18 : Galau Pembawa Sial

28 7 0
                                    

Galau.

Itulah rutinitas Disya sekarang. Ia sedang memikirkan sesuatu yang belakangan ini mengganggu pikirannya. Bagaimana bisa dia menyukai seorang cowok yang tak menyukainya balik? Dan bagaimana bisa pula ia menghilangkan perasaannya kepada Bagas?

Orang mereka satu sekolah.

Tiap hari ketemu.

Belum lagi, sang empunya seringkali berkomunikasi dengannya.

Sekarang, KATAKAN APA YANG BISA DISYA LAKUKAN?!

Huft. Disya menghela nafasnya berat. Semenjak kejadian kemarin, semua perkataan Rio seolah menjadi kaset rusak yang selalu saja terputar dibenaknya. Meskipun Disya memang masih sakit hati, tapi ia tak memungkiri bahwa semua ucapan Rio memang benar adanya.

"Gue emang bener-bener harus move-on," gumam Disya yakin. "Gue pasti bisa. Kalo Bagas bisa biasa aja sama gue, kenapa gue nggak?" lanjutnya. Perlahan, raut Disya berubah cerah. Baiklah, ia akan mulai sekarang. Sekarang juga.

"Mulai dari mana ya? Hadeuh. Cinta pertama, move-on pertama. Kenapa sih, alur cerita cinta gue nggak semulus orang lain?!" rengek Disya. Eits, nggak boleh goyah.

Menyalakan handphonenya yang ia simpan dibawah bantal, jari Disya membuka aplikasi berlogo G dengan warna putih campur merah. Jarinya mengetik dikolom pencarian tersebut "tutor move on cepat". Tak lama, satu-persatu website mulai muncul. Disya memencet website paling atas.

9 Tips Move On Ampuh!

1. Seimbangkan Kenangan Mantan yang Melintas.

Disya mengangguk-nganggukkan kepalanya. Eh, tapi?! Disya lupa. Bagas bukanlah mantannya. Entahlah. Ia dan Bagas tak pernah memiliki hubungan lebih dari seorang teman. Bahkan, mungkin, Bagas hanya menganggapnya sebagai teman gabut saja. Hadeuh untuk kedua kalinya.

2. Jangan Kepoin Media Sosialnya.

"Leh ugha, nich," gumamnya. "Bisa apa nggak ya, gue?"

Nggak bisa. Karena...

NGESTALK-IN MEDSOS BAGAS ADALAH RUTINITASNYA.

Oke. Disya jujur sekarang. Ia seringkali membuka medsos Bagas apapun itu. Baik WhatsApp maupun Instagram. Ia selalu mengstalknya. Bahkan, ia mengatur jadwal kesehariannya untuk mengstalk medsos Bagas ini. Dan bahkan juga, ia hapal betul bahwa followers Bagas di Instagram selalu naik 10-20 akun perharinya. Oke. Disya ngaku.

Tapi, seharusnya kalian bangga dengan Disya disini.

Karena kalau kebanyakan orang mengstalk menggunakan akun fake, Disya tidak. Disya mengstalk menggunakan akun realnya. Disya tak perduli Bagas menggunakan insight atau apapun itu. Yang penting, ia tahu siapa saja ciwi-ciwi dari sekolahnya yang sedang menggebet Bagas.

Eh, lupa. Kan mau move on. Hehehe.

3. Lakukan Kegiatan yang Produktif.

Benar. Benar sekali. Dibandingkan dengan 2 point tadi, Disya paling setuju dengan yang ini. Disya jadi flashback pada masa-masa SMP di mana dia menjadi remaja yang sangat bahagia dan tidak ada acara galau-galauan. Apa lagi nangis karena cinta. Dulu, ia nangis bukan karena cinta. Tapi, dulu ia menangis karena es lilin depan sekolah sering habis duluan sebelum ka membelinya. Memang sesuka itu Disya dengan es lilin. Ia menggelengkan kepalanya mengingat bahwa dia dulu pernah mendoakan dagangan es lilin tersebut tak laku supaya hanya dialah yang membelinya. Disya terkekeh singkat. "Gue kangen masa-masa itu," ujarnya.

OKE SUDAH CUKUP.

Disya akan memulainya.

"Lihat aja lo, Gas. Lo pikir gue nggak bisa move on apa dari lo? Cih. Gue yakin ini nggak akan lama," geram Disya tertahan. Tak lupa dengan tangannya yang meremas-remas kertas terbengkalai di depannya. Mulutnya juga bergerak kesana-kemari ikut berkontribusi untuk menyumpahserapahi Bagas. Setelah kertas tersebut teremas sempurna, Disya melemparkan kertas tersebut ke sembarang arah.

"Lihat aja ya lo. Gue pastiin lo bakalan kangen sama gue!" murka Disya memarahi kertas tersebut seolah kertas tersebut adalah Bagas. Namun, itu tak berlangsung lama sebab mata Disya seketika melotot. Tangannya menutup mulutnya yang menganga.

BUSET!

GAWAT!

"KERTAS REMEDIAL GUEEE! MAMAAAAA!!!" pekik Disya histeris.

Tangannya dengan cepat memungut kembali kertas yang sudah tak berbentuk. Memang penyesalan selalu datang di akhir. Mana kertas remedial ini harus Disya kumpulkan besok. Dan sekarang? Kertasnya sudah tak tertolong. Bukankah tak sopan jika Disya mengumpulkan kertasnya dalam kondisi kusut tingkat dewa? Hiks. Disya mau menangis saja.

Disya menjadi semakin emosi dengan Bagas.

Semua salah Bagas.

---

Sahabatku, Suamiku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang