3. Ujian kesabaran

95 25 9
                                    

Follow dulu yuk sambil vote🥰

Follow dulu yuk sambil vote🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




💉💉💉



Jimin terbelalak mendengar penjelasan dari Yura cara pemberian obat anti nyeri tambahan. Obat yang harus di berikan melalui duburnya.

“Apa tidak ada cara lain?” tanya Jimin kesal.

“Jenis obat yang di berikan sesuai dosisnya. Jika hanya melalui suntikan, keluhan nyeri yang anda rasakan masih akan terasa. Tadi anda bilang tidak ingin merasakan nyeri pada bekas jahitannya?” Yura menjelaskan.

“Tapi, kau jadi mendapat kesempatan melihat bagian tubuhku,” ucap Jimin kelewat dingin. Tetap bersikeras menolaknya.

Dengan sabar Yura meluruskan apa yang ada dipikiran Jimin. “Maaf perkataan anda seakan berpikiran negatif tentang saya. Tapi sebagai tenaga medis saya bekerja secara profesional.” Sekali lagi Yura dibuat kesal oleh perkataan Jimin. Meskipun dia idol terkenal namun tak terbelesit sedikitpun pemikiran tentang memanfaatkan keadaan. Ia hanya menjalani tugasnya.

Jimin tak bergeming, ia masih menolak pemberian obat tersebut . Bahkan ia tak merasa bersalah telah menuduh Yura.
Yura melepaskan sarung tangan karetnya, memberikan obat tersebut kepada Nyonya Han.

“Maaf ini obat pasien, harus di berikan melalui duburnya.” Lebih baik ia memberikan obat tersebut kepada Ibunya Jimin daripada terus di salahkan. Memang pekerjaannya sebagai perawat memiliki resiko melihat bagian tubuh pasien, namun baru kali ini ia mendapat banyak protes dari pasien.

“Aduh Sus, saya takut jika salah. Maafkan anak saya . Dia memang terlalu banyak khawatir. Lebih baik Suster saja yang memberikan obatnya.” Nyonya Han memberikan kembali obat kepada Yura.

Eomma ... Aku malu,” bisik Jimin kepada ibunya. Sebenarnya apa yang dikatakan Jimin untuk menolak Yura karena ia tak ingin orang lain melihat bagian sensitifnya. Ia tak terbiasa dengan itu. Ya, setiap orang pasti akan berpikiran yang sama tentang hal itu.

Nyonya Han memberikan penjelasan kepada putranya, ia harus menahan malu sebentar agar tak merasakan sakit lagi dan segera pulih.

“Memang seperti itu resikonya, jika tak ingin, ya jangan mengeluh jika terus merasakan perih,” ujar Nyonya Han.

Jimin menghembuskan napas panjang, kembali menimbang ia berpikir sejenak. ”Baiklah, tapi setelah ini lupakan apa yang sudah kau lakukan, Suster.” Akhirnya ia menyetujui pemberian obat yang akan dilakukan Yura.

.
.
.

Yura meninggalkan kamar inap Jimin. Kembali ke nurse station dengan wajah masam. Salah satu rekannya sampai menautkan alisnya merasa heran melihat Yura dengan ekspresi seperti orang kesal. Eunbi tau, senyuman Yura akan selalu mengembang disaat ia sedang menjalankan tugas.

𝓜𝔂 𝓟𝓪𝓽𝓲𝓮𝓷𝓽  || 𝐏𝐣𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang