Setelah dipikir-pikir kembali, Ginny sudah memperhatikan Vio dari sejak pertama mereka bertemu.
Ginny bisa mengingat saat itu, ketika ia masih berada di kelas 1 sekolah dasar, kelas nya kedatangan murid baru atau tepatnya telat masuk 2 hari dari hari pengenalan lingkungan sekolah, dan dia adalah Violetta.
Saat itu, Vio kecil masuk kedalam kelas dengan dituntun oleh wali kelas mereka, dan ada juga Jasper yang memperhatikan Vio dari luar kelas. Wajah mungil nya dihiasi sedikit rona merah di kedua pipi yang membuat Vio terlihat begitu menggemaskan, jangan lupakan tatanan rambut nya yang di kepang dua dengan ikat rambut bergambar bulan menghiasi, membuat Vio jadi pusat perhatian dalam sekejap.
Cantik, kata itu langsung terpikirkan oleh Ginny sesaat melihat Vio. Apa yah, cantik nya Vio itu berbeda dengan anak perempuan lain yang ada di kelas nya, seolah wajah Vio itu tak akan pernah bosan dan terus terlihat cantik walau terus dipandang.
Apalagi saat Vio dengan malu-malu memperkenalkan nama nya, Ginny tak bisa tak tersenyum melihat nya. Tapi sayang sekali, walaupun Ginny ingin mendekati Vio dan mengajak nya bicara, tetapi pelajaran akan segera dimulai dan Vio duduk di tempat yang sudah disiapkan dengan teman nya yang lain. Saat itu Ginny ingin sekali tukar tempat duduk, agar bisa menjadi teman sebangku Vio, namun Ginny merasa tak enak dengan teman sebangku yang sudah ditetapkan oleh sang guru.
Dan saat jam istirahat pun, Ginny masih belum mendapatkan kesempatan berbicara dengan Vio akibat anak perempuan itu di kelilingi murid lain yang juga penasaran dengannya. Ginny baru bisa mengobrol dan berkenalan dengan Vio saat keesokan hari nya, itu pun hanya obrolan singkat karena teman sebangku nya tiba-tiba datang dan mengajak nya mengobrol.
Kenangan yang indah karena saat itu Ginny benar-benar terpesona dengan kecantikan dan keimutan Vio, walau begitu mereka tidak menjadi dekat karena dua-dua nya merasa tidak punya kesempatan untuk mengobrol dan menjadi teman yang akrab. Entah itu karena Ginny yang tak mau mengganggu waktu Vio bersama teman nya yang lain, atau Vio yang merasa jika Ginny tak bisa ia raih akibat selalu dikelilingi banyak orang.
Begitu saja terus sampai mereka naik ke kelas 6 SD, dan kejadian Vio itu terjadi, yang membuat Ginny semakin sungkan mendekat karena takut Vio tak nyaman. Sampai akhirnya mereka pun lulus, dan kedua nya tak pernah bertukar kontak atau mendengar kabar satu sama lain.
Setidaknya untuk Ginny, ia benar-benar tidak tahu kabar Vio setelah lulus dari Sekolah Dasar, yang ia tahu hanya Vio tidak akan bersekolah di dekat sini lagi akibat trauma nya. Yah Ginny mengerti betul, karena jika ia ada di posisi Vio pun --walau si pelaku sudah berada di dalam jeruji besi-- ia pasti masih khawatir akan bertemu nya lagi di dekat sekolah, Vio yang bisa bertahan sampai lulus walau selalu melewati tempat kejadian itu saja sudah begitu hebat, jadi wajar jika ia ingin pergi menghindar dari daerah itu.
Dan begitu lah sampai ia masuk SMA pun, Ginny tak pernah melupakan Vio, jujur saja ia merasa menyesal karena tidak bisa dekat dengan nya saat SD jadi ia berjanji jika ia bisa bertemu dengan Vio lagi, ia ingin menjadi lebih dekat dengan nya.
Siapa sangka harapan nya pun terkabul dalam sekejap. Betapa terkejut nya Ginny saat melihat Vio datang dari arah gerbang untuk berbaris di lapangan, diantar dan diperhatikan oleh Jasper, sama seperti saat Vio pertama kali masuk ke kelas 1.
Ginny merasa déjà vu.
Tapi ia tidak menyangka ada yang berubah dari diri Vio, kilauan yang ada di sekitar Vio terlihat menghilang walaupun gadis itu tersenyum atau tertawa, seolah ia memaksakan dan menutup jati dirinya sendiri.
Ginny ingin melihat senyuman tulus nya lagi, namun sayang nya tak ada kesempatan bagi Ginny untuk lebih dekat dengan Vio kala itu. Jadwal nya disekolah tidak cocok dengan jadwal Vio, mereka jarang bertemu satu sama lain dan kalaupun bertemu, entah itu ketika ia sedang bersama yang lain atau Vio yang sedang asik bersama kedua teman nya.
Gadis bergigi gingsul itu hanya bisa memperhatikan Vio dari jauh, sampai dimana saat itu, Ginny mendapati Vio di dekat gerbang sekolah seorang diri, tak ada kedua teman nya yang begitu menempel berada.
Merasa mendapat kesempatan, Ginny tak menyia-nyiakan untuk mendekati Vio yang dimana saat itu juga hujan mulai turun, gadis itu segera mengeluarkan payung yang selalu ia bawa untuk berjaga-jaga dan langsung memayungi gadis yang lebih kecil darinya itu.
Ginny begitu terkejut saat melihat ekspresi berkilau Vio saat menatap nya disaat itu, begitu menggemaskan dan mengobati rindu yang ia rasakan. Jantung nya tak berhenti berdegup kencang walau sudah mati-matian Ginny mencoba menetralkan nya, ia tak mau sampai Vio menyadari nya, tidak secepat itu.
Namun yang tidak ia sangka lagi, Vio kembali mengangkat kejadian itu, ia bahkan ingin berterimakasih padanya karena telah menolong nya, padahal itu tidak seberapa. Ginny merasa begitu senang karena Vio tidak menghindari nya, dan dia juga memberikan kesempatan lagi agar Ginny bisa lebih dekat dengan nya. Benar-benar diluar ekspektasi nya.
Dari sana lah ia mulai sadar dengan perasaan nya selama ini yang ia rasakan kepada Vio.
Ginny berencana untuk mengungkapkan perasaannya tentu saja, lebih cepat lebih baik karena akhir-akhir ini ia semakin tak bisa menyembunyikan perasaan aslinya. Terimakasih kepada para anggota OSIS yang mentang-mentang sebentar lagi akan ada pekan olahraga setelah ulangan selesai, mereka jadi terus mendekati Vio karena ingin meminta bantuan nya yang tentu saja membuat kesabaran nya menjadi setipis tisu.
Rasa nya Ginny ingin berteriak bahwa Vio adalah milik nya setiap kali ada yang mendekati gadis cantik itu, tapi tentu saja saat ini Ginny masih hanyalah seorang teman bagi Vio. Damn it!
Walau begitu ia masih mempunyai rahasia yang membuat nya terus mengurungkan niat untuk mengutarakan perasaannya, ia tak mau membohongi Vio lebih lama lagi tetapi ia sedikit bingung bagaimana membicarakan nya-
"Ginny... Ini apa kamu mau?"
Vio menyodorkan sebuah permen loli yang masih terbungkus padanya. Ginny yang tersadar pun mengalihkan pandangan nya kesekitar taman lalu kembali menatap Vio dengan senyuman yang merekah.
"Aku ingin yang itu saja, tidak apa-apa kan?" Ginny menunjuk pada permen loli yang sudah dibuka oleh Vio di tangan satu nya.
"Eh?" Vio menatap dengan bingung, "Tapi yang ini sudah aku buka dan aku jilat tadi. Yang ini saja" Vio kembali menyodorkan permen yang belum dibuka kepada Ginny.
Ginny terkekeh, tetap mengambil permen yang ditunjuk pertama nya dan langsung ia makan. Sontak Vio terkejut dengan pipi yang merona, dan hal itu tidak luput dari tatapan Ginny.
Sebuah seringai kecil muncul, Ginny memang sengaja karena ingin melihat reaksi Vio, yang tentu saja begitu menggemaskan dan Ginny merasa puas.
Ahh tapi tunggu, ada hal yang ingin ia tanyakan setelah ia teringat tadi.
"Vio, apa kamu masih penasaran dengan sahabat pena ku?"
Vio mengangkat pandangan, rona merah masih terlihat pada pipi Vio namun tidak semerah tadi. "Hmm, masih sih... Tapi aku tidak akan bertanya dan menunggu mu memberitahu ku sendiri"
Ginny yang mendengar hal itu lantas mengusap kepala Vio dengan lembut, "Baiklah, kamu akan segera tahu nanti"
TBC
Ayy, 28-02-2024
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blushing Pen Pals
RomanceEntah bagaimana awalnya, tetapi sahabat pena atau pen pal kembali menjadi tren di era digital seperti ini, bahkan topik ini terus diperbincangkan oleh murid-murid di sekolah Vio. Violetta, si anak populer pun jadi ikut penasaran dengan hal tersebut...