Setiap pagi Yura mengganti plester anti air pada perut Jimin. Akan tetapi agaknya berbeda dengan saat ini. Jimin keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan pakaian. Hanya mengenakan celana pendek berbahan corduroy berwarna creme. Sialnya Yura yang tengah mempersiapkan peralatannya, menoleh ke belakang di mana Jimin sedang berjalan keluar mendekat ke arahnya. Namun, mata coklat Yura langsung menangkap ukiran kotak-kotak pada perut dan dada Jimin yang terlihat bidang.
Hal yang seharusnya terlihat biasa saja bagi seorang perawat yang terbiasa melihat tubuh manusia entah itu lelaki maupun wanita. Akan tetapi Kali ini terlihat berbeda, matanya membulat kaget. Yura menelan ludah dengan samar. Jantungnya berdegup kencang bahkan semakin kencang kala Jimin semakin mengikis jarak.
Apa-apaan ini? Apa ia sengaja memperlihatkan absnya? Astaga indah sekali terlihat sexy. Apa?! Tunggu.
Yura menggeleng pelan sambil memejamkan mata.
Sadarlah Yura, singkirkan pikiran kotormu! Kenapa jadi seperti ini? Kau sudah tak waras Yura, hanya karena abs seperti itu. Pikirannya seakan tengah bergelut mempertahankan kewarasannya.Jimin yang biasanya selalu berpakaian lengkap setelah keluar dari kamar mandi, tiba-tiba saja hari ini seakan lupa jika di apartemennya masih ada Yura. Padahal biasanya pria itu selalu berpakaian lengkap selama Yura membantu pemulihannya, apa lagi saat menggantikan perban. Seolah tak rela jika Yura melihat tubuhnya yang lain. Entah mengapa usai mandi tubuhnya masih merasakan gerah.
"Jika ingin berteriak kegirangan karena terpesona dengan abs ku, aku tak melarangnya. Aku sudah biasa menanggapinya. Seperti para fansku ketika melihat abs ku," goda Jimin saat melihat pipi Yura yang memerah dan terdiam membeku dengan mata membulat ke arah absnya.
Yura memutar bola mata jengah, setelah perkataan Jimin berperan penting dalam mengembalikan kewarasannya, "Aku bukan fans mu. Abs seperti itu jangan kau banggakan. Masih banyak pria yang memiliki lebih kekar dari pada milikmu."
"Tapi kau menikmati abs ku kan? Mengaku saja?" Jimin maju selangkah lebih dekat hingga napas harum Yura dapat ia rasakan menyentuh kulit wajahnya. Jimin menyelipkan rambut Yura ke belakang telinganya. Berbisik tepat di sebelah telinganya, "Apa kau ingin meraba bulan?"
Suara Jimin yang lembut nan menggoda, menerobos rungu wanita yang berdiri mematung dan berhasil membuat bulu kuduk Yura meremang.
"Daratkan saja tubuhmu pada bulan yang kumiliki." Kembali Jimin berucap setelahnya mengedipkan sebelah matanya.
Yura mengernyitkan dahinya setelah sadar bahwa Jimin telah menggodanya. "Sialan! Kau pikir aku mau menyentuh bulan yang kau banggakan itu? Singkirkan pikiran kotormu, Jim!"
"Ha-ha-ha ... Wajahmu kenapa semakin menggemaskan ketika kebingungan sekaligus marah."
"Diam! Sekarang mau ku gantikan perbannya atau ganti sendiri?" Yura ingin segera menyelesaikan tugasnya. Rasanya ingin berlari kembali ke kamar dan menenggelamkan diri di balik selimut menahan malu karena Jimin melihat pipi Yura yang memerah karena ulahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓜𝔂 𝓟𝓪𝓽𝓲𝓮𝓷𝓽 || 𝐏𝐣𝐦
Fanfiction❗ FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA ❗ Ketika pekerjaan mempertemukan Kim Yura dengan Han Jimin, antara perawat dan seorang idol terkenal, keberanian diuji di tengah kedekatan yang tak terduga. Namun, di balik hubungan yang sedang tumbuh, kehadiran Par...