Langkah jenjang Yura tengah menyusuri tiap lorong yang ada di dalam mall. Ia berhenti di sebuah toko kosmetik yang tidak terlalu ramai. Matanya berbinar setiap menjelajahi satu persatu barisan, dengan berbagai macam jenis kosmetik yang terpajang di rak etalase.
Beberapa produk blush on Yura coba di punggung tangannya. Mencari warna yang cocok untuknya. Saat tengah fokus mengamati warna yang ia inginkan, seseorang dengan pakaian serba hitam, topi hitam, dan memakai masker yang entah dari mana asalnya sudah berdiri tepat di samping Yura. Ikut mengamati apa yang Yura lakukan.Yura terkejut kala ekor matanya menangkap presensi itu. Dengan tatapan waspada Yura menggeser tubuhnya menciptakan jarak. Tapi, orang itu malah ikut bergeser, mengikuti kemana Yura berpindah.
"Kau mau membeli ini?" tanya Yura dengan menyodorkan benda berbentuk bulat kecil. Siapa tau orang itu menginginkan warna yang sudah Yura pilih. Kebetulan stoknya tinggal satu dan sudah Yura ambil terlebih dahulu.
Orang itu menggeleng. Meski dengan kewaspadaan Yura ikut membalas jawaban dengan bahasa isyarat menganggukkan kepala. Yura berpindah tempat di depan etalase lipstik. Betapa terkejutnya orang itu kembali membuntuti Yura. Dengan tangan yang di masukkan ke dalam hoodie hitamnya, orang itu nampak tak ingin memilih barang. Hanya mengamati apa yang Yura lakukan.
Yura berusaha mengacuhkan orang itu, bergegas memilih warna lipstik agar bisa cepat pergi dari toko tersebut. "Warna itu tidak cocok untukmu, terlalu pucat." Orang itu berkomentar saat Yura mengambil taster lipstik berwarna cokelat nude.
Yura mengerutkan dahi, "Tapi maaf, aku tidak meminta pendapat anda. Lagi pula kenapa dari tadi membuntutiku? sebenarnya kau ini pembeli atau penguntit?" Yura menajamkan pandangan, seakan menerawang wajah di balik masker itu. "pergilah atau aku akan berteriak agar penguntit sepertimu di tangkap supaya tidak mengganggu kenyamanan orang," sambungnya.
Bukannya pergi setelah di ancam oleh Yura. Orang itu malah tertawa di balik maskernya.
"Baiklah, sepertinya kau memang butuh pelajaran."
Saat Yura menarik napas berancang-ancang ingin berteriak, dengan sigap sebuah tangan membekap mulut Yura hingga membuat suaranya tak jelas dan pelan. "Ssttt ... diamlah, jangan membuat kerumunan karena teriakanmu." Meski Yura memukuli tangannya tapi orang itu tetap membungkam mulut Yura.
Satu tangan lainnya membuka masker hingga terpampang wajah asli orang itu. Yura meneguk saliva samar kala menatap mata jernih orang itu. Sejenak menikmati pemandangan indah di hadapannya dengan jarak yang begitu dekat. Gerakan yang begitu cepat membuat Yura seakan mendapat serangan jantung saja.
"Yunki?" suara Yura masih tak begitu jelas dan pelan.
Pria itu kembali menutup masker agar tak ada yang mengetahui keberadaannya. Lalu melepaskan tangan yang sudah membungkam mulut Yura.
Yura berdeham, menarik napas untuk mengatur degup jantungnya agar kembali normal.
Yura mengedarkan pandangan, mencari adakah bodyguard yang menjaga Yunki. Ternyata tidak ada. Pria itu berkeliaran sendirian di dalam mall. Beruntung hari ini adalah hari senin, jadi tak begitu ramai. Orang-orang tengah menghabiskan energinya untuk awal minggu yang melelahkan itu di kantor atau di sekolahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓜𝔂 𝓟𝓪𝓽𝓲𝓮𝓷𝓽 || 𝐏𝐣𝐦
Fanfiction❗ FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA ❗ Ketika pekerjaan mempertemukan Kim Yura dengan Han Jimin, antara perawat dan seorang idol terkenal, keberanian diuji di tengah kedekatan yang tak terduga. Namun, di balik hubungan yang sedang tumbuh, kehadiran Par...