17 - Radio 18.00 -

12 6 4
                                    

"Hei Ric!"
"Eh Mas Aron, baru sampe juga mas?"
"Iya Ric, eh kamu udah tahu kalau minggu depan bakal ada jalan - jalan?" Tanya Mas Aron.
"Udah mas, tadi pagi udah di telepon Mas Azka" jawabku.

Aku dan Mas Aron jalan masuk ke dalam stasiun radio sambil membahas ekspektasi - ekspektasi kami tentang acara jalan - jalan minggu depan. Mas Aron berharap kalau kita akan pergi ke taman hiburan walaupun sudah di umur yang mudah encok ini tapi Mas Aron tetap ingin pergi dan main semua wahana. Sedangkan aku ingin pergi ke wisata alam yang bisa menenangkan pikiranku seperti ke pantai bukan gunung karena akan sedikit ribet kalau acara di gunung apalagi bos kami suka tantangan jadi ada kemungkinan kalau ke gunung kami akan mendaki.

Mas Aron pergi ke ruang tempat kerjanya dan berkumpul bersama rekannya sedangkan aku pergi ke ruang santai yang disediakan kantor, tidak lupa aku mengambil cemilan dan menyeduh kopi susu hangat.

"Ehh, malam Mas Rico"
"Malam juga Mbak Riska" jawabku.
"Mas Rico udah fit ya mas? Katanya kemarin sempat sakit ya mas?" Tanya Mbak Riska.
"Iya mbak, kalau yg masuk rumah sakit kemarin udah fit mbak tinggal luka - luka yang habis kena tabrak kemarin mbak" jawabku.
"Astagaa, untung luka ringan ya mas, ehh nggak ada kata untung. Lukanya masih kerasa sakit ta mas?" Tanya Mbak Riska sambil duduk di hadapanku.
"Aman mbak, udah nggak sesakit kemarin" jawabku.

Aku dan Mbak Riska menghabiskan waktu mengobrol selama kurang lebih 30 menit dan dia izin untuk kembali ke ruangannya. Tak lama kemudian Nuel dan Mas Aron mendatangiku untuk membahas tentang materi siaran hari ini.

Ngingg... ngingg... nginggg...

Suara dengungan mengganggu fokusku, aku terus menggelengkan kepala untuk menghilangkan dengungan itu.

"Ric, kamu kenapa?" Tanya Mas Aron.
"Nggak apa - apa mas cuman berdengung aja telingaku" jawabku.
"Ohh tinnitus ya!" Kata Nuel.
"Hah tinnitus?" Tanyaku dan Mas Aron bersamaan.
"Iya, tinnitus itu kayak nama medisnya dari telinga berdengung gitu! Mungkin Mas Rico lagi stress atau jangan - jangan ada yang ngomongin Mas Rico nih hahaha" jelas Nuel.
"Waduh sapa nih yang ngomongin aku hahaha"

***

"Hahhhh... kemarin aku gagal mau bunuh Rico... tunggu minggu depan, aku pasti akan bunuh kamu, Ric!"

***

Seharian ini sebenarnya aku tidak terlalu bersemangat tapi sepertinya tidak ada yang menyadari karena aku menutupinya dengan senyumanku. Aku baru saja dapat kabar kalau temanku yang sama - sama bisa melihat dan berinteraksi dengan hantu sudah meninggal. Pagi ini aku mencoba untuk meleponnya tapi tidak terhubung dan setelahnya aku malah mendapatkan telepon darinya tapi dengan suara orang lain

***
Flashback

"Halo? Ini temannya Mas Kelvin?"
"Eh iya, ini siapa ya?" Tanyaku.
"Saya pemilik kos yang ditempati Mas Kelvin" jawab orang itu.
"Oh iya, Kelvin nya di mana ya pak?" Tanyaku.
"Mas, Mas Kelvin ditemukan meninggal... ada luka tusukan di perutnya dan di tangan serta kakinya... sepertinya sudah dari 2 hari lalu mas, karena Mas Kelvin sejak itu sudah tidak pernah keluar kamar" jawab orang itu.
"Hah? Bukannya harusnya ada bau darah ya pak?" Tanyaku dengan tidak percaya.
"Iya mas harusnya ada, tapi ternyata mayat Mas Kelvin bersih dari darah dan ada banyak pengharum ruangan di kamarnya" jelas orang itu.

Kasus pembunuhan lagi, kenapa akhir - akhir ini banyak sekali kasus pembunuhan di dekat ku. Tidak lupa kalau aku juga sempat hampir terbunuh, sepertinya aku harus terus berhati - hati.

***

Aku, Nuel dan Mas Aron melanjutkan pembahasan kami mengenai materi untuk siaran nanti. Rasanya materi hari ini lebih mudah karena informasi dan iklan yang disampaikan lebih sedikit dari biasanya. Sepertinya akan ada lomba yang diadakan stasiun radio ku dan lomba itu terbuka untuk umum, oleh karena itu informasi itu terus disiarkan dari segmen pertama hingga segmen terakhirku.

Nuel hari ini berinisiatif untuk mengatur audio mixer dari awal hingga akhir, dia menyuruhku untuk fokus siaran saja. Aku membebaskan dia karena memang tidak ada alasan aku harus menolak permintaannya. Kami duduk - duduk santai di ruang santai sambil menunggu waktu. Aku dan Nuel sudah tidak saling berbincang tapi kami fokus pada ponsel kami masing - masing.

"El aku ke toilet dulu ya"
"Oke mas"

Selama perjalanan ku ke toilet banyak sekali karyawan yang menyapaku, apakah jam segini memang jam untuk pergi ke toilet? Anehnya saat sampai di toilet malah sepi. Sebenarnya aku cukup takut untuk pergi ke toilet sendirian karena kejadian sebelumnya tetapi karena aku tidak mau dianggap pria lemah, pria cengeng makanya aku memaksakan diri untuk berani.

Benar saja, sepertinya aku seharusnya jadi pria lemah dan cengeng saja. Sudut mataku bisa melihat ada yang memperhatikan ku, perempuan dengan gaun putih, rambut panjang hitam dan tidak menggunakan sepatu. Aku ingin cepat - cepat keluar dari toilet ini tapi sayangnya saat aku ingin membuka pintu, hantu itu malah memegang pundakku dan berhasil membuatku berdiri mematung.

"Hihihihi..."

Setelah suara tawa itu selesai, tangan yang memegang pundakku juga menghilang. Aku langsung membuka pintu dan lari kembali ke ruangan santai tidak peduli apa yang orang pikirkan, aku hanya perlu menyelamatkan nyawaku.

Sesampainya aku di ruang santai, aku melihat Mas Azka dan Nuel yang sedang berbincang bersama. Nuel terlihat semangat, sepertinya mereka sedang membahas mengenai kegiatan minggu depan.

"Eh Rico! Wajahmu kok pucet?"
"Habis lihat video horror aja mas pas di toilet tadi hahaha" jawabku.
"Berani juga lihat video horror di toilet sini" kata Mas Azka.
"Eh? Emangnya kenapa mas?" Tanya Nuel.
"Wah berarti kalian berdua beruntung ya, nggak pernah lihat hantu toilet" jawab Mas Azka.
"HAH?! Hantu toilet?!" Kata Nuel dengan wajah ngeri.
"Hahaha... kalau nggak pernah lihat yaudah nggak usah dipikirin" kata Mas Azka.
"Mas Rico, nanti kalau mau ke toilet atau aku mau ke toilet ayo barengan deh mas" kata Nuel dengan wajah memohon.
"Hah? Hahaha kamu takut gituan ya El?" Tanyaku.
"Yaa... siapa yang nggak takut hantu sih mas?" Tanya Nuel.
"Ada kok, orang yang bisa lihat hantu biasanya nggak takut" jawabku.

Walaupun aku bilang begitu sebenarnya itu sangat tidak cocok dengan situasiku, aku sudah biasa lihat hantu tapi tetap saja ketakutan. Tidak, itu salah, sebelumnya aku tidak takut tapi semenjak mereka menjadi agresif aku jadi takut. Mereka mulai bertindak di luar batas, mereka mulai menyerang dan bahkan hantu perempuan itu meminta bantuan ke aku.

Setelah ku pikir - pikir, semua hantu menjadi lebih agresif setelah aku mendapat telepon itu, telepon misterius. Apakah yang meneleponku saat itu adalah hantu? Atau sebenarnya itu seseorang yang ingin memberitahu sesuatu? Aku rasa aku akan mengecek kasur ku lagi hari ini.

***

"Kak Rico, Kak Nuel tolong...."

THE CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang