14 - Rumah 02.57 -

12 7 5
                                    

"Kak Rico, itu aku yang mati di lantai..."

Aku langsung terbangun dari tidurku dengan napas yang terengah - engah. Aku langsung buru - buru ke dapur untuk mengambil air putih. Setelah minum, aku duduk di kursi yang ada di dapur dan masih mengatur napas serta mengumpulkan pikiranku. Mimpi yang baru saja aku lihat ternyata adalah kejadian saat hantu perempuan itu dibunuh. Laki - laki yang membunuhnya sangat tidak asing, rasanya seperti aku kenal dekat dengan laki - laki itu.

"Kak Rico, apa kamu kenal laki - laki itu?"
"Entah, tapi memang rasanya nggak asing"
"Berarti Kak Rico bisa balesin dendam ku kan"
"Jangan terlalu berharap, pergi aku mau tidur"

Hantu itu menuruti perkataanku dan pergi meninggalkan ku sendirian. Aku kembali ke kamar ku tapi rasanya aneh, tiap langkah menuju kamar terasa berat hingga aku mencoba untuk menyeret kaki ku tapi masih tetap terasa berat. Bulu kuduk ku tiba - tiba berdiri dan aku merasakan hawa dingin dari arah belakang ku. Aku memalingkan wajahku sedikit ke arah kanan dan mata ku melirik ke arah belakangku dan aku melihat sosok bayangan hitam yang sangat besar mungkin 2x lebih besar dari aku. Bayangan itu tidak punya wajah hanya ada mata yang menyala merah memandangiku. Aku langsung menghadap ke depan lagi dan berusaha sekuat tenaga untuk berjalan cepat ke kamar ku.

Aku langsung lompat ke kasur dan menutupi semua tubuhku dengan selimut sambil komat - kamit membaca doa.

Tok tok tok

Tiga ketukan di pintu kamarku membuat semua bulu kuduk ku berdiri. Di dalam selimut aku pun tidak berani bergerak dan aku seperti menahan napasku saking takutnya aku dengan hantu itu.

Tok tok tok

"PERGI! JANGAN GANGGU AKU!"

Teriakan ku sepertinya ampuh karena setelah itu tidak ada lagi suara ketukan pintu di kamarku. Aku yang yakin kalau keadaan sudah aman lalu membuka selimutku. Ternyata hantu itu ada di depan wajahku menatapku dengan mata merahnya yang menyala.

***

Pagi ini cerah tapi tidak dengan kondisiku. Aku terbangun dengan keadaan berada di sudut kamarku dan badanku terasa sakit semua. Kasurku kosong, bantal guling selimut bahkan sprei semuanya teracak - acak di lantai. Kamarku menjadi sangat berantakan seperti kapal pecah hingga barang - barang di meja ku juga ikut berantakan. Kepalaku terasa sakit saat melihat kondisi kamarku. Aku berdiri dan memungut barang - barang yang seharusnya ada di kasur dan menata mejaku kembali.

Seusai menata kamarku, aku langsung pergi mandi. Selesai mandi aku mengaca di kaca kamar mandi ku dan aku rasa aku halu karena baru saja aku melihat bayangan hitam besar dengan mata merah menyala seperti tadi malam tapi bayangan itu langsung hilang cepat. Aku cepat - cepat keluar kamar bukan hanya untuk mencari sarapan tapi juga untuk menjernihkan pikiranku.

***

Sial sekali aku hari ini, setelah melihat hantu dengan mata merah menyala itu kini aku malah terbaring lagi di rumah sakit. Saat perjalanan pulang dari sarapan tadi aku ditabrak lari oleh sepeda motor, untungnya aku hanya mengalami luka ringan sehingga aku masih bisa pergi ke rumah sakit terdekat.

"Makasih sus"
"Iya kak sama - sama, cepat sembuh"

Seusai mengurus administrasi di rumah sakit, aku diperbolehkan untuk pulang. Seperti biasa, aku tidak mengabari ke siapa pun kalau aku baru saja ditabrak lari. Aku sudah bertekad untuk tidak membuat orang lain khawatir karena aku.

***

"Halo Mas Aron"
"LOH RIC?!? Tanganmu kenapa?! Kok banyak perban gitu?!"
"Tadi pagi kena tabrak lari mas hehehe" jawabku.
"HAH?!? Kok nggak bilang?? Kamu bisa ta kerja hari ini??" Tanya Mas Aron.
"Bisa kok mas, tenang - tenang... cuman luka ringan kok jadi masih aman" jawabku.
"Terus tadi ke sini naik motor? Sendiran??"
"Iya mas tadi sendirian, masih bisa naik motor kok" jawabku.
"Astaga Rico - Rico... yaudah istirahat aja dulu, masih satu setengah jam lagi kamu siarannya" kata Mas Aron sambil berjalan meninggalkan ku.
"Oke mas"

Sepertinya Mas Aron cukup terburu - buru karena dia juga harus membantu penyiar lain dalam siaran sebelumku. Aku mengambil snack dan menyeduh kopi susu hangat, tidak lupa aku juga scroll - scroll sosial media melihat apa yang sedang hangat agar siaranku nanti bisa mengikuti tren saat ini juga. Mas Aron kembali dan memberikan beberapa lembar kertas yang berisi materi iklan yang harus aku bacakan saat siaran nanti serta beberapa list lagu yang akan aku mainkan untuk tambahan.

"Loh Mas Rico? Tangannya kenapa mas? Wajahnya juga kok ada luka - luka?"
"Eh halo Nuel, iya nih tadi pagi habis kena tabrak lari hahaha" jawabku.
"HAH?!? Mas Rico habis kena tabrak lari tapi masih bisa ketawa santai?!" Tanya Nuel dengan nada terkejut sama seperti Mas Aron tadi.
"Tenang - tenang cuman luka ringan kok" jawabku.
"Ya tapi tetep aja mas habis ditabrak kan astagaa"
"Iya ya hahaha... eh ini ada materi iklan buat siaran nanti" kataku.
"Eh, OHIYA! Nanti akhirnya bisa siaran sama Mas Rico ya!!" Kata Nuel dengan nada yang semangat seperti telah melupakan kalau tadi dia sangat khawatir dengan kondisiku.
"Iya akhirnya kita bisa siaran berdua!"

Aku dan Nuel membahas materi yang telah diberikan oleh Mas Aron itu. Kami merancang bagaimana caranya nanti kami membaca iklan tersebut hingga pembagian tugas mengenai pengaturan volume di audio mixer nanti. Nuel terlihat sangat bersemangat mungkin karena akhirnya aku bisa menemaninya saat siaran karena siaran perdananya dilakukan sendirian padahal dia masih baru sekali.

Nuel menyeduh kopi susu sama sepertiku dan memgambil snack manis untuk dimakannya. Nuel banyak bercerita tentang perasaannya saat siaran pertama dan sendirian tanpa aku. Sebenarnya aku cukup bangga dengan Nuel karena dia bisa melakukan siaran perdananya sendiri dan hasilnya sudah cukup memuaskan.

Aku pergi ke toilet sejenak sebelum memulai siaran hari ini. Setibanya aku di toilet aku merasakan hawa yang sangat dingin walau biasanya hawa toilet stasiun radio ini dingin. Aku menatap ke arah cermin yang ada di toilet hingga mataku menangkan sosok bayangan hitam dengan mata merah menyala itu ada di sudut toilet. Aku cepat - cepat keluar dari toilet tetapi sepertinya aku telah terjebak dalam zona hantu itu, kaki ku rasanya berlari tapi ternyata aku hanya diam di tempat. Aku berteriak tapi suaraku tidak keluar, semua kejadian itu terlihat di cermin. Hantu mata merah itu perlahan berjalan mendekatiku, aku terus berusaha berlari dan berteriak berharap ada seseorang yang membuka pintu toilet tapi nihil. Beberapa kali aku mendengar orang yang berbicara di depan toilet tapi mereka juga terasa jauh sekali. Aku menutup mataku sambil berusaha untuk bergerak dan berteriak tapi tetap tidak bisa, saat aku membuka mataku tiba - tiba saja hantu mata merah menyala itu sudah ada di hadapanku dan saat itu juga suara serta tubuhku kembali normal.

"EH MAS KENAPA?"
"Mas? Mas kenapa??"

Napasku terengah - engah dan penglihatanku kembali terfokus. Aku melihat 2 orang laki - laki yang terlihat panik melihat kondisiku. Aku minta bantuan mereka untuk membantuku berdiri dan mengatakan ke mereka kalau aku tidak apa - apa hanya salah lihat. Mereka tidak terlalu percaya dengan jawabanku tetapi mereka hanya meng-iya-kan jawabanku karena sebentar lagi sesiku untuk siaran.

***

"Halo! Akhirnya Aku, Rico, kembali! Yuk kita ngobrol asik lagi..."

THE CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang