Keesokan harinya, setelah banyaknya drama yang terjadi kemarin malam. Kini seluruh keluarga D'Arcy berkumpul dimeja makan untuk sarapan bersama dengan tambahan manusia tak diundang yang sedari pagi buta menempel terus pada Rhakaela.
Rhakaela yang terus ditempeli pun sedikit risih namun bila ia menjauhkan Keiden darinya bukannya Keiden yang kapok, tapi malah dia sendiri karena pemuda tersebut semakin mendekatkan dirinya pada Rhakaela secara ugal-ugalan dan brutal.
"Kei, lepasin coba gue ma-"
"Nggak!" Tolak Keiden sembari memasukkan potongan roti miliknya kedalam mulut sang tunangan.
Rhakaela tentu terkejut, ia memandang penuh permusuhan pada Keiden yang masih keras kepala memeluk tangan kanan Rhakaela dengan amat erat.
Sedangkan para anggota keluarga berjenis kelamin pria dalam keluarga itu sudah mengeluarkan aura suram yang begitu pekat, terbukti dari kerutan dimasing-masing wajah mereka.
'Bedebah ini sangat menyebalkan.' Batin Para lelaki D'Arcy menatap penuh permusuhan kearah Keiden yang masih berpura-pura tak menyadari tatapan mereka kepadanya.
Sangat berbeda dengan Mama Diora, yang kini nampak bahagia melihat kedekatan sang putri dengan calon menantunya itu. Bahkan wanita beranak dua itu terus memotret setiap momen yang dilakukan oleh Rhakaela dan Keiden dengan penuh rasa antusias.
'Manisnyaaa... Jadi ingat saat aku dan mas Caesar muda dulu. Duhh jadi malu!' Batin Mama Diora sembari menangkup kedua pipinya guna menyalurkan rasa gemas pada pasangan muda yang duduk diseberang sana.
"Keiden, le-" Ucapannya terhenti kala suara ponsel milik sang tunangan berdering nyaring tanda bila ada panggilan masuk untuk Keiden.
Suasana menjadi hening karenanya, Keiden dengan malas melihat siapa yang menelpon nya di waktu sarapan seperti ini, namun nampaknya raut wajah malas itu tergantikan dengan raut pucat yang tak terlalu kentara dimata semua orang. Kecuali satu, yaitu Aslan yang duduk berhadapan dengan Keiden.
'Keiden, dia mulai mencurigakan. Gue harus cari tau siapa yang nelpon dia pagi-pagi kaya gini.' Batin Aslan sembari mengunyah suapan terakhir roti panggang miliknya dengan mata yang terus menatap kearah Keiden.
Sedangkan pemuda yang ditatap oleh Aslan masih fokus kearah ponselnya sampai ia merasakan bila sosok gadis yang menjabat sebagai tunangannya itu hendak ikut melihat siapakah orang yang menelponnya pagi ini.
Dengan cepat Keiden menolak panggilan telpon tersebut dan menyimpan ponselnya kedalam saku celana yang ia pakai. Lantas ia pun kembali mengembangkan senyuman tampannya untuk Rhakaela, yang tentu membuat gadis itu sedikit curiga kepadanya.
"Ka-"
"Kenapa ditolak?" Tanya Rhakaela sembari melipat tangannya didepan dada.
"Ya... Karena nggak penting. Jadi gue matiin telponnya, biasa telpon orang iseng." Jawab Keiden yang tentu tak sepenuhnya dipercayai oleh kedua kakak beradik D'Arcy itu.
Namun karena Rhakaela dan Aslan yang malas mencari ribut, jadilah mereka hanya mengiyakan seakan-akan percaya akan jawaban Keiden yang justru membuat mereka semakin merasa perasaan mengganjal.
"Oh oke." jawab singkat Rhakaela yang kembali memakan Roti isi selai matcha miliknya.
Keiden tersenyum tipis dan melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda dengan perasaan yang entah tak bisa diartikan. Terlihat dari sorot matanya yang berubah sekilas setelah panggilan suara yang ia tolak beberapa detik yang lalu.
'Sialan, tadi itu hampir aja ketauan.' Batin Keiden merutuki si penelpon yang masih tak diketahui identitasnya oleh kita semua.
•
•
•
Beberapa jam berlalu, kini waktu menunjukan pukul 10 pagi. Semua orang pun sibuk akan urusan mereka masing-masing, kecuali Aslan dan Rhakaela yang sedari awal ditempeli oleh sosok Keiden.
Menyebalkan memang namun mau bagaimana lagi kalau nyonya penguasa rumah sendiri sudah bertitah untuk menemani Keiden selama menginap disana.
"Ihh bisa nggak sih jangan nempel-nempel kaya gini, gue lagi fokus baca buku nih." Ketus Rhakaela yang tentu dihadiahi tatapan memelas dari Keiden yang bahkan tak membuatnya lulus sedikit pun.
Rhakaela mendengus kesal lalu menutup kasar buku novelnya dan mulai memejamkan mata, berniat tertidur sebentar untuk mendinginkan kepalanya yang mulai berasap hitam akibat ulah menyebalkan tunangan kampretnya ini.
"Kae, ko malah tidur." Ucap Keiden sembari mencolek pelan pipi sang gadis.
"Diem, Kei." Desis Rhakaela yang masih memejamkan mata nya.
Sedangkan Aslan hanya lirik tak peduli karena asik dalam dunia gamenya sendiri, ia bahkan heboh sendiri bahkan memaki diri sendiri karena memiliki tim yang menyebalkan.
Sepertinya sepasang adik kakak ini memiliki hal-hal tak mengenakan yang mengiringi hari mereka masing-masing ya, untung tidak sampai stress. Coba kalau sampai mereka stress lalu gila? Apa tidak cepat tamat cerita ini jadinya :)
Dan untuk Keiden, karena ia tak suka diabaikan oleh sang tunangan dengan segala inisiatif entah datang dari mana Keiden pun ikut merebahkan tubuhnya. Ia menindih Rhakaela sampai gadis itu terpekik pelan kala merasakan beban berat menimpa tubuhnya.
Keiden menidurkan kepalanya diatas dada Rhakaela serta memeluk erat tubuh gadis itu sebelum memejamkan matanya, bersiap tidur tanpa tau bila sosok gadis yang ia timpa saat ini tengah menatapnya datar dan kesal.
"Kei, awas ih berat!" Protes Rhakaela yang tak digubris oleh Keiden.
Aslan sendiri hanya menatap kedua remaja kematian itu sebentar lalu menggelengkan kepalanya dan fokus kembali kedalam game yang masih berjalan.
'Bocah asu, bisa-bisanya mereka mesra-mesraan didepan gue yang jomblo ini! Nasib gue jelek banget, sialan emang.' Gerutu Aslan didalam hati dengan wajah datar.
Aslan mencoba mengabaikan kedua manusia yang tengah bercengkerama manis disofa dekat tempatnya duduk saat ini. Aslan memainkan gamenya dengan brutal sebagai pelampiasan rasa iri dari jiwa jomblo yang mulai meronta minta diberi pacar itu.
"Demi apa?! Ini kaga ada yang mau jadi pacar gue gitu?? Miris amat hidup gue perasaan." Lirih Aslan meratapi nasib.
Beda Aslan, beda lagi dengan Rhakaela yang kena fenomena ketindihan bedanya yang menindihnya bukan setan tapi sang tunangan laknat yang mirip setan.
"Keiden, lo nggak ada niatan buat pindah tempat gitu? Gue pengap ini, lo mau gue mati??" Ucap Rhakaela yang tak dijawab oleh Keiden.
Kening gadis itu mengerut lalu dengan susah payah dirinya melirik kearah wajah sang tunangan yang kini tengah tertidur damai tanpa merasa bersalah karena membuatnya berat serta susah bernafas, Kampret emang!
'Cowo siapa sih ni bocah?! Udah numpang sampe seminggu, sekarang malah jadi beban gue pula. Sangat biadab sekali manusia yang satu ini.' Batin Rhakaela kesal sendiri, karena merasa beban hidupnya bertambah dengan adanya Kaiden yang tidur diatas tubuhnya ini.
•
•
•
[BERSAMBUNG...]
Keluh kesahnya kakak silahkan~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunangan Sang Antagonis [ SLOW UPDATE ]
Fantasi{•TRANSMIGRATION SERIES #01•} ▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫ Mati karena ditabrak truk? biasa! Tapi pernah nggak sih ngeliat orang mati karena kebodohan sendiri? seperti jatuh dari atap tetangga karena gabut misalnya. Belum kan?! Nah...