Langit tampak cerah, memancarkan warna biru dengan banyak awan yang menghiasi, terkadang juga terlihat burung camar dan burung dara laut yang melintas di atas langit. Suara ombak dan angin laut terdengar seperti sahut menyahut, Ginny yang merasa tidak ingat jika dia berada di pantai lantas mengalihkan pandangan nya ke sekitar.
Didepan nya, ini terlihat seperti pantai di tempat nenek nya tinggal, namun terlihat kosong dan hanya ada dirinya sendiri berdiri di tengah-tengah hamparan pasir putih. Gadis yang kebingungan itu lalu menatap kaki nya yang menginjak pasir secara langsung, tanpa ada alas apapun.
"Oh Ginny...! aku mencari mu kemana-mana"
Sebuah suara yang familiar masuk kedalam telinga Ginny, tanpa ragu ia berbalik sempat tersentak saat menatap sosok wanita yang begitu ia kenal.
"Vio... Ada apa?" Ginny bergerak menuju Vio yang terlihat begitu cantik dengan balutan gaun berwarna putih panjang. Vio tampak sangat senang sembari menghampiri Ginny sebelum menggenggam tangan nya.
"Kok 'ada apa?' acara nya kan sudah mau dimulai... Ahh apa mungkin kamu gugup?" Vio memiringkan kepalanya dengan bingung, lalu sedetik kemudian pipi nya sedikit merona dengan ia yang memalingkan wajahnya. "Sebenarnya aku juga, maksud ku memang nya siapa sih yang tidak gugup ketika akan menikah"
Kalimat itu sontak membuat Ginny membulatkan mata nya, merasa tak percaya apa yang telah ia dengar. "Eh menikah? Aku? Dengan siapa?"
Vio lalu mengangguk kecil, masih dengan pipi yang merona dan itu membuat Vio terlihat begitu menggemaskan. "Tentu saja dengan ku, apa kamu masih tidak percaya bahwa kita akan menikah? Hahaha yah itu bisa dimengerti, mungkin saja karena kita sudah berpacaran dari lama 'kan? Jadi hal ini terasa tidak nyata?"
Ginny semakin bingung namun pipi nya ikut merona melihat Vio yang terkekeh kecil dengan lucu. Ahh dipikir-pikir benar juga, ia baru sadar jika ia juga memakai gaun putih yang hampir mirip dengan Vio pakai, walau yang ia kenakan tidak terlalu panjang dan terlihat cukup polos dibandingkan dengan Vio.
"Ayo Ginny..."
Tapi Ginny benar-benar tidak mengerti, ia sangat bingung apa lagi kini Vio menarik tangan nya agar ikut dengan nya.
"Tunggu, Vio... Aku benar-benar tidak mengerti-"
RINGGG.... DUGG!
"Aduhh...!"
Rasa nyeri terasa pada dahi Ginny, ia membuka mata lalu mengubah posisi nya menjadi duduk. Masih mengaduh kesakitan, gadis itu lantas menatap tajam pada meja disamping tempat tidur nya, seolah menyalahi benda mati itu karena menganggu mimpi indah nya.
Tapi serius, Ginny merasa mimpi tadi terasa nyata sampai ia masih merasa jantung nya berdebar dan pipi nya yang memanas.
"Apa mungkin karena aku memikirkan Vio sebelum tidur? Aku jadi bermimpi seperti itu. Ughh tapi Vio yang memakai dress putih terlihat begitu cantik" Ginny bergumam sambil mengacak-acak rambut nya, ia bangkit dari kasur lalu mematikan alarm yang berbunyi kembali sebelum masuk ke kamar mandi, mendinginkan pikiran dan mengusir khayalan yang tidak-tidak.
Setelah beberapa menit berlalu, Ginny keluar dengan balutan kaos putih polos dengan celana pendek. Gadis itu menatap jam yang masih menunjukkan pukul setengah 6, dan dengan santai ia mengambil ponsel lalu duduk kembali di tepi kasur.
"Benar juga, hari ini Vio akan diantar oleh kakak nya kan" Ginny baru ingat saat melihat kembali pesan teks dari si cantik. Dan karena masih pagi juga, gadis bergigi gingsul itu memilih untuk sarapan terlebih dahulu, sarapan yang simpel hanya dengan sereal lalu memakan satu potong cheese cake yang sebelum nya diberi oleh Vio untuk nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blushing Pen Pals
RomanceEntah bagaimana awalnya, tetapi sahabat pena atau pen pal kembali menjadi tren di era digital seperti ini, bahkan topik ini terus diperbincangkan oleh murid-murid di sekolah Vio. Violetta, si anak populer pun jadi ikut penasaran dengan hal tersebut...