Lebih baik Yura menghindar dari pertanyaan yang hanya akan membuatnya terjebak dalam situasi canggung nantinya.
Ia berjalan mendahului Han Jimin yang masih berdiam diri di tempatnya. Syukurlah, Yura pulang dengan selamat meski sempat kembali di buntuti seseorang.Jimin mengusap dagu, memandang pungugung kecil Yura. Masih memikirkan apa yang membuat Yura pergi dari gedung agensi dengan wajah kesal. Padahal saat mereka memasuki gedung tak ada masalah apapun. Bahkan di dalam studio Yunki, ruangan itu sangat terjaga privasinya dengan kunci pintu yang menggunakan password yang di ketahui Yunki dan beberapa member yang lain. Jadi tidak mungkin ada yang berani masuk dan menganggu Yura karena semua member hadir dalam rapat.
"Yura, tunggu." Jimin melangkah, mensejajarkan diri dengan Yura, "apa kau menemukan sesuatu di studio Hyung Yunki?"
Tanpa menghentikan langkah, Yura memasuki lift menuju unit apartemen Jimin. "Tidak, aku hanya melihat alat musik dan komputer saja di sana. Memangnya kenapa?" jawab Yura setelah pintu lift tertutup. Hanya ada mereka berdua di dalamnya.
"Omo ... " Yura menutup mulutnya dengan telapak tangan. Wajahnya seperti orang ketakutan. Yura menggeser tubuhnya mendekat ke arah Jimin. Saking dekatnya kedua lengan mereka sampai menempel. "apa di studio oppa Yunki ada hantunya? Ih ... Pantas saja nuansanya hitam, abu-abu." Yura membayangkan wajah seram hantu wanita berambut lurus panjang sampai menyentuh lantai, dengan wajah pucatnya.
Meski kesal karena Yura memanggil Yunki dengan sebutan oppa tapi, ada hal lain yang membuat Jimin menahan senyumnya. Ia melirik ke arah kelingkingnya. Ternyata Yura sudah menggenggamnya dengan erat. "Ah ... Apa kau tau, aku pernah mendengar suara tangisan lirih di sana." Bukannya menenangkan, Jimin nampaknya sengaja mengerjai Yura. Mana ada hantu yang mau menghuni ruangan studio Yunki. Kalaupun ada, pasti hantu itu akan resign jadi hantu karena Yunki lebih putih darinya. Jimin memanfaatkan ketakutan Yura agar bisa dekat-dekat dengan wanita itu.
Seketika bulu kuduk Yura meremang, semakin merapatkan diri. "Jangan menakutiku! Bagaimana jika mereka mengikutiku?"
Suara tawa Jimin pecah, menggema memenuhi ruangan sempit itu. "Seorang perawat rumah sakit takut hantu? Yang benar saja?" Ledek Jimin.
Lirikan tajam Yura lontarkan, kelingking yang ia genggam di angkat sejajar dengan bibirnya. Yura menggigit kelingking kecil milik Jimin, dengan cukup kencang hingga membuat Jimin reflek menarik kelingkingnya. Meringis kesakitan dan mengibas-ibaskan agar nyeri pada jarinya berkurang.
"Kau kejam sekali, lapar tapi jangan jariku yang kau gigit," protes Jimin. Meski sakit tapi ia tak merasa kesal. Malah semakin gemas dengan Yura.
"Aku juga manusia, masih ada rasa takut jika berhadapan dengan makhluk seperti itu." Yura bersidekap. Seakan tak merasa bersalah setelah membuat pria di sebelahnya kesakitan.
"Jangan-jangan kau juga takut jika ada pasien yang meninggal?"goda Jimin.
"Tidak, kalau itu. Aku masih berani, kan ada teman sesama perawat yang menemani," Yura membela diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓜𝔂 𝓟𝓪𝓽𝓲𝓮𝓷𝓽 || 𝐏𝐣𝐦
Fanfiction❗ FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA ❗ Ketika pekerjaan mempertemukan Kim Yura dengan Han Jimin, antara perawat dan seorang idol terkenal, keberanian diuji di tengah kedekatan yang tak terduga. Namun, di balik hubungan yang sedang tumbuh, kehadiran Par...