13 : Kerkom

36 9 0
                                    

Kerja kelompok.

Dua kata, satu kalimat, tapi seribu kebahagiaan bagi seorang siswa.

"Ge, gue sama lo ya," ujar Disya.

Gege mengangguk setuju. "Dua lagi siapa, Ca?" tanyanya.

Disya berdeham lalu mencari dua ekor makhluk hidup yang kiranya bisa ia ajak berkontribusi untuk mengerjakan tugas makalah ini.

"Yo! Sekelompok sama gue," putus Disya sepihak pada Rio yang sedang balap kelereng dengan Apdal. Namun, tak ayal Rio menganggukkan kepalanya setuju.

"Woi! Kelompok apaan nih? Gue nggak diajak?!" protes Apdal dengan komuk-komuk gaje.

"Nggak," jawab Disya singkat. Apdal melotot lalu pergi dengan sejuta kekecewaan pada Disya. Disya ngakak.

"Sama Ody 'kan?" tanya Rio memastikan kembarannya ikut bersamanya.

Disya mengangguk setuju. "Yoi," Ya kalau sama Rio, harus sama Melody. Namanya kembar pasti sepaket.

"Kerkom dimana, nih?" tanya Melody sembari mengemut permen milkita rasa coklat dengan santai.

"Dirumah lo aja, Dis," usul Gege yang diangguki semangat oleh Rio. Disya menggeleng. "Abang gue lagi sibuk-sibuknya ngerjain skipsi-an. Gue takut ngeganggu," ujar Disya. Gege menganggukkan kepalanya mengerti.

"Dirumah lo aja lah, Ge. 'Kan belom pernah," kata Disya lagi. Gege terkejut. Tapi dengan cepat merubah raut wajahnya menjadi sebiasa mungkin.

"Nggak. Jangan dirumah gue," deham Gege.

"Lah, ngapa? Kucing lo lagi bertelur emang?" celetuk Rio. Gege memutar bola mata malas. Disya mendengus kasar. Dan Melody yang santai-santai saja menghadapi kembarannya yang random-nya tidak tertolong.

"Diem atau gue tendang?" ancam Disya pada Rio.

Rio menggelengkan kepalanya takut. "Yamaap, Ibu Negara," cicit Rio.

"Kenapa lo selalu nolak kalau ada kerkom dirumah lo, Ge?" tanya Disya.

Gege gugup. "E-eu nggak apa-apa sih sebenernya. Nggak mau aja gue," sahut Gege ringan.

Disya menyipitkan matanya. "Apa ada yang lo sembunyiin?" tanya Disya layaknya wartawan yang sedang mengintrogasi.

Gege menggelengkan kepalanya panik. "Nggak, nggak! Nggak ada, serius!" kilah Gege.

"Apa yang lo sembunyiin dari gue, Ge?" tanya Disya lagi.

Gege kembali menggelengkan kepalanya. "Nggak ada, Ca. Emang gue mau nyembunyiin apaan coba?" kata Gege sembari terkekeh canggung. Rio dan Melody bagian menyimak.

"Oh, gue tau. Jangan-jangan lo sembunyiin anak ayam lo itu 'kan? Biar gue nggak minta 'kan?! Ngaku aja lo, Ge. Tega banget, lo," tuduh Disya dengan raut menyedihkan. Sedangkan raut wajah Gege berubah datar seketika. Tapi, di sisi lain ia lega. Karena Disya tidak menuduh yang iya-iya.

"Ehm, iya sih, hehe. Abisnya anak ayam gue di colong terus sama lo. Mending kalo dipiara baik sama lo. Lah lo malah jual tuh anak ayam gue yang gemoy-gemoy dipinggir jalan," sungut Gege.

Disya cengengesan. Kejadian ini bukan sekali dua kali terjadi. Disya menjual anak-anak ayam itu karena kepepet. Terakhir, ia menjual anak ayam yang ia minta dari Gege untuk ditukarkan dengan segelas es cendol. Peace!

"Hehe, yamaap gue nggak sengaja," akunya pada Gege. Gege berdecih. Nggak sengaja kok berkepanjangan?!

"Yaudah, jadinya dimana nih kerkom?" tanya Gege berusaha mengalihkan topik. "Dirumah gue aja, udah," putus Rio menengahi. Gege menanggukkan kelapanya semangat.

"Yes! Party permen milkita! I'm coming!" seru Disya heboh.

Melody yang mendapat feeling tidak enakpun dengan cepat menyembunyikan permen kesayangan yang berada dibawah meja untuk di masukan ke dalam tasnya. Gege dan Rio menyemburkan tawanya. Sedangkan Disya mengerucutkan bibirnya sebal.

---

Sahabatku, Suamiku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang