Vio berjalan memasuki gerbang rumah Ginny tanpa ragu, kemudian menekan bel rumah yang ada di samping pintu depan.
Dua kali Vio menekan bel tersebut, dan tidak lama terdengar suara langkah yang terburu-buru mendekati pintu.
Cklek!
Pintu terbuka, menampilkan Ginny yang masih memegang handuk kecil dengan wajah yang sedikit terkejut.
"Vio? Aku baru akan menjemput mu setelah ini" Walau begitu, raut wajah nya tak bisa menutupi rasa senang ketika ia melihat Vio.
Namun beda di lain sisi, tatapan Vio kini tertuju pada Ginny dimana rambut gadis itu dijepit asal-asalan membentuk gulungan yang menampilkan leher jenjangnya, dan lagi yang membuat Vio tambah salah fokus adalah, perempuan tinggi itu tidak mengancingkan 2 kancing atas kemeja nya. Yang dimana jika dia menunduk sedikit saja-
"Vio?"
"Ehh iya?" Dengan wajah yang memanas, Vio mengalihkan pandangan dan mengutuk diri nya sendiri di dalam hati. "Itu, aku merasa tidak enak karena kamu terus menjemput ku. Lagipula tempat tujuan kita sekarang kan berlawanan arah dari rumah ku, karena itu aku yang kesini sekarang"
Ginny mempersilahkan Vio untuk masuk kedalam rumah nya terlebih dahulu sebelum mengangguk kecil, "Aku tidak merasa keberatan kok Vio untuk menjemput mu terus, aku malah merasa khawatir kalau tidak menjemput mu dari atau sampai rumah" gadis tinggi itu mencubit pipi Vio sembari terkekeh.
Vio mengaduh, protes kepada Ginny yang semakin gencar mencubiti pipi nya. Ginny gemas apalagi melihat ekspresi Vio saat protes tak terima, itu membuat nya semakin menggemaskan, Ginny melepaskan cubitan nya lalu tak kuasa menahan ingin mencium pipi lembut tersebut, yang sukses membuat Vio terdiam karena terkejut.
"Ginny!"
Ginny mengecup sekali lagi pipi yang dicubiti nya lalu terkekeh, "kamu menggemaskan Vio, aku jadi ingin terus menciumi mu"
Kalimat itu sontak membuat pipi Vio memanas dan memerah seketika, walau ia berusaha menutupi nya dengan memandang ke arah lain pun, seperti nya Ginny sudah melihat rona merah tersebut.
"Ngomong-ngomong tadi kamu kesini diantar oleh kakak mu?" Tanya Ginny setelah puas terkekeh dan menjahili Vio, sang gadis yang ditanya menggelengkan kepala nya sekilas.
"Aku kesini naik angkot" ujar Vio. Tadi nya ia akan memberitahu Ginny terlebih dahulu kalau ia akan kerumahnya, tetapi kekasih nya itu sudah pasti menolak dan tak mau membuat Vio capek-capek menghampiri nya.
Vio tidak komplain loh ya. Ia hanya merasa tidak enak jika terus di perlakukan seperti seorang princess oleh ginny.
"Lain kali, biarkan aku menjemput atau mengantar mu kemana saja ya Vio, apalagi jika kamu membutuhkan sesuatu saat malam hari" Ginny mengatakan ini bukan karena ia tidak suka atau apa, ia hanya khawatir dan akan lebih tenang jika Vio diantar dengan selamat sampai ke depan pintu rumah oleh nya (terkecuali jika Vio akan di antar oleh kakak nya) tetapi selain itu, ia tidak akan membiarkan Vio pulang atau pergi sendirian.
Vio mengerti dari raut wajah Ginny yang terlihat khawatir, jadi ia mengangguk sembari tersenyum lembut. "Baiklah, ngomong-ngomong sepertinya rambut mu masih basah Ginny?"
Ginny membuka jepitan nya lalu menyisir rambutnya dengan tangan, "kamu benar, bagian dalam nya belum benar-benar kering"
"Sini aku bantu keringkan. Kamu bisa sakit jika tidak dikeringkan dengan benar" Vio menawarkan diri sembari menepuk-nepuk sofa disampingnya.
Ekspresi Ginny langsung bersinar, dengan segera ia mengambil hairdryer yang ada di atas nakas dekat kamar mandi, gadis itu memberikan nya kepada Vio dengan senyuman cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blushing Pen Pals
RomansaEntah bagaimana awalnya, tetapi sahabat pena atau pen pal kembali menjadi tren di era digital seperti ini, bahkan topik ini terus diperbincangkan oleh murid-murid di sekolah Vio. Violetta, si anak populer pun jadi ikut penasaran dengan hal tersebut...