7 - Jalan 00.35 -

28 15 12
                                    

Kling kling kling

Aku yang sudah sampai pintu depan kamar langsung terdiam membeku. Suara piring kaca yang bergesekan dan suara gelas kaca yang di geser - geser menarik perhatianku sekaligus membuat bulu kudukku berdiri. Perlahan aku menengok ke arah dapur dan ternyata tidak sesuai dugaanku, di dapur tidak ada siapa - siapa. Aku langsung cepat - cepat membuka pintu kamarku dan lari ke atas kasur. Sialnya ternyata ponselku masih tertinggal di meja makan.

"Hahh sial banget..."

Ring ring ring

Ada yang menelepon ku, tapi siapa yang telepon aku jam segini? Jangan - jangan ini telepon darurat? Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke dapur untuk melihat siapa yang meneleponku saat itu. Ketika aku sampai di depan meja makan tiba - tiba ponselku berhenti berdering dan saat aku melihat ponselku ternyata dari nomor asing. Tentu sebagai anak rantau aku langsung mengirim pesan ke keluarga ku untuk memastikan kalau kondisi mereka tidak apa - apa. Bapak dan Ibuk ku lumayan cepat juga menjawab pesan yang ku kirim, dan untungnya mereka tidak apa - apa jadi memang penelepon tadi pasti orang iseng yang suka melakukan penipuan - penipuan.

Biasanya ruangan di rumahku akan gelap kalau semisal aku tidak di ruangan itu tapi khusus hari ini aku menyalakan semua lampu di rumahku. Sebenarnya aku mau menyalakan lagu dengan speaker tetapi tiba - tiba aku terpikirkan bagaimana kalau tiba - tiba lagunya terganti sendiri, pikiran itu membuatku mengurungkan niat untuk menyetel musik di malam hari. Akhirnya aku kembali ke kamar dan merebahkan badanku di kasur.

Kamarku memiliki jendela yang menghadap langsung ke jalan besar jadi selalu ramai suasananya, banyak motor, mobil, truck dan bis yang lewat bahkan hingga malam hari. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam yang artinya aku harus tidur setelah melewati hari yang panjang dan ngeri ini.

***

Aku terbangun dengan terkejut karena aku mendengar orang yang muntah - muntah di luar. Langsung saja aku membuka gorden untuk melihat ke arah luar. Benar saja ada orang yang muntah - muntah tapi anehnya tidak ada mobil atau motor yang lewat sama sekali, seperti benar - benar sepi tidak ada apa - apa selain rumahku, aku, dan perempuan yang sedang muntah - muntah itu. Perempuan itu melihatku dan ia seperti berkata "tolong aku, tolong aku". Ia mengenakan pakaian berwarna putih tapi ada sedikit bercak merah. Ia muntah darah...

"AAAAA" aku langsung teriak dan cepat - cepat menutup gorden. Kakiku yang lemas langsung berlari ke kasur dan menutupi penuh tubuhku dengan selimut tipis yang aku miliki. Aku benar - benar akan menangis, suara perempuan yang muntah itu masih terdengar bahkan terdengar sangat jelas tanpa ada gangguan suara motor dan mobil yang lewat. Tanpa pikir panjang aku langsung membuka ponsel dan menelepon Mas Aron yang kebetulan muncul di kontak ponsel saat aku scroll.

"Tolong angkat, angkat..."

Titt titt titt...

Sayangnya teleponku tidak diangkat, jelas siapa yang mau angkat telepon di tengah malam begini? Lalu aku menekan kontak Mas Azka dan aku kembali berharap agar teleponku diangkat.

"Mas Azka, tolong banget teleponku di angkat mas..."

"Halo Rico?"
"Mas Azka! Mas maaf ganggu banget mas" kataku.
"Eh kenapa Rico?" Tanya Mas Azka.
"Mas sekarang dimana mas? Kira - kira Mas Azka bisa ke rumah ku sekarang nggak mas?" Tanyaku dengan suara bergetar.
"Bisa Ric, bentar sekitar 25 - 30 menit aku sampe sana"
"Oke mas, makasih banyak" kataku dan menutup telepon kami.

Selama menunggu Mas Azka sampai ke rumahku, aku hanya bisa komat - kamit berdoa karena suara perempuan itu masih terdengar sampai sekarang.

***

Tok tok tok

Aku yang mendengar suara ketukan pintu itu langsung berlari ke pintu depan dan membukakan pintu itu agar Mas Azka bisa masuk. Sembari mempersilahkan Mas Azka masuk aku juga melihat situasi di luar dan ternyata sudah kembali normal, tidak ada lagi perempuan itu dan kendaraan - kendaraan sudah berlalu lalang seperti biasanya.

"Mas Azka, maaf ngerepotin banget mas"
"Walah santai aja Ric, aku juga nggak bisa tidur terus gabut banget jadi sekalian aja deh main ke sini" kata Mas Azka.
"Ini mas ada jajan sama ada teh" kataku.
"Oke makasih Ric, ohya kamu kenapa kok tiba - tiba nyuruh aku ke sini?" Tanya Mas Azka.
"Oh soalnya tadi... aku mau cerita tapi udah malem mas takut nanti dia balik lagi" jawabku.
"Hah? dia? Ada yang lagi nguntit kamu ta?" Tanya Mas Azka.
"Oh bukan gitu mas... tapi sesuatu yang harusnya nggak kita lihat mas..." jelasku.
"Hiii ngeri banget, iya bahas besok aja Ric takut dianya balik lagi kan jadi repot" kata Mas Azka.
"Nah ya kan mas.. makan dulu aja mas snack nya" kataku.
"Iya Ric, tapi omong - omong kamu emang bisa lihat hantu gitu ta Ric?" Tanya Mas Azka.
"Hmm? Kayaknya nggak biasa deh, kapan ya terakhir kali aku lihat hantu? Aku sendiri juga nggak terlalu inget. Tapi kata ibuk aku suka ngobrol sendiri bahkan sampai di umur 20-an, padahal pas itu aku lagi ngobrol sama orang..." jawabku.
"Lah berarti selama ini kamu bisa lihat hantu tapi hantunya kayak bentuk manusia gitu? Jadi kamu nggak sadar aslinya kamu lagi ngobrol sama manusia atau hantu gitu?" Tanya Mas Azka.
"Kayaknya iya deh mas, kalau besok aku ngobrol sendiri tolong langsung tarik aku ya mas... soalnya kadang mereka tu suka ngajak - ngajak aku pergi ke tempat mereka gitu, tapi mereka pasti bilangnya tuh kayak ayo ke kantor ku, ayo ke tempat makan A gitu - gitu" jawabku.
"Hah ngeri banget, untung kamu nggak sampe nge-iyain mereka" kata Mas Azka.
"Iya soalnya dulu waktu kecil juga pernah gitu mas, aku hampir ikut mereka tapi untungnya pas itu disadarin sama ibuk" jelasku.

Akhirnya aku dan Mas Azka mengobrol sampai kira - kira jam 3 atau 4 pagi. Aku mempersilahkan Mas Azka untuk tidur di ruang tamu karena aku juga tidak enakan dengan Mas Azka yang sudah menemaniku.

***

Keesokan paginya sekitar jam 8 pagi, aku melihat Mas Azka sudah tidak ada di rumahku. Ia mengirimkan pesan kalau dia pulang duluan karena ada urusan di pagi harinya, jujur saat itu aku langsung merasa bersalah karena aku sudah membuat Mas Azka begadang padahal ia ada urusan di pagi hari. Mas Azka juga mengirimiku pesan minta maaf kalau dia tidak membangunkan ku dan dengan lancang langsung ke luar rumah, tapi aku malah lebih merasa bersalah karena aku malah bangun siang padahal aku sedang ada tamu saat itu.

Aku akhirnya memutuskan untuk pergi keluar untuk mencari sarapan. Aneh sekali aku melihat ada orang yang jualan sate pagi - pagi, bukannya sate itu makanan buat malam hari ya? Atau itu cuman pemikiranku? Akhirnya hanya aku lewati saja karena aku tidak tertarik makan sate untuk sarapan. Aku pun memilih untuk makan bakso di pinggir jalan, tidak terlalu jauh dari rumahku hanya 5 menit menggunakan motor.

"Mas bakso komplit 1 sama es teh manis 1"
"Oke mas"

Sembari menunggu baksoku diantar, aku membuka chatku semalam dengan bapak dan ibukku, seketika tubuhku kembali merinding karena bayang - bayang perempuan itu kembali menghantui pikiranku. Kenapa sudah ada 2 hantu yang datang ke aku dan meminta tolong ke aku? Aku cuman manusia biasa yang tetap takut hantu jadi tolong jangan datangi aku terus.

"Ini mas bakso sama es teh manisnya"
"Makasih mas"

Yah aku tetap harus melanjutkan hari ini, nanti sore aku juga masih harus ketemu dengan Nuel dan membahas beberapa hal terkait pekerjaan.

"Eh kamu udah tau belum?" Kata seorang perempuan.
"Hah apa??" Kata perempuan yang lain.
"Katanya kemarin daerah sini ada yang habis mati keracunan loh"
"Hah serius? Cewek atau cowok yang keracunan?"
"Cewek, katanya umurnya masih muda loh kayak baru 20 tahunan gitu"
"Dia habis makan apa emangnya? Atau keracunan dari lain?"
"Nggak tau sih soalnya kejadiannya siang gitu, tapi orang - orang baru tau kalau dia udah mati tu baru tadi pagi, soalnya dia hidup sendiri"
"Buset ngeri banget mana daerah sini ya..."

Aku yang tidak sengaja mendengar percakapan kedua perempuan itu langsung ikut merinding, bagaimana tidak? Aku tadi malam baru saja melihat perempuan yang muntah darah seperti keracunan...

Atau mungkin itu memang dia??

THE CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang