku melakukan riset di internet dan mengambil ide dari pantun - pantun yang ada di internet. Tenang saja aku tetap mengganti beberapa kata agar tidak terlihat seperti benar - benar mengambil dari internet.

Aku juga merasa kondisi ku sesuai dengan pantun yang diberikan oleh pendengar lain juga. Sepertinya pendengar kami sangat pandai dalam membuat pantun karena dalam waktu singkat tiba - tiba chat penuh terisi dengan pesan pantun.

"Pergi ke bandung
Naiknya kereta api
Maunya nolong
Eh malah kena maki"

Hahaha sepertinya pantun ini sesuai untuk mendeskripsikan keadaanku dan hantu perempuan itu. Sebenarnya hantu perempuan itu juga berniat untuk menolongku tetapi aku malah terus memakinya dan tidak percaya dengannya. Akan tetapi memang seperti itu, kita tidak boleh percaya dengan hantu karena di balik semua sikap mereka pasti ada makna lainnya.

Tetapi untuk pertama kalinya aku benar - benar menyesal tidak mau menerima pertolongan dari hantu itu. Rasanya seperti aku rela melakukan apapun untuk bisa kembali ke masa itu dan menerima tawaran hantu itu untuk menolongku. Aku bahkan tidak peduli dengan hantu yang selalu meminta tolong kepadaku, aku bahkan tidak mencari petunjuk siapa pembunuh itu sama sekali. Akan tetapi dari semua korban pembunuhan itu adalah orang yang tinggal sendirian, mungkin pembunuh itu berpikir kalau membunuh orang yang tinggal sendirian akan lebih mudah. Tetapi hingga saat ini aku bahkan tidak mengetahui apa motif pembunuhannya, apakah benar - benar hanya memilih orang secara acak?

***

Sesampainya di rumah aku langsung disambut dengan kupu - kupu besar yang berwarna coklat, kira - kira besarnya sebesar telapak tanganku. Kupu - kupu itu langsung terbang pergi meninggalkan rumahku setelah aku membuka pintu, seolah - olah dia berkata "akhirnya aku bebas" Dan terbang bersama angin malam yang dingin.

"Hahh... aku juga mau kayak kupu - kupu itu bisa terbang bebas"

"Tapi umur kupu - kupu kan pendek kak? Kakak mau bebas tapi habis itu langsung mati?"

"Biasanya yang bebas malah yang tidak memikirkan mati karena menurut mereka mati juga merupakan kebebasan. Umur mereka yang pendek membuatnya tidak masalah jika harus mati tertabrak, terinjak atau bahkan memang karena sudah waktunya... jadi aku rasa seharusnya kamu juga bebas, Nia"

"Ohh jadi kakak ingat namaku ya... yah kurasa saatnya aku melepaskan dunia ini juga, maaf kak karena aku selalu memberatkan kakak dan bahkan memaksa kakak untuk menemukan pembunuh itu... aku harap kakak selalu selamat"

Tubuh hantu perempuan itu atau Nia bercahaya dan menghilang secara perlahan. Sebelum wajahnya menghilang, aku bisa melihat Nia tersenyum dan bibirnya bergerak sepertinya dia sedang mengucapkan kata "terimakasih". Artinya Nia telah mengikhlaskan apa yang sudah terjadi dengan dirinya, dia ingin hidup dengan di alam lainnya. Bebas, dia telah terbebas dari dendamnya.

Rumahku sekarang terasa lebih nyaman dan sudah tidak ada aura menyeramkan lagi karena Nia sudah pergi. Aku duduk di kursi ruang tamuku sambil menatap langit - langit ruangan. Tanpa ku sadari aku benar - benar sudah lelah dan tidak memiliki tenaga untuk mandi. Aku langsung pergi ke kamar dan merebahkan badanku di atas kasur.

***

Aku berusaha untuk tidur tetapi tidak bisa, seolah badanku dipaksa untuk tetap terjaga. Bahkan aku sudah menyalakan lagu melow agar aku bisa tertidur tapi hasilnya pun nihil, aku tetap terjaga. Aku pun akhirnya memilih untuk keluar dari kamar dan mengambil segelas air. Jalan raya di depan rumahku terlihat lebih sepi dari biasanya, sebenarnya cukup aneh karena jalanan depan rumahku jarang sekali sepinya.

Aku kembali ke kamar tetapi tidak langsung merebahkan diri. Aku menata mejaku karena terlihat sedikit berantakan dan aku bahkan juga membersihkan kasurku lagi. Setelah selesai, aku malah meregangkan tubuhku sekalian olahraga tipis - tipis karena aku sudah sangat lama tidak olahraga.

"AAAAA"

Aku melihat ada potongan tangan manusia di bawah kasurku. Tangan itu telah di lapisi oleh plastic wrap, hal itu sepertinya yang membuat tidak ada bau bangkai yang tercium. Tangan itu sudah berwarna putih pucat. Tubuhku yang terjatuh langsung bangkit dan lari keluar kamar menuju pintu depan tetapi terkunci. Saat aku mencari kuncinya malah tidak ketemu. Aku juga berusaha mencari ponselku tapi sepertinya ponselku tertinggal di kamar. Jelas aku tidak akan kembali ke kamar itu hanya untuk mengambil ponsel.

Aku terus mendorong pintu itu dengan tubuhku tapi rasanya sia - sia saja. Malam ini benar - benar aneh, jalan raya sangat sepi dan malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya.

Krieett...

Suara itu adalah suara dari lemari kayu di kamarku yang terbuka dengan sendiri?

THE CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang