[⚠WILAYAH RAWAN TYPO!⚠]
20 menit berlalu dan rasa kesal Rhakaela semakin bertambah subur sekali, kala Keiden dengan tak sopannya mendusel masuk keceruk leher mulus miliknya.
Ingin memukul namun kedua tangannya malah ditahan dengan pelukan maut si Titan gila diatasnya.
Ingin meminta tolong kepada Aslan, namun yang mau diminta tolongi olehnya malah tidur nyaman dengan suara mendengkurnya yang dasyat sekali menambah rasa jengkel Rhakaela akan nasib mirisnya.
Samar-samar terdengar suara sang paman yang memanggil namanya dari lantai atas membuat Rhakaela kembali memiliki harapan, dengan kekuatan gorilla yang telah terkumpul penuh didalam dirinya.
Rhakaela mengambil ancang-ancang untuk bergerak sebrutal dan seugal-ugalan mungkin agar tubuh bongsor milik Keiden menyingkir dari atasnya.
'Dengan kekuatan gorilla aku akan membebaskan diriku sendiri!' Batin Rhakaela lalu memulai aksinya.
Gadis itu bergerak kesembarang arah dengan gerakan random entah apalah, membuat Keiden yang tengah tertidur diatasnya terganggu lalu kehilangan keseimbangan dan—
BRUKK!!
—Jatuh.
"Aduh!!" Gumam Keiden saat kepalanya membentur lantai lebih dulu, disusul dengann tubuhnya yang baru ikut jatuh tergeletak tak berdaya.
Rhakaela tersenyum girang lantas dengan secepat kilat bangkit berdiri dan berlari ke tempat pamannya berada. Meninggalkan Keiden yang masih mengaduh kesakitan dengan kepala yang ia usap sendiri.
"Kepala gue sakit banget, buset." Gumam Keiden sambil mendudukan dirinya kembali di sofa.
Keiden menoleh kesana kemari mencari sosok Rhakaela yang entah kemana hingga matanya menatap datar Aslan yang masih tertidur nyenyak dengan suara mendengkur yang begitu besar.
"Bergerak seperti preman, diam bak bapak-bapak pengangguran." Lirih Keiden yang ditujukan untuk sosok Aslan yang tertidur bak bapak-bapak anak 100 yang tak punya pekerjaan.
Keiden yang sudah tak memiliki mood untuk tidur pun lebih memilih memainkan ponselnya, hingga sebuah pesan menarik perhatian Keiden dan membuat pemuda itu bangkit lalu pergi tanpa kata entah kemana.
•
•
•
Disisi Rhakaela kini ia tengah membantu pamannya untuk mengecek beberapa dokumen perusahaan milik pria matang itu dengan wajah penuh tabah.
"Om, ini dokumennya banyak banget. Apa kaga pusing tiap hari ngerjain beginian mulu?" Tanya Rhakaela sembari menatap rumit kearah dokumen didepannya.
'Gue kalau jadi Om Reezel pasti udah gumoh berliter-liter.' Batin Rhakaela dengan rasa miris untuk sang paman.
Reezel yang awalnya memfokuskan diri pada laporan ditangannya pun mengalihkan fokusnya kepada sang keponakan dengan senyuman tampan yang terukir sempurna diwajah rupawannya.
"Tidak, kamu mulai pusing?" Jawab dan tanya Reezel yang diangguki oleh Rhakaela.
Menghela nafas sejenak sebelum menyenderkan tubuhnya pada senderan kursi khusus kerja miliknya. Menautkan jari-jemari sembari menatap sosok Rhakaela yang masih berusaha dengan dokumen ditangan mungil sang gadis.
"Kalau sudah pusing maka jangan dilanjutkan lagi, Ela." Ucap Reezel membuat Rhakaela menatap kearahnya dan menggeleng.
"Nggak apa-apa, Rhaka kan kuat masa sama ginian aja udah pusing." Elak Rhakaela dengan raut wajah meyakinkan.
"Lagian Rhaka mending bantuin Om disini, daripada cosplay kasur lagi. Bisa penyet badan Rhaka lama-lama." Lanjutnya dengan raut wajah yang merengut sebal kala ingatan tentang Keiden yang menindihnya melintas di kepala.
Reezel terkekeh dengan suara berat khas lelaki dewasa, lalu mengangguk saja akan setiap ucapan sang keponakan.
"Baiklah, habis dokumen itu selesai maka kita akan langsung pergi jalan-jalan ketempat yang kamu mau. Bagaimana?" Tawar Reezel membuat raut senang muncul diwajah cantik keponakannya.
