"Akhirnya kau sadar."
Lelaki yang baru saja membuka mata itu menatap penuh tanda tanya pada sosok yang menyapanya. Tubuh itu nampak transparan, bahkan benda-benda di belakangnya bisa terlihat dengan jelas meski agak blur.
"Aku sudah menduga kepalamu akan mengalami cidera dan berujung amnesia. Yah ~ not bad, setidaknya selamat."
"Namamu Gevano Kavandra dan aku adalah saudara kembarmu. Ano, aku sudah tiada, ini adalah jiwaku yang memutuskan untuk ikut singgah dalam ragamu, kita satu raga beda dimensi dan karakter, hanya kau yang bisa melihatku."
"Maafkan aku jika harus membungkam otakmu untuk diam mendengarkan fakta ketika kau baru saja sadar."
"Ingatlah beberapa hal, pertama jangan pernah percaya orang lain selain diriku. Kedua jangan lagi ikut dengan keluarga munafik yang sudah bersekongkol dengan anggota geng mu untuk membunuh dirimu. Ketiga kembalilah pada keluarga kakek agar hidupmu terjamin."
Raut wajah Gevano tidak lagi bisa di kondisikan, jelas anak itu bingung.
"Begini Ano, kau adalah anak terlantar yang di pungut oleh keluarga Kavandra, awalnya kau di rawat di mansion utama di bawah pengawasan kakek." Elvano duduk di brankar untuk bisa lebih dekat dengan kembarannya.
"Suatu hari keluarga Reynan datang meminta izin untuk merawatmu dengan alasan agar Avan, anak angkat mereka memiliki teman seumuran, sebenarnya kakek tidak setuju tapi karena kau mau jadi mereka tidak bisa menolak."
"Gevano, melelahkan berbicara panjang lebar begini, tapi aku jauh lebih lelah jika kau kembali ke tangan mereka dan mengulangi tindakan bodoh seperti dulu."
"Jadi dengarkan aku, ketika mereka datang nanti tolak mereka, jauhi mereka, jangan mau ikut campur apapun lagi dengan mereka dan ya, jangan pernah mau untuk kembali."
"Kau paham?!, kau harus percaya padaku!" Gevano tidak bisa menjawab, tenggorokannya kering sialan!. Meski begitu Gevano seperti tidak punya rasa ragu sama sekali pada sosok arwah yang kini menatap nyalang dirinya.
"Kedipkan mata dua kali jika kau setuju denganku." Gevano menurut dengan berkedip sebanyak dua kali membuat wajah Elvano nampak sumringah.
"Akan aku perkenalkan keluarga munafik itu agar kau tidak lagi bingung ketika aku menjelaskan tindak kriminal mereka padamu nanti."
"Sosok ibu di dalam keluarga itu bernama Larnia, tokoh ayahnya bernama Reynan, ada tiga putra kandung dan satu putra tiri, anak pertama bernama Diego dia seorang dokter, anak kedua bernama San dan anak ketiga bernama Acel, keduanya pekerja kantoran biasa, terakhir Avan anak bungsu tiri."
"Oh sayangku, aku tidak bisa memberimu minum, mana bisa aku menyentuh gelas itu, kecuali jika aku mengambil alih tubuhmu, eh, nanti cideramu makin parah jika ku paksa bergerak ya?"
Boleh Gevano menangis saja?
"Hey, no no no, don't cry darling. Apa yang harus ku lakukan?" Keduanya terdiam cukup lama, Gevano haus tolong.
Pintu ruangan VVIP milik Gevano di buka perlahan, terlihat sosok bertubuh tegap dan berupa rupawan menghampiri brankar.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Menurut ente aja deh bang, ngana capek!"
"Mau minum?"
"Capek hayati tuh!!, lelah!!, udah mau sekarat gini masih aje di tanya, dokter kok goblok, gadungan kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Me [On Going]
Teen Fictionpokoknya ini idup pada di luar nalar & akal sehat manusia.. gue sepanjang idup : hah?, apa?, kenapa?, kok bisa?, gimana?. pokoknya 5W+1H ada semua lah.