9 - Rumah Sakit 00.30 -

25 13 7
                                    

"Mas nggak apa - apa?"

Aku terdiam tidak menjawab, bulu kudukku berdiri semua. Suara itu kembali bertanya,

"Mas Rico? Mau saya bikinkan kopi?"

...

"Mas Ric—"

Aku langsung berdiri dari kursiku, dan tentu saja itu menarik perhatian keempat orang di luar sana.

"Ric kenapa?"
"Mas Rico? Ada apa mas?"

***

Kepalaku terasa sangat berat, bahkan untuk membuka mata pun sangat sulit. Bau ruangan ini sangat aneh, tidak biasa aku mencium bau ruangan seperti ini. Aku akhirnya bisa membuka mataku dan aku melihat langit - langit kamar yang asing, saat aku melihat ke samping kiriku di sana ada Mas Azka dan Mas Aron yang duduk di kursi besi dekat kasurku. Saat itu juga aku langsung tahu bahwa aku ada di rumah sakit.

"Oh Rico udah bangun?" Tanya Mas Aron.
"Iya mas" jawabku sambil berusaha untuk duduk tapi ditahan oleh Mas Azka dan Mas Aron.
"Ini minum dulu Ric" kata Mas Aron sambil memberikan segelas air putih.
"Aku kok bisa ada di rumah sakit ya mas? Tadi aku kenapa?" Tanyaku.
"Besok pagi kita jelasin ya Ric" kata Mas Aron.
"Kamu sekarang istirahat aja dulu Ric, besok pagi kita ke sini lagi kok" kata Mas Azka.
"Iya Ric, tidur dulu aja... kita juga pamit pulang dulu ya Ric, kalau ada apa - apa langsung telepon kita aja" pesan Mas Aron.
"Oh iya mas, hati - hati ya..." kataku.

Aku kembali memposisikan tubuhku menghadap langit - langit. Sebenarnya apa yang terjadi denganku tadi? Kenapa tiba - tiba aku ada di rumah sakit? Dan kenapa aku lupa dengan kejadian tadi? Ada apa sebenarnya? Pertanyaan - pertanyaan itu terus berputar - putar di kepalaku hingga membuat kepalaku terasa makin berat dan akhirnya membuatku tertidur lagi.

***

Sesuai janji Mas Azka dan Mas Aron, mereka datang ke rumah sakit sekitar jam 8 pagi, Nuel juga ikut bersama mereka. Nuel memberikanku bubur sedangkan Mas Azka dan Mas Aron memberiku parcel buah - buahan yang isinya ada pisang, jeruk, apel, pir, dan masih banyak lagi. Kami mulai berbincang santai sambil aku menghabiskan bubur yang menurutku rasanya hambar itu.

"Oh ya mas, sebenernya tadi malem aku kenapa?"

Seketika ruangan itu menjadi hening, ketiga orang itu menunduk dan saling lirik seperti menyuruh yang lain untuk menjelaskan.

"Ekhemm.." akhirnya Mas Azka membuka suara.
"Hmm... jadi gini Rico..." suara Mas Azka terdengar ragu. Akhirnya Mas Azka mengambil napas dalam - dalam.

"Jadi semalem kamu tiba - tiba berperilaku aneh setelah bacain pesan - pesan yang terkirim. Tiba- tiba ka—" suara Mas Azka sedikit tercekat, dia kelihatan takut untuk menceritakan kejadian ini.
"Tiba - tiba kamu berdiri dengan wajah yang pucat, matamu juga tiba - tiba berubah jadi putih semua..." sambung Mas Aron.

Mereka bertiga terlihat sangat ketakutan dan bahkan tidak berani menatap mataku saat mereka menceritakan itu.

"Kemarin Mas Rico juga sempet teriak - teriak gitu, kayak teriak 'AAAAA' gitu..." lanjut Nuel.

Kini kami semua terdiam, menundukkan wajah tidak berani saling menatap. Aku merasa syok, sedih, takut semuanya bercampur aduk bahkan aku tidak berani untuk memberikan jawaban atau bertanya - tanya lagi ke mereka.

"Nah uhmm... Kamu udah nggak apa - apa Ric? Nanti malem kamu nggak perlu siaran dulu, biar Nuel langsung yang gantiin kamu" kata Mas Azka.
"Pokoknya kamu fokus istirahat sama tenangin diri dulu ya" lanjut Mas Azka.
"Iya mas, makasih ya mas... maaf kalau kemarin jadi ngerepotin kalian sama temen - temen yang lainnya" kataku.
"Halah santai aja Ric, kamu banyak - banyakin doa juga ya Ric..." kata Mas Aron.
"Iya mas.."

Setelah itu Mas Azka coba untuk mencairkan suasana dengan jokes bapak - bapaknya, anehnya kita semua tertawa mungkin karena kita juga sudah diusia bapak - bapak. Semua teman kami sudah menikah dan bahkan punya anak, tetapi kami berempat masih haha hihi.

Tepat pukul 1 siang setelah kami selesai makan, ketiga orang itu izin pulang karena masih ada hal yang perlu mereka lakukan serta perlu bersiap - siap untuk shift malam mereka nanti. Sebelum mereka pulang, mereka juga selalu mengingatkanku untuk makan buah - buahan yang sudah diberikan. Ohya aku juga belum mengabari kedua orang tua ku, aku tidak mau mereka khawatir karena jarak antara kampung halamanku dengan kotaku sekarang lumayan jauh apalagi mereka juga sudah cukup tua untuk melakukan perjalanan jarak jauh sendirian. Aku akan mengabari mereka setelah aku keluar dari rumah sakit saja.

"Hahhh.. sebenernya aku ni kenapa si, ada yang guna - guna kah..."

Pemikiran seperti itu membuatku cukup merinding sebenarnya tapi otakku tidak bisa terus diam tidak memikirkan kemungkinan - kemungkinan itu. Sampai akhirnya pasien di sebelahku membuka suara,

"Mas, maaf tadi saya denger sedikit tentang mas"
"Ehh... maaf pak kalau tadi suara saya dan teman - teman saya terlalu keras, maaf sekali sudah ganggu" kataku.
"Iya nggak apa - apa mas, maaf juga tadi saya lancang banget dengerin percakapan masnya" kata orang itu.
"Iya pak nggak apa - apa pak..." jawabku.
"Nah... ehmm... mas jujur saya juga agak takut sama masnya, soalnya tadi malem masnya kayak bikin suara aneh gitu mas... kayak mau teriak tapi nggak bisa mas, semalem saya juga coba panggil perawat tapi anehnya nggak ada yang dateng sama sekali mas..." kata orang itu.
"Hah? Saya bikin suara aneh gimana pak?" Tanyaku.
"Kayak... orang kecekek gitu mas..." jawab Bapak itu.

Aku menghelakan napas yang panjang. Sepertinya bapak itu sadar kalau aku jadi merasa bersalah karena kejadian tadi malam.

"Ehh tapi nggak apa - apa mas, saya cuman khawatir aja sama masnya... kalau udah parah banget mending ke orang pinter aja mas" kata bapak itu.
"Oh iya pak, makasih sarannya" jawabku.

Aku merasa kasihan dan bersalah ke bapak itu, semalam ia pasti sangat ketakutan karena di ruangan ini hanya kami berdua saja yang menempati sedangkan 4 kasur lainnya kosong. Ruangan ini terasa sangat sepi sekali, saat kami tidak berbicara hanya ada suara kipas angin yang menemani kami. Aku masih menundukkan kepalaku sedari tadi, memikirkan apa yang terjadi denganku, kenapa aku bisa jadi seperti ini. Sepertinya besok saat kondisiku sudah fit aku akan bertanya ke ibuk dan bapak kira - kira apakah mereka tahu apa yang terjadi denganku. Semoga saja mereka tahu apa yang terjadi denganku, atau paling tidak bisa memahami apa yang terjadi denganku.

Aku kira kengerian hari ini akan berakhir dengan ceritaku tentang semalam yang tiba - tiba teriak tapi aku malah mendapatkan telepon dari nomor yang tidak dikenal " Hi... You... Check... Your bed... "

THE CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang