Suara lemari kayu dari kamarku yang dibuka dengan paksa terdengar menggema di rumahku. Dengan cepat aku langsung bersembunyi di bawah meja makan dapurku.
Kriett
Kali ini bukan lemari kayu yang terbuka tetapi pintu kamarku terbuka. Aku melihat sepatu pembunuh itu sama seperti sepatu yang digunakan pria dalam mimpiku yang saat dia membunuh perempuan dan membuatnya seolah ia mati gantung diri itu. Dalam remang - remang dia terlihat seperti berjalan memutari rumahku dari bagian ruang tamu hingga kamar mandi. Dia berhenti tepat di sisi kiri meja makan, dia hanya diam saja sepertinya dia sedang mengamati keadaan sekitar. Dia tidak menyalakan lampu ruangan karena sepertinya dia tidak ingin aku mengetahui identitasnya.
Aku menahan napasku dan berusaha untuk tidak panik serta menahan gerakan - gerakanku. Tubuhku dengan cepat mengeluarkan keringat dingin dan mataku yang tidak bisa diam untuk melirik ke segala arah. Pria itu pergi meninggalkan meja makan dan terdengar suara ia mengunci pintu - pintu yang ada di rumahku. Aku rasa ia melakukan itu untuk memastikan agar aku tidak kabur.
"Rico... ayo keluar..."
Bagaimana dia bisa tahu namaku? Apakah sebenarnya dia tidak acak dalam memilih korbannya? Tapi suara itu, suara berat itu rasanya tidak asing di telingaku. Aku seperti pernah mendengar suara berat itu.
"Kak Rico, sepertinya orang itu ada di sekitar kakak"
Aku tiba - tiba teringat dengan ucapan hantu perempuan itu, yang mengatakan kalau sepertinya orang terdekatku lah yang melakukan pembunuhan. Tapi apa alasannya? Kenapa orang terdekatku melakukan pembunuhan dan kenapa aku jadi salah satu korbannya?
Saat aku sedang memikirkan itu, tiba - tiba pria itu mendorong meja makan dengan keras sehingga aku tertangkap olehnya. Tubuhku langsung terjatuh ke belakang dan kedua kaki ku juga mendorong tubuhku untuk mundur ke belakang hingga menempel dengan lemari dapurku.
"Tolong... tolong jangan bunuh aku"
Aku gemetar dan menutup mataku tidak berani melihat wajah pembunuh itu yang tertutup dengan jubahnya. Pria itu terus berjalan mendekat dan semakin ia mendekat semakin aku berteriak minta tolong. Tapi hasilnya nihil, tidak ada yang datang untuk menyelamatkanku.
Pria itu mencengkram tanganku dengan keras dan mengikat tanganku dengan tali. Ia juga mengisolasi mulut dan mataku dengan lakban berwarna hitam. Tidak lupa ia juga menali kaki ku agar aku tidak bisa kabur ke mana - mana.
"Rico akhirnya kamu bisa mati hari ini"
"Tapi aku tidak akan langsung bunuh kamu, aku butuh tanganmu" kata pria itu sambil mengelus tangan kananku.
Tanpa aba - aba, pria itu langsung menebas tangan kananku. Aku hanya bisa menjerit dalam hati karena mulutku terisolasi.
"Ahh nggak seru ya kalau mata mu di tutup gini, kamu jadi nggak bisa lihat tangan mu"
Pria itu membuka lakban hitam yang tertempel di mataku dengan kasar. Aku mengerjapkan mata dan membiasakan mataku dalam kegelapan ruangan ini. Aku bisa melihat tangan kananku yang dipegang pria itu, darah ada di mana - mana. Wajah pria itu tetap tidak terlihat, masih saja ketutupan dengan jubahnya dan sepertinya dia juga menggunakan masker.
"Rico Rico... kamu naif banget mengira tidak ada yang benci kamu..."
Setelah mengatakan itu, pria itu langsung menusukkan pisaunya ke paha kiri ku. Lagi - lagi aku hanya bisa menjerit kesakitan dalam hati.
"HAHAHA"
"Ini asik banget loh Ric, ngelihat kamu nggak bisa ngapa - ngapain kayak gini! HAHAHA"
Gila. Hanya itu yang terbesit di pikiranku saat melihat kelakuan orang ini. Dia terus menusuk kaki ku dan bahkan kini berganti menusuk ke tangan kiriku yang masih ada. Rasanya sangat menyakitkan tetapi aku hanya bisa menjerit dalam hati. Darahku ada di mana - mana, bahkan sepertinya penglihatanku mulai tertutupi karena darah yang muncrat juga mengenai mataku.
"Ahh... Rico, kamu mau nelepon seseorang kah?"
Aku cukup terkejut dengan pertanyaan pria itu, ku kira aku salah dengar tapi dia mengulangi pertanyaan itu lagi.
"Kamu mau nelepon seseorang sebelum kamu mati?"
Aku akhirnya memberikan nomor telepon ku sendiri karena setidaknya nomor pembunuh itu akan terekam dalam HP ku. Setelah pembunuh itu menekan tombol telepon, anehnya telepon ku tidak mengeluarkan bunyi nada dering dan lebih anehnya telepon itu malah terangkat.
"Halo? Ini dari siapa ya?" Kata orang itu dari seberang telepon.
"Hmm? Penipu kah?" Suara orang dari telepon itu terdengar jelas seperti suaraku.
"Halo? Siapa ya?"Aku tiba - tiba teringat dengan kejadiaan saat aku masuk rumah sakit dan aku mendapatkan telepon dari anonim itu. Langsung saja aku memberikan pesan kepada diriku di masa lalu itu.
"HI rico! i'm YOU! please always CHECK under YOUR BED! please run aw—"
Tit... tit... tit..
Pembunuh itu langsung menutup telepon dan terlihat sedikit bingung karena aku baru saja menelepon ke seseorang dengan aneh.
"Lucu sekali dengan telepon mu itu, bukannya minta tolong tapi malah menyuruh orang itu untuk mengecek kasurnya HAHAHA!"
"Kamu memang udah gila Ric! Kamu memang benar - benar gila HAHAHA! Makanya itu kamu pantas mati! Kamu harus mati RICO!"
Suara pria itu semakin menggelegar dan penuh dengan kebencian. Pria itu menusukkan pisaunya ke perutku. Di saat itu aku tiba - tiba teringat dengan momen di mana aku pertama kali bertemu dengan hantu perempuan itu dan bagaimana dia selalu meminta tolong kepadaku serta ia pun juga menawarkan bantuan kepadaku. Sepertinya aku seharusnya menerima tawaran bantuan itu, mungkin kalau aku menerimanya aku tidak akan mati seperti ini.
Pria itu menusukkan pisaunya ke perutku untuk yang kedua kalinya. Aku mengingat momen di mana aku pertama kali menjadi penyiar radio dan bagaimana gugupnya aku saat itu. Tanpa ku sadari waktu telah berjalan lama hingga aku punya junior dan memiliki partner dalam siaran. Andaikan saat itu aku mensyukuri setiap siaran yang aku lakukan, andaikan saat itu aku lebih berusaha dekat dengan Nuel.
Pria itu menusukkan pisaunya yang ketiga kalinya ke perutku. Aku mengingat bagaimana kejadian - kejadian masa kecilku yang dipenuhi dengan tangisan karena melihat banyak sekali hantu - hantu. Hingga di momen aku mendapatkan mimpi melihat seorang bapak - bapak yang meminta maaf karena ia dan teman - teman hantunya sudah menakutiku, ia pun berjanji tidak akan menunjukkan wajah menyeramkan melainkan wajah yang normal seperti manusia.
"KAMU SEKARANG SUDAH MATI RICO!"
Pria itu menusuk jantungku dengan pisaunya. Semua menjadi gelap. Aku gagal dalam menolong hantu itu dan aku juga gagal dalam menyelamatkan hidupku sendiri.
***
Rico dinyatakan menghilang, rumahnya kosong dan bersih saat teman - teman stasiun radio mendatangi rumah Rico. Tidak ada satupun dari mereka yang bisa menghubungi Rico. Pihak kepolisian sudah berusaha mencari jejak kepergian Rico tetapi sudah seminggu dan tidak mendapatkan hasilnya. Kedua orang tua Rico hanya bisa menangis dan terus menangis serta selalu berusaha untuk merelakan anak kesayangannya Rico. Kepolisian pun menyatakan Rico dianggap meninggal mulai dari hari hilangnya dia, yaitu pada hari ulang tahunnya.
***
END
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CALL
HorrorBagaimana rasanya bekerja di stasiun radio dan selalu menerima panggilan dari pendengarnya? Bagi Rico hal itu tentu mengasyikkan, tapi Rico harus mendapat beberapa panggilan yang cukup ganjal. Apakah Rico bisa menyelesaikan misteri panggilan ganjal...