20 : Kalah

35 7 0
                                    

Hal pertama yang Disya lakukan saat membuka pintu rumahnya adalah memasukkan yoghurt pemberian Rio tadi di sekolah. Ia membuka pintu dan menyembunyikan keempat yoghurt dari Rio supaya tidak di curi oleh predator yang sangat berbahaya di rumah ini. Tentu saja, siapa lagi kalau bukan Abangnya, yakni Arkan.

Semua ini takkan Disya lakukan kalau bukan karena Arkan senang sekali membawa makanan ataupun minuman miliknya di kulkas. Terlebih, Arkan tak pernah memikirkan bahwa itu makanan kesukaan Disya. Semua makanan, ia ambil tanpa pandang bulu.

Mana kalau ketahuan, Disya seringkali dijanjikan untuk dibelikan dengan jumlah yang lebih banyak. Dulu-dulu mungkin Disya akan percaya. Tapi, tidak untuk sekarang. Karena dia trauma di bohongi lagi. Sekarang, dia bukan anak kecil lagi. Ea.

"Beres. Awas aja kalo yang ini sampe ketauan lagi. Gue pindahin ini kulkas ke kamar gue. Eh tapi, disimpen dimana yak?" cerocos Disya berbicara sendiri. Tak lama, iapun beranjak untuk ke atas ke kamarnya untuk mengistirahatkan diri. Selain itu, ia juga sedikit ngeri dengan dirinya sendiri karena terlalu sering berbicara sendiri.

Sampai di kamar, ia dengan cepat melepas sepatu beserta kaos kaki lalu melemparkannya ke segala arah. Setelah itu, dilanjutkan dengan melemparkan dirinya sendiri ke kasur yang sangat tidak bisa dikatakan rapih. Jangan tanyakan dimana keberadaan tas sekolah Disya. Sebab, dari awal sudah ia lempar ke bawah kasur.

Luar biasa.

Sangat aesthethic, bukan?

"Hadeuh, akhirnya bisa rebahan," gumamnya sembari melepas charger yang menempel di hp nya yang sedang di isi daya. Sembari menunggu hp itu menyala, Disya mengingat kapan terakhir kali ia memainkan hp itu. Oh, ternyata saat ia menunggu Bagas di cafe yang berakhir Bagas tidak bisa datang. Disya mencebikan bibirnya.

"Ngenes banget gue. Kenapa harus suka sama orang yang gasuka sama kita sih? Kan ribet, elah!" keluh Disya. Tapi, mengingat betapa naas nasib dirinya saat di cafe menunggu Bagas tapi pelakunya sendiri tidak datang, maka Disya tak akan goyah. Lihat saja, ia akan ngambek kepada Bagas tiga hari tiga malam.

Eh, tapi kelamaan.

Dua hari lah ya.

APA SEHARI AJA?

atau GAUSAH AJA?

Disya menggelengkan kepalanya guna menyadarkan dirinya. Ternyata hp nya sudah menyala. Beribu notif chat tak berhenti terdengar. Notif grup maksudnya.

Membuka aplikasi WA, posisi yang menempati paling pertama adalah Bagas. Terlihat ada 67 pesan yang belum dibaca. Disya membuka pesan itu yang sebagian besar berisi tentang Bagas menanyakan dimana keberadaan Disya. Dan tak lupa, tentang permintaan maaf dari Bagas. Kurang lebih, isi chatnya seperti ini.

Bagasayang

sya, lo dmn? plis gue khawatir.

maafin gue, sya.

gue emang bisanya nyakitin lo doang.

Itu, tau. Kata Disya.

gue bener2 gabisa kesana.

saaaa

gatenang bgt gue jujur

lo dimanaaaa

Perlahan, Disya sedikit terbesit rasa bersalah kepada Bagas karena tak mengaktifkan hp nya sedari kemarin. Terlebih, waktu Bagas menanyakan sesuatu sebelum hp nya sekarat, Disya belum sempat membalas chat tersebut. Tapi, Disya nggak akan goyah.

saaaa

maaf gue blm bisa minta maaf scr langsung, gue ada olim hari ini.

doain gue yaa, smg lo udah maafin gue.

Disya menganggukan kepalanya mengerti. Oh, pantas saja tadi di sekolah, Disya tak melihat batang hidung Bagas. Ternyata Bagas mengikuti olimpiade. Disya tak heran Bagas mengikuti olim. Karena memang Bagas adalah siswa berprestasi di sekolahnya. Ganteng pula. Maka, sah-sah saja jika Bagas dicap sebagai pentolan sekolah.

Jari Disya menggulir ke bagian bawah chat dari Bagas dan seketika saja badannya langsung terduduk karena terkejut.

syaa gue baru balik olim

lo udah balik sekolah kah?

gue mau ketemu sm lo

barusan gue tanya sarah dan katanya lo udah balik.

Mata Disya membola. Bukan karena Bagas ingin bertemu dengannya. Tapi, karena pesan yang baru dikirim Bagas itu baru beberapa menit yang lalu. Lebih tepatnya sepuluh menitan. Sebenarnya tak apa bila Bagas ingin bertemu dengannya, tapi, masalahnya Disya belum ada mood untuk bertemu dengan Bagas.

Dengan cepat, ia memberi balasan kepada Bagas. Berharap dalam hati bahwa Bagas belum pergi dan mengurungkan niat untuk bertemu dengan Disya.

eh gausah gas.

gue udah maafin lo.

lo gaperlu datang kesini, gue udah maafin lo.

okey?

"Huft," gumamnya.

Di sisi lain, Bagas yang sedang di minimarket membelikan makanan untuk Disya, tergerak untuk mengambil hp di sakunya karena bergetar. Sesaat dinyalakan, wajah Bagas berseri-seri karena sang pemberi notif adalah Disya. Tapi, sejurus kemudian wajahnya berubah datar karena melihat balasan Disya.

Bohong jika Bagas tak sadar maksud terselubung dari balasan Disya tersebut. Tapi, salah jika kalian berfikir bahwa Bagas akan pulang dan tak jadi ke rumah Disya. Karena Bagas tak akan melakukan itu. Selain untuk meminta maaf secara langsung, Bagas juga ingin melihat Disya-nya.

telat, gue uda dijalan.

udah, diem aja.

Disya membelakakan matanya membaca balasan Bagas.

GUE LG GAMAU KETEMU SM LOOO

gausah kesini atau gue gaakan bukain pintu buat lo.


Bagas yang sedang membayar total belanjaan makanan yang ia beli, sontak kembali menurunkan kepalanya untuk melihat balasan Disya. Dia terkekeh singkat melihat Disya sangat lucu sekali berusaha menolak kehadirannya.

gue rasa lo udah tau gmn caranya bersikap kalo ada tamu.

Balasan yang cukup menohok Disya dapatkan dari Bagas. Dengan mulut yang masih menganga, Disya menjawab dengan cepat pesan Bagas itu.

gue rasa lo juga udah tau gmn caranya bersikap
kalo ada org yg lagi gamau ketemu sama lo.


Disya menarik senyumnya. Haha, dipikir ia akan kalah. Tentu saja, tidak. Sedangkan Bagas yang sedang jalan ke motornya, kembali tersenyum simpul. Disya-nya ini kenapa sangat menggemaskan?

sya

apa sopan kalo ada tamu yang berniat silaturahmi, kita tolak?

HAH?

OKE CUKUP.

DISYA DIAM.

Kalau bukan Bagas, mungkin sudah ia bejek-bejek saking gemesnya.

nyenyenye.
trsrh.

Terserah lah. Terserah Bagas mau melakukan apa, ia menyerah.

Sahabatku, Suamiku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang