12 - Rumah 17.45 -

12 6 3
                                    

Seketika aku terbangun dari tidurku, hmm apakah aku tertidur di ruang makan? Sejak kapan aku tertidur? Saat melihat sekitar tiba - tiba mataku tertuju pada pisau yang terletak di kumpulan benda tajam.

"Ahh.. sekarang aku inget, tadi aku nemu pisau itu terus tiba - tiba ada suara aneh yang muncul di kepalaku... terus kenapa aku jadi ketiduran?"

Jam sudah menunjukkan pukul 17.45 dan aku memutuskan untuk pergi mandi. Saat aku membuka pintu kamar mandi, suasananya berubah menjadi lebih dingin yang membuat bulu kudukku berdiri. Tiba - tiba aku merasa ada yang menyentuh pundak kanan ku dan saat aku melirik ke arah kananku aku bisa melihat bayang - bayang hantu dengan rambut panjang terurai dan pakaian putih. Sekitar 5 detik kemudian hantu itu menghilang dan suasana sudah tidak dingin lagi tapi bulu kuduk ku tetap masih berdiri dan aku masih mematung di depan kamar mandi. Akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk ke kamar mandi setelah menarik napas beberapa kali.

***

Makan malam hari ini aku beli sate di dekat rumahku, tentu saja aku makan di tempat karena aku takut kalau aku makan di rumah lagi bisa - bisa kena ganggu hantu perempuan itu lagi.

"Hehh kamu mau denger cerita horror nggak?"
"Hah? Apaan dah udah malem coi jangan aneh - aneh"
"Tapi katanya ceritanya tu dari lingkungan sekitar sini loh"
"LAH kalau dari sini yang jangan diceritain di tempat woe! Ntar katanya bisa didatengin hantunya loh!!"
"Ah masa, nggak percaya tuh..."
"Coba sendiri aja jangan ngajak - ngajak aku"
"Ayo dong masa cupu gitu"
"Hmmm"
"Katanya deket sini barusan ada yang meninggal bunuh diri, cewek, terus katanya dia juga sering datengin orang - orang sekitar sini tapi cuman nunjukin gitu aja"
"Hah.. iya sih aku juga denger katanya ada cewek yang bunuh diri daerah sini"

Tidak sengaja aku menguping pembicaraan dua laki - laki itu. Sepertinya akhir - akhir ini aku sering menguping pembicaraan orang. Hantu yang mereka bicarakan itu sepertinya tidak asing, mati karena bunuh diri? Apakah itu adalah hantu yang sering mendatangiku untuk minta tolong? Bukankah dia waktu itu bilang kalau dia dibunuh?

"Ini mas satenya sama es teh manis"
"Makasih mas" kataku.

Aku melahap habis sate dan es teh manis itu sambil menguping pembicaraan dua laki - laki tadi yang pembicaraannya sudah tidak masuk akal. Mungkin karena adanya perbedaan usia kami makanya aku tidak paham apa yang mereka bahas.

"Udah mas, totalnya berapa? Sate seporsi pake lontong sama es teh manis" tanyaku.
"25.000 mas" jawabnya.
"Ini ya mas"
"Ohya mas, kalau mau pulang hati - hati ya mas soalnya akhir - akhir ini banyak yang dilihatin sama cewek yang lehernya ada kayak bekas memar gitu, katanya sih dia hantu yang bunuh diri itu" katanya.
"Hah... oh oke mas makasih infonya" jawabku.

Aku pulang dengan jalan kaki karena memang jarak antara rumah dengan pedagang sate itu tidak terlalu jauh. Saat pertengahan jalan aku bertemu dengan hantu perempuan itu, sesuai dengan deskripsi dari 2 laki - laki dan pedagang sate itu. Hantu perempuan yang mereka ceritakan adalah hantu yang beberapa hari ini sudah mengikutiku dan selalu berteriak minta tolong. Jarak antara aku dan hantu itu sudah menjadi dekat dan aku menguatkan hatiku untuk melewatinya.

"Kak Rico... kakak beneran nggak mau bantu aku?"

Aku membeku mendengar suaranya, kali ini suaranya terdengar lebih menyedihkan dan putus asa seperti orang yang ingin menangis. Aku melirik sediki ke arahnya, dia terlihat sedikit menundukkan kepalanya.

"Aku nggak tahu bisa bantu kamu atau nggak, aku nggak pernah interaksi sama hantu sampe segininya"

"Kak Rico... kami dibunuh, kakak pasti inget beberapa penelepon kakak... kami dibunuh kak, bahkan yang menelepon itu bukan diri kami tapi arwah kami yang menelepon.. tolong kami kak"

Ahh jadi maksudnya adalah selama ini beberapa peneleponku adalah arwah bukan manusia? Yah ini memang bukan hal yang mengherankan karena pernah ada beberapa kejadian dimana penyiar radio mendapatkan telepon ganjal dari dunia lain kan. Jadi aku, Rico, adalah salah satu dari penyiar radio yang pernah mendapatkan telepon ganjal itu ya..

"Haahh... aku nggak tahu harus nolongnya gimana, mungkin aku bisa nolong tapi sebatas kemampuanku aja... jadi jangan terlalu berharap"

Hantu itu terdiam dan menghilang bersama dengan angin yang tiba - tiba bertiup. Kurasa dia cukup senang dengan jawabanku? Yah pokoknya untuk beberapa saat seharusnya dia tidak mengganggu ku ya kan..

***

"Rico, gimana kondisimu?"
"Udah mendingan mas, kayaknya besok udah bisa kerja" jawabku.
"Serius? Jangan dipaksain ya Ric, kalau mau istirahat masih boleh kok" balas Mas Azka.
"Iya mas, udah bisa kok" jawabku.
"Oke Ric, kalau besok ternyata belum bisa masuk langsung chat aku ya" kata Mas Azka.
"Iya mas, terima kasih"

Percakapan singkat melalui chat itu telah selesai, Mas Azka dan teman - teman lainnya masih khawatir dengan kondisiku tetapi aku malah merasa kalau sudah siap untuk menerima telepon - telepon dan pesan - pesan itu.

"Kak Rico hati - hati... orang itu ada didekatmu, pisau tadi yang digunakan untuk membunuhku"

Aku langsung menoleh ke arah tempat terkumpulnya benda tajam. Aku melihat ke pisau yang aku pungut dari kolong kasurku tadi.

"Jadi pisau itu adalah pisau yang digunakan untuk membunuh hantu cewek itu? Tapi aku nggak lihat ada bekas penusukan. Apakah kamu yakin itu pisau yang digunakan pembunuh itu untuk bunuh kamu?" Tanyaku.

"Iya kak... bukan untuk bunuh secara langsung tapi untuk memotong tali, jadi secara nggak langsung pisau itu juga jadi bukti pembunuhan"

"Hadeh.. tadi pisau itu aku pegang, pasti sidik jarinya sekarang sidik jariku.. yang bawa pisau itu ke kamar ku itu kamu kah?" Tanyaku lagi.

"Iya kak"

"Hah? Kamu bisa bawa barang manusia? Bukannya itu cuman bisa dilakukan hantu yang punya semacam kekuatan yang besar?"

"Sepertinya kekuatanku besar kak, aku sangat dendam kepada pembunuh itu"

"Terus.. kamu tahu siapa yang telepon aku pas di rumah sakit? Orang itu suruh aku untuk cek kasurku... apakah itu kamu?"

"Bukan kak, itu bukan aku"

"Hmm.. baiklah, aku mau tidur dulu kalau sekarang aku belum bisa bantu atau bertindak macam - macam karena barang buktinya cuman ada pisau"

Aku meninggalkan dapur dan masuk ke kamar tidurku. Aku merenungkan keputusanku membantu hantu - hantu itu.

"Kak Rico, kami pasti akan membantumu karena kami juga dendam ke orang itu..."

"Hahhh.. lebih baik kalian tidak berekspektasi tinggi, aku cuman penyiar radio bukan polisi"

Aku membalikkan badan menghadap ke tembok dan menutup mata berusaha agar bisa tidur. Alih - alih tidur aku malah mendapatkan mimpi dimana aku melihat hantu perempuan itu dibunuh. Laki - laki yang membunuhnya terlihat tidak asing...

THE CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang