Chapter 25

10.8K 625 27
                                    

Masih dihari dan jam yang sama namun dengan tambahan orang keempat diantara mereka, yaitu anak bungsu Aki Zaflanzah yang Rhakaela sebut sebagai Om Duda.

Taukan siapa? Iya betul! Alfareezel Kaan D'Arcy, si Duren bungsunya bapak Zaflanzah dan adik kandungnya bapak Caesario.

Pria dewasa itu terlihat tengah duduk disamping sang keponakan perempuan sembari menatap layar laptop dengan begitu serius. Namun seserius apapun Reezel dalam mengerjakan pekerjaan kantor yang ia bawa ke rumah itu, tetap saja akan kalah dengan gangguan dari salah satu keponakan tengilnya. Siapa lagi kalau bukan si gadis barbarian, Rhakaela.

Gadis itu tengah menatap penasaran layar laptop sang Om sembari memakan mochi miliknya. Rhakaela nampak beberapa kali mengerutkan keningnya dan beberapa kali pula ia menyodorkan mochi miliknya kearah sang kakak yang kini bersandar pada bahu sempitnya.

"Om." Panggil Rhakaela iseng sembari mengunyah.

"Hm?" Jawab Reezel dengan bergumam karena fokus pada pekerjaannya.

"Om." Panggil Rhakaela lagi.

"Apa cantiknya Om?" Jawab Reezel tanpa melihat kearah sang keponakan, masih fokus akan pekerjaan.

Rhakaela menyodorkan mochi isi matcha kepada sang Om, membuat gerakan jari diatas keyboard itu terhenti. Reezel kehilangan fokusnya membuatnya menatap tak mengerti kearah benda kenyal yang keponakannya itu sodorkan tepat didepan mulutnya saat ini.

"Makan, biar muka Om nggak sepet-sepet banget." Ucap Rhakaela yang tentu mendapatkan delikan dari sang Om.

Awal-awal Reezel merasa ragu untuk menerima suapan mochi dari Rhakaela, takut akan rasa mochi yang akan terasa manis dimulutnya. Namun melihat jari lentik yang terus menyodorkan makanan kenyal itu padanya, membuat Reezel mau tak mau harus menerima dan membuka mulutnya agar makanan kenyal itu dapat masuk kedalam rongga mulut pria tersebut.

Kunyah, kunyah dan kunyah.

Reezel mengunyah mochi itu dengan pelan bersiap menerima rasa manis yang menyengat lidah, namun alih-alih rasa manis ia malah menangkap rasa Matcha yang pas di indra perasanya membuat si duda manggut-manggut karena menerima rasa yang masuk di lidah itu.

'Lumayan.' Batin Reezel kembali memfokuskan diri pada laptop miliknya dengan mulut yang terus mengunyah mochi yang disodorkan oleh sang keponakan.

Rhakaela sendiri sudah kembali memfokuskan diri pada layar Tv yang kini menampilkan sebuah film yang entah apa judulnya, ia juga menyuapi kakak dan Om nya secara bergantian sampai mochi didalam kotak itu habis tak bersisa.

"Eh, udah abis." Lirih Rhakaela lalu melirik kearah kanan kiri, ia melihat sang kakek sedang membaca koran dengan asisten pria yang berdiri tegap dibelakang sofa yang kakeknya tempati.

Omnya yang sibuk mengerjakan pekerjaan kantornya sendiri dengan wajah serius namun sangat tampan. Dan sang abang yang menyender seenaknya dibahu milik Rhakaela sembari fokus pada game online di ponselnya sendiri.

Rhakaela menghela nafas sebelum menyingkirkan kepala abangnya itu dari bahunya, membuat Aslan yang sedang fokus harus terpaksa bangun dari posisi nyamannya itu.

"Kenapa sih, dek?" Tanya Aslan sesekali melirik kearah Rhakaela lalu fokus ke gamenya lagi.

"Kepala abang berat, pasti dosanya numpuk jadinya bikin kepala abang berat." Ucap Rhakaela lalu menyender lesu pada pundak sang Om.

Aslan hanya mendelik sinis kearah sang adik lalu kembali fokus pada game miliknya, hal membuat Rhakaela mendengus samar akan ke tidak pekaan sang abang.

"Abang ayo jalan-jalan, Rhaka bosen." Ucap Rhakaela dengan sedikit rengekan yang tak dijawab sedikit pun oleh Aslan.

