_ Reyvana 26 _

71 6 0
                                    

Happy Reading 🤗

"Lebih baik tidak tau, dari pada harus mengetahui kenyataan yang buat hilang sebuah harapan. "
_ penulis_

****

       Waktu menunjukkan pukul 08.00, masih tersisa waktu satu jam, sesuai peraturan restoran untuk bisa pulang dari aktivitas hari ini. Namun karena merasa sangat lelah dan tidak bersemangat, akhirnya ala menyusun strategi agar ia bisa pulang terlebih dahulu.

    Ala tak henti-hentinya menghela napas ketika sedang melakukan suatu pekerjaan. Seperti ada yang mengganjal dalam dirinya yang membuat ala ingin segera pulang kerumah. Apakah ada sesuatu yang terjadi pada anggota keluarganya?
Entahlah, ala tak dapat membayangkan hal aneh terjadi pada keluarga nya. Saat ini, ala benar-benar tidak tenang, ditambah tidak ada ana yang biasanya akan memberikan saran maupun ide jika ala sedang seperti saat ini.

    "Dari tadi gue lihat, lo hela napas mulu. Ngapa sih? " tanya sella sembari menatap heran ala yang terlihat tidak seperti biasanya.

    "Gue.. " ala menjeda kalimatnya. Ini adalah suatu kesempatan yang bagus untuk bisa pulang cepat dengan memberi alasan yang sudah ala pikirkan sejak tadi. Yaitu pura-pura sakit perut agar diizinkan pulang. Sebenarnya ini adalah tindakan yang kurang baik, tapi mau gimana lagi, dari pada kerja tapi nggak fokus, lebih baik ala cepat untuk pulang.

    "Ditanya malah diem. " ujar sella menyenggol pelan lengan ala.

     Dengan segera ala pun menjalankan aksinya dengan memegang perutnya menggunakan satu tangannya. Sedangkan satu tangan nya lagi ia gunakan untuk menopang tubuhnya, dengan memegang meja. Tak lupa ia juga menggunakan ekspresi sok sedih dan tersakiti miliknya. Sebenarnya jika diperhatikan baik-baik, semua orang yang tengah melihat aksi ala akan cepat menebak jika ala tengah berpura-pura. Tapi, siapa sangka, sella yang galak malah percaya begitu saja melihat ala yang sedang berakting.

     "Lo nggak papa? " tanya sella panik, sembari membantu ala untuk duduk di kursi. Ala sontak bersorak ketika melihat ekspresi sella yang terlihat khawatir, artinya ia sudah punya peluang besar untuk pulang terlebih dahulu.

      Sebenarnya tidak perlu sampai harus berbohong  jika ala ingin pulang cepat, hanya memberi tahu jika ia sedang ada sedikit masalah saja, mereka pasti akan memahami. Lagipula, reyv kan sedang tidak ada disini, sudah bisa dipastikan karyawan bahkan manager sekalipun akan memperbolehkannya. Tetapi ala dengan pikiran sempitnya, malah memilih untuk melakukan hal yang tidak berguna dan tercela ini.

      "Gue mencret sel. Udah dari kemaren. Capek gue bolak-balik kamar mandi mulu. " ujar ala dengan ekspresi sok sakit, dan dengan suara tersakiti pula.

     "Lo... MENCRET? " ulang sella dengan sedikit berteriak dan menekan kata terakhir. Sengaja agar karyawan lainnya mendengar dan menoleh kearah mereka. Sella yang memang suka jahil lantas tertawa dalam hati melihat bagaimana ekspresi kaget ala karena ia menyebut kata mencret dengan sedikit teriak.

     "Lo bisa nggak bilangnya pelan aja. Malu gue. " ujar ala pelan sembari menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Ala sungguh malu, karena ala yang selalu berusaha terlihat anggun bahkan dihadapan karyawan lainnya tidak pernah mengeluhkan sesuatu yang menjijikkan tersebut. Dan melihat betapa karyawan lainnya menatap ala sembari menahan tawa membuat ala mengumpat dan menatap tajam sella.

      Alex salah satu karyawan yang bekerja dibagian memasak menatap ala dengan tatapan mengejek. Primadona nya para karyawan di Andara food mencret? Yang benar saja. Padahal jika dipikirkan lagi, mau dia sesempurna apapun, seganteng apapun, mencret tetaplah suatu hal yang wajar dan murni, bukan suatu yang keramat. Malah mencret adalah penyakit yang harus dihindari.

Reyvana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang