Sebagai seorang anak saat mendapat kabar jika Ibunya sedang sakit pasti akan sangat khawatir. Terlebih mereka tidak tinggal bersama. Yura datang ingin menjenguk sang Ibu, ternyata malah tak di sambut hangat. Sajian cacian menusuk hati yang Yura terima. Bahkan begitu terkejutnya Yura saat mengetahui uang hasil kerja kerasnya, ternyata di gunakan sang ibu untuk menghidupi pria mudanya. Pria yang seumuran dengan Yunki dengan percaya dirinya menjadi benalu dalam kehidupan Kwon Yorin. Entah dari mana mereka bisa berkenalan. Tapi, Pria yang bernama Lim Jae itu sudah tinggal dengan Yorin beberapa bulan ini.
"Aku tak butuh kau datang! Melihatmu membuatku muak! Aku hanya butuh uangmu saja, kau bisa mengirimkan uang jika kau ingin membelikanku obat. Tak perlu menampakkan batang hidungmu," bentak Yorin.
"Jadi sekarang pergilah dan tinggalkan uang 2juta won." Dengan entengnya Kwon Yorin menyebut nomilnal tersebut. Tanpa memikirkan bagaimana kehidupan anaknya di tempat perantauan.
Yura membuka ponselnya, lalu mentransfer uang ke rekening ibunya, "Aku selalu berusaha menjadi anak yang baik dan berusaha membahagiakanmu. Tapi kenapa, Eomma tidak pernah melihat ke arahku? Haruskah dosa appa, aku yang menanggungnya?" Tanpa berlama-lama setelah mengirimkan uang. Yura bergegas meninggalkan tempat yang banyak menorehkan luka di hatinya itu. Sungguh, tak ada tempat yang Yura sebut sebagai rumah untuk pulang. Sekalipun ia pergi jauh namun, tetap saja tak ada tempat untuknya kembali menumpahkan rasa lelahnya menghadapi dunia.
Kwon Yorin hanya menatap punggung anaknya tanpa ingin menyanggah perkataan Yura. Wajah yang ia tampilkan seakan tak ada penyesalan sedikitpun setelah membuat anaknya sendiri terluka karena perkataannya. Yorin malah menyunggingkan senyum melihat notifikasi pemberitahuan saldo bertambah. Ia menghampiri Lim jae, mengalungkan tangan di leher pria muda itu.
"Saatnya berpesta, Sayang." Yorin mengecup bibir Jae.
Yura tumbuh menjadi anak yang tak pernah membantah ibunya. Meski kurang kasih sayang tapi Yura tumbuh menjadi anak yang baik. Entah mengapa Yura harus mendapatkan hukuman sepeti itu. Di benci oleh ibunya sendiri. Padahal ia juga tak meminta untuk di lahirkan di keluarga ini.
Yura menatap ke arah luar kaca mobil yang mulai basah oleh rintik hujan. Semesta seakan ingin menemani Yura yang tengah bersedih. Kata-kata yang di ucapkan ibunya masih berputar di kepalanya. Jimin menoleh ke arah Yura yang sedari tadi mengalihkan pandangan ke luar. Jimin mengulurkan tangan kanannya meraih tangan Yura untuk ia genggam, sedangkan tangan kiri tetap memegang kemudi.
Yura tersentak dari lamunannya. Memandang tangannya yang kini tengah di genggam erat oleh Jimin, kemudian beralih memandang Jimin yang fokus membelah jalanan. Seakan memahami apa yang Yura rasakan setelah keluar dari rumah meski Yura belum menceritakan apa yang ia alami. Jimin hanya ingin menenangkan lewat genggaman hangatnya, menyiratkan bahwa jangan merasa sendirian. Ada aku bersamamu.
Jimin menoleh sekilas sambil menampilkan senyum hangatnya. Layaknya sebuah magis, senyum dan genggaman tangan Jimin dapat menenangkan hati Yura. Hujan yang semakin lebat membuat Jimin harus lebih berkonsentrasi dalam berkendara.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓜𝔂 𝓟𝓪𝓽𝓲𝓮𝓷𝓽 || 𝐏𝐣𝐦
Fanfiction❗ FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA ❗ Ketika pekerjaan mempertemukan Kim Yura dengan Han Jimin, antara perawat dan seorang idol terkenal, keberanian diuji di tengah kedekatan yang tak terduga. Namun, di balik hubungan yang sedang tumbuh, kehadiran Par...