Rhakaela menatap penuh binar kearah Reezel lantas mengangguk semangat sebagai jawaban, gadis itu pun mulai mengerjakan pekerjaannya dengan teliti sembari menandai bagian yang dirasa kurang serta salah olehnya.
'Menggemaskan...' Batin Reezel dengan senyuman gemas akan tingkah Rhakaela yang duduk disofa ruang kerjanya itu.
Reezel sendiri yang sudah tak fokus bekerja pun hanya diam berpangku tangan sembari menatap sosok cantik sang keponakan. Pria yang menjabat sebagai anak bungsu Aki Zaflanzah itu nampak anteng di tempatnya.
Gimana nggak anteng kalau yang si Om liatin itu Rhakaela yang cantiknya luar biasa, sayangnya kelakuan anak perawannya bapak Chaesar ini agak lain dari yang paling lain.
•
•
•
Sedangkan diwaktu yang sama namun tempat yang berbeda terdapat sepasang manusia tengah duduk berhadapan disebuah ruangan temaram ditemani secangkir teh ditangan masing-masing.
"Kamu masih berencana merebut dia dari adik mu, Raz?" tanya sang gadis sembari melihat cangkir teh miliknya dengan tatapan tanpa arti.
Sedangkan pemuda yang ia panggil dengan nama 'Raz' hanya diam dan menatap kearah lain, seperti agak enggan untuk menatapnya walau kini mereka tengah merencanakan sesuatu terhadap seseorang.
"Tentu, karena sejak awal para tetua lebih memilih saya sebagai pasangan nya namun bocah bodoh itu menghancurkan segalanya! Dia... Dia merebut gadis yang seharusnya menjadi milik saya, Selia." Jeda Raz sembari menatap tajam hamparan taman bunga mawar hitam dari balik jendela ruangan temaram tersebut.
"Karena itu saya akan merebut kembali semua yang seharusnya memang menjadi milik saya, terutama dia. Gadis cantik yang sejak awal mengikat hati saya." Lanjutnya membuat gadis yang dipanggil 'Selia' itu menatap lekat pada wajah tampan yang begitu mirip dengan seseorang.
"Ya, aku harap kamu berhasil dan tidak hancur lebih dulu, Raz." Gumam Selia seraya menatap layar ponsel dipangkuannya yang menampilkan sambungan suara pada seseorang.
'Aku mungkin dianggap sebagai penjahat bagi semua orang, namun aku bukan orang yang mau mengikutimu untuk menghancurkan hubungan orang lain, Raz.' Batin Selia sembari meneguk teh miliknya sebelum mematikan sambungan panggilan suara itu diam-diam.
'Raz, dia mulai kehilangan akal hanya karena pembatalan bertunangan dengan gadis yang seharusnya sudah menjadi miliknya dulu. Raz membenci adiknya yang pemuda itu anggap sebagai seorang perebut, Raz dia telah buta akan rasa dendam dan benci.'
Selia hanya diam dan mengikuti arah pandangan Raz tertuju, yaitu taman bunga mawar hitam dibawah sana.
'Sedangkan adiknya Raz, yaitu Kei. Pemuda itu hanya mengikuti kata hatinya yang sangat mencintai sosok gadis yang telah terikat dengannya. Dan aku harap adik Raz yang bodoh itu tak melakukan hal-hal aneh yang nantinya akan memperlancar niat buruk Raz dimasa depan.'
Selia mendongak untuk menatap kembali wajah Raz yang nampak tak memiliki emosi. Gadis bergaun merah sepekat darah itu hanya diam lalu bangkit berdiri untuk pergi tanpa harus berpamitan kepada Raz.
Karena Selia tau bila Raz pasti enggan untuk membalas ucapannya kecuali ketika mereka membahas gadis yang dicintai oleh Raz maka pemuda itu akan berbicara panjang lebar.
✴
✴
✴
[ BERSAMBUNG... ]
Chapter baru dengan keanehan yang baru lagi hehe...
Kalau ada pesan untuk author silahkan ditulis, bahkan keluh kesah dari kalian untuk author pun nggak apa-apa ko :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunangan Sang Antagonis [ SLOW UPDATE ]
Fantasia{•TRANSMIGRATION SERIES #01•} ▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫ Mati karena ditabrak truk? biasa! Tapi pernah nggak sih ngeliat orang mati karena kebodohan sendiri? seperti jatuh dari atap tetangga karena gabut misalnya. Belum kan?! Nah...