"Ini si Osep, Asep itu siapa sih? Kerjaannya tiap hari chit-chat kamu terus,"
Wajah sebal Rio menghiasi layar di laptop Disya. Kini, keduanya sedang melaksanakan rutinitas mereka di setiap malam. Yaitu, sekedar video call an untuk menumpas rasa rindu karena tidak bisa bertemu langsung.
Disya terkekeh singkat. "Joseph, ihh," katanya.
"Tau banget ya kamu, nama aslinya dia," sindir Rio yang dibalas Disya dengan kekehan lagi.
"Ya ampun, nggak, Sayang. Dia 'kan temen kampus aku, jadi ya wajar dong kalo aku tau," terang Disya setelah menyelesaikan tawanya.
Rio berdecih. "Iya deh, iya tau. Kamu jangan lupa ya, kita 'kan dulu juga temenan," ujar Rio.
"Dia suka tuh, sama kamu. Di chat aja begini, apa lagi kalo ketemu. Pasti ngegangguiin kamu mulu tuh," decak Rio.
"Nggak, Sayang. Kita nggak ada hubungan apa-apa, serius deh. Yang penting, hati aku buat kamu 'kan?" tanya Disya mencoba menenangkan.
"Ya tetep aja. Kesel lah aku. Coba aja kalo aku ada di sana, udah aku hajar dia," ketus Rio.
Disya menggelengkan kepalanya. Ia jadi teringat ketika dirinya dan Rio saat di sekolah dulu. Rio yang senang sekali mengusilinya, membuatnya kesal, ataupun hal-hal random lainnya yang dilakukan oleh Rio. Dan sekarang, keadaannya sangat berubah sekali. Setelah menjadi kekasihnya, Disya jadi semakin kenal dengan sifat asli Rio. Sebagai contoh, sifatnya yang ternyata pencemburu hebat.
Lihatlah sekarang, kekasihnya itu cemburu hanya karena ia melihat teman Disya terus mengiriminya pesan di Instagram. Yang sialnya, Rio mengetahui itu semua. Karena Rio memegang akun Disya. Begitupun sebaliknya. Keduanya setuju untuk itu dan terbukti, kini, hubungan mereka setelah dinyatakan resmi bepacaran di hari dimana Disya akan berangkat ke Aussie, sampai sekarang, sudah menginjak hampir empat tahun lamanya.
"Jangan gitu, ah. Aku sama dia nggak ada hubungan apa-apa, kok," kata Disya.
"Tapi, dia suka loh, Yang. Dia bukan nganggep kamu sebagai temen doang," kekeh Rio dengan sedikit merengek.
Disya menghembuskan napasnya mencoba sabar. "Nggak, ah. Ngarang kamu itu," sanggahnya.
"Aku cowok, Yang. Aku paham," kata Rio lagi.
"Tapi, yang penting aku nggak merespon 'kan?" tanya Disya.
Rio menundukkan kepalanya. "Iya, sih. Tapi, tetep aja kesel aku! Kamu kapan pulang sih? Kangen," rengek Rio.
"Ihhh, kayak bocah!" cibir Melody yang memasuki kamar Rio tanpa permisi.
Rio melotot kesal sedangkan Disya tertawa kencang.
"Dis! Masih betah lo pacaran sama bocah? Kuat juga ya lo," ledek Melody pada Disya.
"Iya, nih. Pelet kakak lo manjur juga, nih," sahut Disya menanggapi Melody yang membuat Rio mencebikkan bibirnya.
"Keluar! Nggak sopan banget masuk nggak permisi!" ketus Rio pada Melody.
"Heh! Gue kesini mau ambil air pods, noh! Yang lo ambil tanpa permisi dari kamar gue!" tekan Melody sembari membawa air pods berwarna pink miliknya dari meja yang berada di kamar Rio.
"Hehehe. Iyaa deh, iya maaf," tukas Rio nyengir.
"Huu!" balas Melody menyoraki. "Oh, iyaaa! Diss! Lo dateng ke nikahannya Gege 'kan?" lanjut Melody bertanya pada Disya.
Disya mengangguk. "Iyaaa, nanti gue dateng," jawabnya.
"Asik! Temu kangen kita. Bareng ya!" ajak Melody riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabatku, Suamiku [END]
HumorCover by: Pinterest. [Sebelum membaca, alangkah lebih indahnya kalau difollow dulu. Berteman itu indah, bro.] Berbicara tentang cinta, Disya sebenarnya nggak tau definisi cinta yang benar itu seperti apa. Disya nggak pernah jatuh cinta. Sekalinya ja...