"Om, Rhaka bosen. Jalan-jalan yuk?!" Ajak Rhakaela yang kini beralih pada sang Om setelah tak digubris sedikit pun oleh sang abang.

"Nggak bisa cantik, Om lagi sibuk." Tolak Reezel sambil mengusap singkat kepala Rhakaela dibahu lebarnya dan kembali fokus bekerja.

Rhakaela memajukan bibirnya, ia bosan dan kesal saat ini. Kenapa tak ada yang mau menemaninya jalan-jalan sih, apa mereka tak bosan sedikit pun sepertinya?!

Lalu tatapan Rhakaela jatuh pada sosok Zeus yang kini tengah mengawasi sekitar ruang tamu. Senyum gadis itu mengebang kala mendapatkan sebuah ide diotak lemotnya itu.

Dengan semangat membara Rhakaela berdiri dari duduknya mengejutkan Aslan dan Reezel yang tengah fokus pada game serta pekerjaan mereka.

"Rhaka/Dek, kenapa?" Tanya Reezel dan Aslan berbarengan yang hanya dibalas delikan sinis dari sang gadis.

Rhakaela ngambek, ia langsung memalingkan wajahnya menjadi menghadap Zeus. Kaki jenjang yang dibalut celana selutut itu melangkah mendekat kearah Kakeknya, membuat fokus sang kakek yang tengah melihat kearah koran menjadi hilang dan kini menatap kearahnya seorang.

"Kakek, Rhaka boleh pinjem asistennya bentar nggak? Rhaka bosen pengen jalan-jalan, bolehkan?" Tanya Rhakaela dengan muka yang dibuat semelas mungkin membuat Aki Zaflanzah berkedip pelan masih memproses permintaan sang cucu kesayangan.

1 menit

2 menit

3 men—

"Boleh, bawa aja. Uang jajan kamu nanti Kakek transfer ke atm Zeus. Minta aja uang ke dia ya." Ucap Aki Zaflanzah dengan senyuman diwajah keriput yang tentu masih super tampan itu.

Wajah Rhakaela berubah cerah, secerah Matahari di musim panas. Ia dengan cepat mengangguk lalu berbalik kearah kamar untuk mengganti pakaian meninggalkan keempat pria yang melihat tingkahnya di sana.

Senyuman Aki Zaflanzah memudar, berubah menjadi wajah datar kala keberadaan sang cucu perempuan sudah tak terlihat dimatanya. Melirik datar kearah Zeus yang kini tengah menunduk menunggu perintah.

"Awasi dan jaga cucu-ku, jangan sampai dia terluka. Jika aku tau terjadi sesuatu yang tak menyenangkan padanya. Maka kepalamu lah yang akan menjadi bayarannya, mengerti Zeus?!" Ucap Aki Zaflanzah yang langsung dibalas anggukan hormat oleh sang tangan kanan.

"Dimengerti, Tuan Besar."

Zeus yang hendak menghembuskan nafas lega harus tertahan kala pertama kali ia menegakkan tubuhnya sudah disuguhi oleh tatapan tajam dan aura suram dari dua orang laki-laki berbeda usia yang sialnya tengah menatap penuh permusuhan kepadanya itu.

'Kenapa Tuan Alfareezel dan Tuan Muda Aslan menatap saya penuh permusuhan seperti itu, salah saya apa lagi Tuhan?' Batin Zeus dengan keringat sebiji jagung imajiner di keningnya.

"Lo! Awas aja kalau nyari kesempatan dalam kesempitan ke adek manis gue!" Ucap Aslan suara rendah yang datar, merajuk karena bukan dia yang diajak.

Jadi menyesal sebab tak menjawab cepat permintaan jalan-jalan sang adik kepadanya beberapa saat lalu.

"Kau! Jaga jarak 3 langkah dari keponakan cantik saya. Kalau sampai saya dapat kabar kamu berdiri, berjalan atau berlari kurang dari 3 langkah di belakang keponakan saya. Kepala kamu yang saya gundulin didepan publik sampai pitak juga sekalian!" Ancam Reezel dengan suara dan aura yang penuh akan kesuraman.

Zeus meneguk salivanya kasar dengan helaan nafas berat penuh beban karena perkataan dua laki-laki diseberangnya itu.

'Sabar Zeus, karena orang sabar bakal jadi jodoh Nona Muda... Eh!?'

[ BERSAMBUNG ]

Tunangan Sang Antagonis [ SLOW UPDATE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang