Trigger Warning! : Chapter ini mengandung disgusting things, act of pedophilia, violence, dan sexual assault. Diharapkan kebijakan pembaca dalam membaca chapter ini.
☆☆☆
Beberapa tahun lalu, tepat nya saat Vio masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Hari itu, Violetta yang berada di kelas 6, pulang telat tak seperti biasanya. Itu karena setelah piket ia yang rencananya akan pulang malah dikabari oleh Jasper untuk menunggunya agar mereka bisa pulang bersama. Jasper kala itu sudah naik ke jenjang SMP, namun sekolah nya pun tak jauh dari sekolah SD nya dulu dan Vio.
Vio mau tak mau harus menunggu nya, tak jarang memang Jasper meminta pulang bersama walau sudah beda sekolah. Namun saat itu Jasper tiba-tiba mengabari kalau ia akan pulang telat yang membuat Vio harus menunggu lama di kelas nya.
Suasana sudah sepi, Vio yang tak berani menunggu di kelas sendirian berniat pindah menunggu di depan gerbang. Namun, yang biasanya di depan sekolah mereka masih ramai oleh penjual, hari itu tak ada satu pun pedagang yang masih berdagang disana. Vio berpikir mungkin itu karena sebelum nya sempat hujan, dan para penjual jadi pulang lebih cepat.
Vio yang duduk disana sendirian tiba-tiba didatangi seorang lelaki dewasa, guru pelajaran olahraga nya menghampiri dengan satu kotak kecil yang berada di tangan nya.
"Vio, saya kira kamu sudah pulang" ujar nya dengan senyuman ramah. Kala itu Vio tidak menjawab dan hanya ikut tersenyum canggung.
Memang lelaki itu dikenal sebagai guru yang ramah, tak jarang ia juga bercanda bersama murid-murid lain, dan murid yang lain pun tampak nyaman mengobrol dengannya selayak kepada teman sendiri. Namun Vio yang pemalu tak pernah melakukan hal itu, ia juga di didik oleh sang Bunda untuk menghormati dan menjaga sopan santun kepada guru.
"Kebetulan sekali, sebenarnya saya ingin memberikan ini dari lama untuk kamu Vio" lelaki itu mendekat ke hadapannya, sedikit membungkuk agar menyamakan tinggi dengan Vio sebelum memberikan nya kotak kecil berwarna coklat itu.
Awalnya Vio yang bingung hanya menatap kotak itu dengan ragu namun orang dewasa di depan nya ini menarik tangan nya dan membuat nya menggenggam kotak itu.
Vio sempat tersentak, dan hampir menjatuhkan kotak itu jika tidak orang itu tahan. "Kamu seperti tidak menyukai saya dan terlihat kikuk ketika saya mengajak mu mengobrol tidak seperti teman-teman mu" ujar nya tiba-tiba, lagi-lagi Vio dibuat terkejut karena kalimat nya
"Tidak seperti itu... Lagipula pak guru kan seorang guru, saya tidak bisa berbicara santai seperti kepada teman" Vio menggeleng dengan panik, ia tak mengerti mengapa lelaki itu bisa berkata seperti itu. Bukan kah malah aneh menganggap guru dan berbicara dengan mereka selayak pada teman.
"Ahh seperti itu? Saya kira kamu memang tidak menyukai saya. Ternyata kamu lebih dewasa daripada teman seusia mu" Vio beringsut mundur, merasa tak nyaman ketika lelaki itu semakin mendekatkan diri nya sembari menatap mata nya lekat, tatapan itu tidak terlihat seperti sedang menatap seorang murid.
"Maka dari itu, saya memberikan kamu itu. Agar kita bisa dekat, ayo buka kotak nya" lelaki tadi duduk di samping Vio, membukakan kotak tersebut tanpa mengalihkan pandangan dari Vio yang saat itu berusia 11 tahun.
Setelah dibuka, kotak itu berisikan 4 kue muffin vanilla. Vio bukan nya senang, ia malah merasa ada sesuatu yang aneh karena walaupun lelaki berprofesi guru itu ramah, Vio tidak pernah mendengar bahwa ia pernah memberikan sesuatu kepada murid terutama sebuah kue.
"Terimakasih" Vio bercicit, berniat menutup kembali kotak tersebut dan pamit pulang. Vio merasa tak nyaman dan ingin pergi dari sana, ia lebih mending pergi ke sekolah Jasper dan menunggu nya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blushing Pen Pals
RomanceEntah bagaimana awalnya, tetapi sahabat pena atau pen pal kembali menjadi tren di era digital seperti ini, bahkan topik ini terus diperbincangkan oleh murid-murid di sekolah Vio. Violetta, si anak populer pun jadi ikut penasaran dengan hal tersebut...