_ Reyvana 15 _

98 5 0
                                    

Happy Reading🤗
Follow dulu baru lanjut baca😊😊
-------------

"Jangan langsung gegabah, pikirkan dulu strategi nya baru mulai dan jalankan aksinya, itu baru berpikir dewasa."
_reyv kevin andara_
_Ketua G-Thunder_

*****

   0823****** :Hai na.. Ini gue likho. Disave ya nomer gue😊.

      "Gila na.. Kayaknya likho juga suka deh sama lo." pekik ala ketika dibacanya pesan yang likho kirimkan.

       "Gue juga gak nyangka sih. Tapi gak mungkin deh likho suka sama gue. Gue gak mau percaya gitu aja la." tutur ana sembari memakan tempe goreng yang barusan saja dimasak oleh Dara, ibu ala.

       "Iya sih na. Tapi kalo gue jadi elu, Bakal tetep gue pepet sih. Dimana lagi coba bisa dapat cowok ganteng kayak dia. " ujar ala sembari membayangkan jika dirinya yang ada di posisi ana, jangan ditanya lagi sudah pasti ala tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

     Mendengar ucapan sahabatnya, ana hanya menatap ala datar, sudah tidak heran lagi. Setelah percakapan tersebut, ana dan ala sama-sama terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing.

       "La.. " hingga akhirnya suara ana memecah keheningan diantara keduanya.

      Ala hanya menoleh dengan sedikit mendongakkan kepalanya, meminta ana untuk melanjutkan apa tujuan dari ana memanggilnya.

       "Gue mau cerita. Tapi lo janji, jangan kaget, jangan marah, jangan teriak dan satu lagi jangan nyalahin gue. " ujar ana dengan ekspresi aneh menurut pandangan ala.

       "Janji." tutur ala. Pasalnya ala sudah kadung kepo dengan apa yang akan ana katakan, apalagi melihat ekspresi ana. Sepertinya ada yang tidak beres dengan sahabatnya.

      Tanpa menunggu lama, ana pun menceritakan perihal surat perjanjian yang reyv buat untuknya, serta kenyataan pahit mengenai beasiswa dan juga orang tuanya, tak lupa ana juga menceritakan perihal reyv saat ditaman sekolah.

     Ala yang mendengar sontak kaget dan tak habis pikir, tapi mengomentari dan memotong pembicaraan orang lain, bukanlah sesuatu yang benar untuk saat ini. Maka dari itu ala mencoba untuk mendengarkan sampai akhir cerita ana. Ala dapat melihat gurat sedih, kesal dan marah pada ana. Apalagi ketika ana menceritakan perihal orang tuanya yang sudah membohonginya.

     "Gue bingung la.. Makanya gue setujuin aja surat perjanjian yang reyv buat. Sebenarnya gue mau cerita ke elu la, tapi gue takut ini malah ngerepotin lo dan jadi beban buat lo.. Makanya gue pendem sendiri. " ujar ana dengan mata yang berkaca-kaca. "Tapi lama-lama, sakit rasanya mendem ini sendiri.. Sakit la.. " lanjut ana, kali ini setetes air mulai luruh jatuh ke pipi putihnya.

    Melihat ana menangis, membuat ala segera memeluknya. "Lo gak boleh gini na. Lo gak boleh kalah sama kenyataan. Lo harus kuat. Lo harus lawan kenyataan ini. Lo gak sendiri na, ada gue, ada orang tua lo juga. Kita gak akan ninggalin lo sendirian buat ngejalanin ini.. " tutur ala sembari menepuk punggung ana bermaksud menenangkan.

    Ana masih terus menangis didalam dekapan ala. Entah mengapa air matanya sangat sulit untuk berhenti.

       "Lo gak boleh nangis na. Kenyataan bahkan ngetawain lo kalo lo kayak gini.. " ujar ala sembari melepas pelukan mereka dan memegang kedua bahu ana seraya menatap ana.

Reyvana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang