Vio terbangun saat merasa bus berhenti melaju, ia mengusap mata nya yang terasa berat sebelum menguap. Si manis menatap ke sekitar lalu tatapan nya tertuju pada Ginny yang juga tampak terbangun karena merasakan pergerakan dari nya.
"Oh maaf Ginny, aku membuat mu terbangun" Vio berujar setelah yang lebih tinggi membuka mata nya. Ginny yang mendengar itu menggeleng kecil lalu meregangkan tangan nya.
"Tidak apa-apa, ahh ngomong-ngomong ini kita mau keluar dari tol ya" Ginny melirik ke pemandangan di luar jendela, yang diikuti oleh Vio dengan melihat ke arah yang sama dengan Ginny.
"Seperti nya begitu, cukup panjang juga antrian nya" tidak heran sih, karena sudah mulai masuk hari libur jadi pasti akan banyak orang yang berlibur juga sama seperti mereka.
Ginny mengikat rambut sebahu nya karena hari sudah mulai siang dan panas akibat sinar matahari yang masuk melewati jendela, ia menoleh pada Vio yang masih fokus melihat ke luar jendela lalu mengelus kepala si manis dengan lembut.
"Vio sini, aku akan mengikat rambut mu" sang empunya nama menoleh lalu mengangguk, memutar badan nya menjadi memunggungi si cantik agar dia lebih mudah mengikat rambut nya.
"Sehabis keluar tol ini, apa perjalanan nya masih cukup jauh Ginny?" Vio bertanya setelah menoleh singkat kepada sang kekasih.
Ginny yang kini sedang menyisir rambut Vio dengan tangan nya lantas terkekeh kecil, "Kalau tidak macet seharusnya setengah jam lagi sih. Memangnya ada apa? Apa kamu lapar?" Yang lebih tinggi berucap tanpa mengalihkan fokus pada rambut Vio yang sedang ia kepang.
"Hmm tidak begitu sih, aku hanya teringat jika aku menemukan film misteri yang ingin aku lihat bersama mu. Bagaimana kalau kita nonton sekarang?" Usul Vio dengan mata yang berbinar, terlihat jelas sekali jika ia ingin memperlihatkan apa yang telah ia temukan.
Ginny mengikat rambut Vio yang telah ia kepang lalu mengusap pucuk kepala nya sembari mengangguk, mengiyakan usulan daei Vio, "itu ide yang bagus, kita juga punya camilan disini"
Dengan wajah ceria, Vio langsung mengeluarkan ponsel yang sedari tadi ada dalam tas kecil yang dipakai nya dan mencari film yang dimaksud.
Perjalanan mereka lebih lama dari perkiraan Ginny karena jalanan yang macet, namun mereka berdua tidak terlihat terganggu akan hal itu dan tetap santai menonton film apalagi dengan camilan yang cukup banyak Vio bawa.
Mereka baru sampai ke terminal tempat tujuan setelah 3 setengah jam perjalanan, Vio yang sudah turun duluan mencoba meregangkan tubuh nya, merasa pegal dan lelah karena sudah lama tidak melakukan perjalanan yang cukup jauh seperti ini, walau sebenarnya 1 jam itu ia pakai untuk tidur namun tetap saja ia merasa lelah.
Ginny menghampiri Vio setelah dia mengambil koper milik sang kekasih daei bagasi bus, sebenarnya tadi Vio yang akan mengambil nya sendiri namun gadis tinggi itu memaksa agar dirinya saja yang mengambilkan nya.
"Terimakasih Ginny, mau membeli air dulu? Aku yang akan belikan" tawar Vio mengingat air mineral mereka sudah habis tadi saat di bus.
"Biar aku saja" lagi-lagi Ginny menawarkan diri, namun kali ini Vio menggelengkan kepala nya sembari menpoutkan bibirnya.
"Tidak, kamu kan sudah membawakan barang-barang ku, aku juga ingin membantu mu" bukan apa-apa sih, Vio memang senang Ginny membantu nya setiap saat tetapi ia juga merasa tidak enak jika diperlakukan seperti itu, Vio juga ingin membantu Ginny sesekali.
Melihat Vio yang merajuk apalagi dengan menpoutkan bibir nya seperti itu, tentu saja Ginny tidak bisa menolak nya. Jadi kali ini ia membiarkan sang kekasih membantu nya membelikan air mineral, ekspresi Vio langsung berubah saat Ginny memberikan izin nya dan langsung pergi ke warung yang ada di terminal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blushing Pen Pals
RomanceEntah bagaimana awalnya, tetapi sahabat pena atau pen pal kembali menjadi tren di era digital seperti ini, bahkan topik ini terus diperbincangkan oleh murid-murid di sekolah Vio. Violetta, si anak populer pun jadi ikut penasaran dengan hal tersebut...