Rhakaela akhirnya dapat bernafas lega karena bebas dari yang namanya kebosanan. Ia berjalan dengan Zeus yang berada disampingnya, kini mereka berdua tengah berada di Taman Kota untuk mengistirahatkan diri sejenak dari yang namanya kehidupan.
Rhakaela menatap ke kanan dan ke kiri dengan penuh antusias, banyak jajanan kaki lima yang begitu memikat dimata si gadis penuh keabsurdan tersebut.
Sedangkan Zeus yang melihat tatapan sang Nona Muda pada jajanan pinggir jalan itu merasa khawatir, ia takut bila nanti Rhakaela akan jatuh sakit sesaat setelah memakan makanan pinggir jalan tersebut.
"Nona muda, lebih baik kita membeli makanan di mini market atau cafe dekat sini saja ya. Saya ragu kal-"
"Ssttt!!! Sudahi ocehanmu wahai tangan kanan kakek, mending Lo diem terus cosplay jadi ATM berjalan gue hari ini." Potong Rhakaela membuat Zeus terbungkam sesaat.
"Tapi Nona, jajanan pinggir jalan saya rasa terlalu-"
"Buset dah, bacot bener mulut lo. Udah diem aja, patuh sama gue atau kalau kaga lo gue aduin ke Engkong nih!"
Lagi, Rhakaela memotong ucapan Zeus dengan tambahan ancaman yang melibatkan atasan lelaki tampan itu sendiri. Zeus terdiam pasrah, ingin melarang tapi takut gaji nya ditahan oleh sang atasan. Kalau tidak dilarang, bukan hanya gaji yang ditahan tapi nyawanya pun melayang dari genggaman tangan.
'Buu, Zeus angkat tangan. Nona Rhakaela sangat keras kepala, tidak semanis yang Ibu ceritakan saat aku SMA dulu!' Batin Zeus menyerah akan menghadapi sosok sang Nona muda.
"Non- LOH! NONA KU KEMANA?!" Panik Zeus kala tak melihat sosok Rhakaela disampingnya.
Mata tajam miliknya meliar kesegala arah, mencari sosok gadis yang tak semanis cerita ibunya ketika mengasuh sosok gadis tersebut saat kecil dulu.
Sampai mata Zeus menemukan sosok Rhakaela yang tengah bersenda gurau dengan seorang penjual yang sudah berusia senja disebuah lapak dagangan bertuliskan "SATE MANG AMIR" tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
"Astaga Nona, anda membuat saya panik saja... Astaga." Lirih Zeus dengan tubuh yang sedikit melemas karena panik.
Setelah menormalkan dirinya kembali seperti semula, Zeus pun beranjak mendekati sosok sang Nona muda. Wajah paniknya kini telah berganti dengan wajah datar dan dingin yang menutupi segala ekspresi konyol miliknya dari publik.
Saat berada disamping sang Nona, Zeus pun berdiri dengan tegap sembari memasang wajah galak khas nya yang mampu membuat seorang anak kecil menangis histeris kala bersitatap dengan sosok lelaki yang menjabat sebagai tangan kanan dari Aki Zaflanzah ini.
Rhakaela sendiri hanya menatap sekilas kearah Zeus lalu kembali fokus kearah pedagang Sate bernama Mang Amir yang tengah menyiapkan pesanan miliknya.
"Oi tangan kanan Kakek, lo gak pegel diri mulu dari tadi?" Tanya Rhakaela berbasa-basi.
"Tidak nona."
"Beneran kaga pegel?"
"Benar, Nona Ela." Ucap Zeus dengan senyum tertekan miliknya.
"Serius ni kaga pegel?" Tanya Rhakaela lagi dengan wajah serius namun matanya berkilat jahil.
"Saya serius 1000% kalau kaki saya ini tahan banting dan anti bocor, jadi Nona lebih baik diam dan duduk yang manis saja." Jawab Zeus dengan kekesalan yang ia tahan.
Demi apapun saat ini Zeus sangat ingin menenggelamkan sang Nona di Palung Mariana tapi ia masih sayang nyawa dan gajinya bulan ini belum diambil, jadi mungkin ia urungkan saja niatnya itu. Ingat nyawa dan uang itu penting!
"Oh oke!" Ucap Rhakaela pada akhirnya, ia kembali menatap kearah lain mencari hal yang menarik dimata dan perutnya itu.
Zeus yang melihat mata sang Nona mulai jelalatan pun hanya menghela nafas penuh ketabahan, walau didalam hati dirinya berdoa semoga isi ATM nya tidak berkurang banyak karena nafsu makan Rhakaela yang besar itu.
'Ya Tuhan, bolehkah Zeus yang baik hati dan tidak pandai menabung ini meminta agar diberikan kesabaran ekstra? Jujur saja karena saya sudah tidak kuat lagi.' Batin Zeus frustasi kala melihat Rhakaela mulai mengetik daftar jajan yang akan ia beli di ponsel gadis itu sendiri.
"Cilok, baslok, cimol, seblak, asinan, jagung bakar, permen kapas, kebab, takoyaki, es krim dan... B-banyak sekali!!" Gumam Zeus dengan nada yang sangat amat kecil.
Tersenyum penuh ketabahan sembari melirik kearah dompetnya yang dipegang oleh Rhakaela dengan tatapan perihatin. Semoga gajinya bulan ini dapat segera cair, kalau tidak mungkin dirinya akan menjungkir balikkan dunia.
Lain Zeus, lain pula Rhakaela. Setelah mengetik daftar makanan dan minuman yang menarik minatnya gadis itu tanpa tau malu malah tersenyum cerah dengan polosnya, ditambah dengan aura bling-bling imajiner disekitarnya.
"Wahh! Cakep nih buat dibeli semua, oke abis beli sate kita bakalan beli cilok sama baslok." Ucap Rhakaela dengan semangat penuh berbanding terbalik dengan Zeus yang nampak suram walau selalu menampilkan wajah datar dan dingin miliknya.
Rhakaela yang sedikit merasakan kesuraman disampingnya pun mengernyit samar lalu melirik kearah Zeus yang menjadi sumber aura suram tersebut.
"Lo kenapa, tangan kanan kakek?" Tanya Rhakaela yang masih memanggil Zeus dengan jabatannya dan bukan namanya membuat Zeus meringis pelan.
"Saya tidak apa-apa, Nona. Dan perlu saya ingatkan untuk memanggil nama saya saja." Ucap Zeus dengan senyuman tipis miliknya.
Rhakaela terdiam sesaat sebelum menganggukan kepalanya seolah mengerti, padahal tidak. Otak bebal dan absurd miliknya mana mau menurutin ucapan Zeus untuk merubah panggilan yang ia berikan pada pria dewasa itu.
"Tang—"
"Zeus, Nona. Cukup Zeus jangan Tangan Kanan Kakek karena demi apapun panggilan tersebut terlalu panjang untuk didengar dan diucapkan." Ucap Zeus dengan satu tarikan nafas.
"O-oh, oke." Sahut Rhakaela dengan senyuman terpaksanya.
•
•
•
•
[BERSAMBUNG...]
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunangan Sang Antagonis [ SLOW UPDATE ]
Fantasía{•TRANSMIGRATION SERIES #01•} ▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫ Mati karena ditabrak truk? biasa! Tapi pernah nggak sih ngeliat orang mati karena kebodohan sendiri? seperti jatuh dari atap tetangga karena gabut misalnya. Belum kan?! Nah...