Yura menggeliat di atas ranjang, dengan mata yang mulai terbuka secaral perlahan. Baru saja terbangun tapi otaknya langsung bekerja mengingat kejadian semalam. Seketika seakan oksigen di sekitarnya hilang, Yura berhenti bernapas sejenak. Tangannya meraba dada. "Eoh ... aku sudah memakai baju lagi." Detik itu juga oksigen kembali Yura hirup dan menghembuskannya dengan lega.
Tapi tunggu, kini gantian jantungnya berdebar tak beraturan. Tubuhnya yang masih terlentang seakan menjadi kaku.Bagaimana ini jika Jimin tertidur di sebelahku? Apa yang harus kulakukan? Jimin sudah melihatnya. Aku terlalu malu jika harus berhadapan dengannya. Tapi, ah ... pelukan Jimin memang yang terbaik, selalu bisa membuatku tenang dan nyaman. Astaga Yura apa yang kau pikirkan.
Rahang Yura mengerat bersamaan dengan menggengam ujung selimut dengan erat. Setelah mengatur napas dan menenangkan diri. Ia memberanikan diri untuk mengedarkan pandangan ke sisi ranjang. Layaknya membuka ikat pinggang telah mengikat pinggangnya hingga membuat sesak, kini Yura dapat bernapas lega. Jimin tidak ada di sebelahnya. Bahkan juga tidak ada di sofa dekat jendela. Lalu ke mana pria itu berada? sepertinya di kamar mandi pun tak terdengar suara air.
Akhirnya Yura merenggangkan tubuhnya dengan leluasa setelah beberapa saat tadi sempat tegang karena kekhawatirannya sendiri. Paling tidak ia tak bertemu Jimin untuk beberapa saat, atau ia akan lebih lega jika Jimin meninggalkannya seorang diri di kamar hotel mungkin karena pekerjaannya.
"Ah ... " Suara erangan tiba-tiba mengagetkan Yura saat kaki putihnya menuruni ranjang.
Yura begitu terkejut saat mendapati Jimin berteriak kesakitan. Ternyata Yura tak sengaja menginjak jari Jimin. "Kenapa kau berbaring di lantai?" Yura berjongkok meraih jari Jimin yang ia injak, lalu meniup-niup jari yang sakit.
Semalaman Jimin tak dapat tidur dengan nyenyak. Kegelisahan mendominasi diri sebab selain menjaga Yura yang sedang demam, ia juga harus bisa mengontrol dirinya. Jimin memang mencintai Yura bahkan sangat menginginkannya. Akan tetapi, ia ingin mendapatkannya dengan cara yang layak. Sebagai seorang pria, ia memegang teguh tentang tanggung jawab untuk menjaga orang terkasih adalah hal yang terpenting. Tak mungkin Jimin memanfaatkan kesempatan untuk menguasai tubuh Yura di saat kondisinya sedang lemah. Usai memakaikan kembali pakaian Yura setelah melakukan skin to skin dan suhu tubuh Yura berhasil menurun. Karena tak ingin jauh dari Yura tapi jika terus berdekatan akan berbahaya, maka Jimin memillih merebahkan diri di bawah ranjang hingga ia terlelap
sendiri.Kepala Jimin terasa pening sebab terbangun dengan tiba-tiba di sertai terkejut merasakan jarinya terinjak sesuatu. "Aku hanya rebahan sambil bermain ponsel dan baru saja terlelap."
Seakan waktu berdetak lambat. Poros hidupnya berhenti tepat di hadapannya. Rasa sakit yang ia rasakan seketika menghilang. Kala kedua netra Jimin saat memandang lekat Yura yang tengah meniup jarinya. Jimin terpesona dengan paras Yura saat wanita itu baru saja bangun tidur. Sangat manis dan terlihat teduh. Meski mereka pernah tinggal bersama tetapi, Yura selalu keluar kamar jika sudah mandi dan terlihat rapi. Tapi kali ini entah mengapa Jimin justru terpesona dengan penampilan rambut yang berantakan dan mata bengkak khas bangun tidur. Untuk sesaat Jimin menikmati momen tersebut, walaupun harus menahan diri untuk tidak mencium gemas bibir Yura yang terlihat menggoda saat meniup tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓜𝔂 𝓟𝓪𝓽𝓲𝓮𝓷𝓽 || 𝐏𝐣𝐦
Fanfiction❗ FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA ❗ Ketika pekerjaan mempertemukan Kim Yura dengan Han Jimin, antara perawat dan seorang idol terkenal, keberanian diuji di tengah kedekatan yang tak terduga. Namun, di balik hubungan yang sedang tumbuh, kehadiran Par...