Bermain saat hujan deras mengguyur adalah kesukaanku, walaupun setelahnya aku akan kena marah ibuk tapi aku tetap bandel dan selalu main saat hujan deras. Hari itu aku bermain hujan - hujanan dengan 2 orang teman yang baru aku temui saat hujan itu, yang satu bernama Oliver dan yang satu bernama Lia. Kami membangun istana lumpur bersama dan bahkan menaiki perosotan seperti kami ada di water boom.
Oliver dan Lia lebih tua satu tahun dari aku, wajah mereka cantik dan ganteng bahkan sepertinya aku naksir ke Lia. Mereka adalah anak kembar, aku iri sekali dengan mereka karena mereka bisa tahu bagaimana wajah mereka satu sama lain kalau ada di jenis kelamin yang berlawanan, tidak seperti aku yang susah harus membayangkan bagaimana wajahku kalau jadi perempuan. Saat itu Oliver dan Lia mengajakku untuk bermain ke rumah mereka, tetapi disaat yang bersamaan ibukku memanggilku untuk kembali ke rumah.
"Rico! Ayo cepet pulang!" Teriak ibukku sambil mengangkat sapu yang siap dilempar kapanpun.
"AAAA BENTAR LAGI BUKK" jawabku.Sontak sapu yang dipegang ibukku langsung melayang dan mendarat didekatku. Aku yang ketakutan langsung lari kembali masuk ke dalam rumah yang tidak lupa disambut dengan jeweran ibukku.
"Kamu itu ngapain sih main terus di luar pas hujan?" Kata ibukku.
"Udahlah buk, namanya juga masih anak - anak pasti rasa penasarannya besar" bela bapakku.
"Tapi pak kalau habis main pasti langsung demam, dia udah demam berapa kali pak selama musim hujan ini?" Jawab ibukku.
"Iya, nanti bapak aja yang nasihatin Rico" kata bapakku.
"Marahin pak, dia itu sukanya main lumpur - lumpur tuh bikin kotor rumah aja" marah ibukku."Rico... besok jangan main pas hujan lagi ya, kan bisa mainnya pas terang" kata bapakku ke aku.
"Tapi kalau hujan lebih seru pak.." rengekku.
"Iya Rico, tapi kamu habis itu sakitkan... kamu juga main sendirian kan, nggak ada yang nemenin" kata bapakku.
"RICO ADA TEMENNYA KOK! TADI AJA DITEMEMIN OLIVER SAMA LIA" marahku.Seketika rumahku menjadi lenggang karena hening, suara hujan deras itu langsung mengisi keheningan rumah kami dan tiba - tiba petir menyambar membuat kami semua terkejut. Bapak dan ibukku langsung menyuruhku untuk masuk kamar dan tidur karena aku sudah mulai bersin - bersin efek dari hujan - hujan tadi. Ibukku dengan sigap membuat sup sayur dan teh hangat sedangkan ayah menemaniku di kamar sambil menasihatiku.
"Le, boleh ceritain ke bapak tentang Oliver sama Lia?" Tanya bapak.
"Kenapa emangnya pak?" Tanyaku.
"Bapak cuman mau tahu aja tentang temennya Rico kayak gimana" jawab bapakku.
"Hmmm... pokoknya mereka anak kembar pak, Lia cantik terus Olivernya ganteng pak... Rico jadi iri sama anak kembar kayak mereka pak" kataku.
"Kenapa iri Ric?" Tanya bapak.
"Soalnya mereka bisa lihat kalau Oliver jadi cewek pasti kayak Lia terus Lia juga bisa lihat kalau jadi cowok pasti kayak Oliver pak" jawabku.
"Ohh iya bener... anak kembar itu rumahnya dimana?" Tanya bapak.
"Nggak tahu pak, tadi mereka ngajak Rico ke rumah mereka tapi nggak jadi soalnya Rico dipanggil ibuk" jawabku.
"Rico inget ya, kalau diajak orang datang ke rumah mereka jangan mau ya atau kalau kamu memang bener - bener mau ke rumah mereka, kamu harus tanya dulu ke ibuk dan bapak ya..." kata bapak.
"Iya pak, Rico bakal inget itu"***
Setiap sore hujan selalu mengguyur daerah rumahku dan setiap harinya juga aku selalu melihat anak - anak seumuranku bermain lumpur di depan rumah dan mereka juga selalu memanggil namaku dan mengajakku bermain. Anak - anak itu selalu berubah - ubah setiap harinya seperti air hujan yang selalu berganti setiap harinya. Setiap kali aku minta izin ke ibuk selalu dilarang karena katanya di luar tidak ada siapa - siapa padahal di luar jelas - jelas ada 2 orang anak seumuranku. Aku selalu marah saat ibuk melarangku untuk bermain di luar.
Pada hari - hari tertentu aku berhasil untuk menyelinap ke luar rumah dan bermain dengan 2 orang anak yang menungguku di depan. Setiap anak yang bermain bersamaku pasti selalu mengajakku untuk ikut ke rumah mereka, tetapi selalu aku tolak karena aku ingat nasihat bapak yang melarangku untuk ikut atau pergi ke rumah orang yang tidak dikenal bahkan tetap harus bertanya ke ibuk dan bapak jika ingin ke rumah orang yang dikenalpun.
Hari itu berbeda, saat aku berhasil menyelinap keluar dan bermain dengan 2 orang teman baruku itu mereka memaksaku untuk ikut dengan mereka. Kedua anak itu berusaha untuk menarik tanganku, walaupun aku sudah berteriak menolak mereka tetap memaksaku untuk ikut. Mungkin teriakanku kurang kencang karena ibukku tidak keluar dari rumah untuk memarahiku, mungkin efek suara hujan yang sangat deras saat itu. Saat aku berhasil melepaskan genggaman tangan mereka tiba - tiba mereka menjadi diam dan secara perlahan memutar kepala mereka ke arahku. Kepala mereka tidak hanya menengok tapi benar - benar berputar hingga bagian wajah mereka terletak pas di atas badan bagian belakang mereka.
"Ayo ikut kami..."
Aku langsung menangis dan berlari ke arah rumah, tetapi sayangnya aku terjatuh dan kedua hantu? Monster? Apapun itu berhasil menarik kakiku. Aku berteriak sekuat tenaga memanggil ibukku. Hingga akhirnya ibuk melihatku dari jendela dan buru - buru keluar rumah sambil meneriaki namaku "Rico! Rico!!".
Semenjak hari itu, aku tidak pernah bermain - main lagi saat hujan deras bahkan aku tidak berani untuk keluar kamar saat hujan. Aku yakin kalau kedua anak itu pasti masih bermain di depan rumahku karena aku bisa mendengar dengan jelas suara tawa mereka dan suara saat mereka memanggil namaku untuk diajak bermain.
Sejak saat itulah aku menyadari bahwa aku bisa melihat sesuatu yang seharusnya tidak bisa dilihat oleh manusia biasa.
_________________________________
*waktu kecil kalian suka hujan - hujanan kayak Rico juga nggak? Kalau author sih nggak, soalnya mama galak + nggak ada temen nekat kayak "temen" nya Rico👀
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CALL
HorrorBagaimana rasanya bekerja di stasiun radio dan selalu menerima panggilan dari pendengarnya? Bagi Rico hal itu tentu mengasyikkan, tapi Rico harus mendapat beberapa panggilan yang cukup ganjal. Apakah Rico bisa menyelesaikan misteri panggilan ganjal...