Chapter 5

472 32 0
                                    

“Ginny?” si manis sedikit tersentak dan gugup saat menatap perempuan lain yang berdiri disampingnya, atau juga akibat payung yang perempuan itu pegang tidak terlalu besar membuat jarak diantara mereka terhapus begitu saja.

Si pemilik payung terseyum kecil lalu kembali bertanya, “sedang menunggu kakak mu?”

“Ahh itu, tidak juga. Hari ini aku meminta untuk tidak dijemput” Vio merutuki dirinya di dalam hati ketika menyadari suara nya sedikit bergetar akibat gugup dan canggung. Tas yang ia dekap di depan dada nya juga semakin ia pegang erat karena Ginny menatap tepat pada matanya.

“Maaf sebelumnya, sini mendekat lah, agar bahu mu tidak basah.” Perempuan yang lebih tinggi darinya itu memegang pinggang ramping Vio dengan tangan kiri nya yang bebas, sebelum menarik tubuhnya menjadi lebih dekat dengannya. Hal itu sukses membuat jantung Vio berdetak lebih cepat dari biasanya dan pipinya yang semakin memanas, “tumben sekali? Sepertinya kau akan mengunjungi tempat lain dulu sebelum pulang?”

Vio mengangguk kecil, sedikit heran darimana Ginny tahu jika ia akan pergi ke tempat lain terlebih dahulu, “benar, aku akan pergi untuk mengirim barang. Tapi sepertinya aku melupakan payung ku, jadi aku akan membelinya terlebih dahulu" padahal seingat Vio, ia selalu membawa payung dan tidak pernah di keluarkan dari dalam tas.

“Mau aku temani?”

“Ahh maaf?” Vio bertanya kembali seolah ia ingin memastikan apa yang didengar nya itu benar atau salah.

“Tempat pengiriman barang nya ada di sekitar sana kan? Aku juga akan lewat sana, jadi biar ku temani, ya?” Ginny masih menatap perempuan yang lebih kecil sembari berucap, seolah Vio akan menghilang dari hadapannya jika tidak ia tatap.

Muncul perasaan senang kala Ginny menawarkan bantuannya, membuktikan jika tadi Vio tidak berhalusinasi ataupun salah dengar. “Tapi, apa tidak apa-apa? Aku tak mau merepotkan mu” bohong, itu hanya basa-basi semata karena saat ini, di dalam hatinya, Vio sedang berteriak penuh kemenangan karena mendapatkan kesempatan agar bisa dekat dengan teman lama nya itu.

“Tidak apa-apa, kamu juga jadi tidak perlu repot membeli payung dulu ‘kan?” Ginny kembali tersenyum, tapi kali ini disusul dengan elusan kepala yang menimbulkan perasaan menggelitik yang aneh dalam diri Vio.

“Baiklah...” Vio tersenyum, membuat wajah nya terlihat bertambah manis.

Karena gemas, Ginny mengusap kembali kepala Vio sembari berucap dengan suara kecil, “hahaha menggemaskan sekali....” namun karena suara hujan yang jatuh ke atas tanah lebih terdengar keras, Vio tidak dapat mendegar kalimat itu, yahh Ginny memang sengaja sih.

Mereka berjalan bersama, menyusuri trotoar yang basah dengan Ginny yang sengaja mengambil posisi di bagian kanan Vio, menjaga Vio dari cipratan air jikalau ada mobil atau kendaraan lain yang lewat.

Vio merasa canggung, padahal ia sudah mendapatkan kesempatan seperti ini, tapi ia tidak tahu mau membuka obrolan apa. Vio kembali melirik Ginny tanpa menengok sembari memainkan jari-jarinya yang ramping, sudah menjadi kebiasaannya ketika sedang gugup atau gelisah

"Ngomong-ngomong tadi pagi aku melihat mu di antar oleh Kak Kai, tumben sekali tidak dengan Kak Jasper?" Ginny membuka suara, menatap ke arah samping dimana Vio yang kini menoleh kepadanya juga. Omong-omong saat SD dulu, Vio memang tidak terlalu populer tetapi teman satu kelas nya pasti sudah tidak asing dengan kedua kakak lelaki Vio. Dimana Jasper yang beda 2 tahun dengan Vio juga bersekolah disana, lalu Kai yang berbeda 5 tahun dengan Vio juga sering mengantar kedua adik nya -- walau Jasper sering sekali menolak, tetapi Kai selalu memaksa --

"Ahh iya benar... Abang biasanya cuma menjemput ku tapi sepertinya tadi pagi dia berlomba lagi dengan Kak Jasper" Vio terkekeh disela-sela kalimat nya, "yahh tapi aku agak malas sebenarnya kalau diantar Kak Jasper, dan kampus nya juga berbeda arah dengan sekolah, cukup jauh juga jadi aku tidak mau merepotkan nya"

The Blushing Pen PalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang