42. Emosi

5K 342 11
                                    


"coba kita liat, kesayangan abang katanya makin gemuk ya"

Ran mengangkat tubuh Gally melalui potongan ketiaknya dengan sedikit tenaga memasuki kamar mereka

Setelah teman-teman mereka berpamitan pergi, Ran langsung membawa suami kecilnya itu menuju kearah kamar milik mereka berdua

Seharian tidak bertemu, membuat Ran begitu rindu dengan ocehan Gally yang selalu merecoki dan mengoceh kepada dirinya.

Mengingat jika sepulang kuliah dirinya harus magang di perusahaan Arthur, jam berduaan dirinya dengan Gally terlalu sedikit karena tidak ada waktu untuk bersantai

Sebagai penerus utama diusia yang masih terlalu muda, Ia harus lebih giat dan juga berhati-hati dengan pekerjaannya

"Berat bener perasaan kemaren kagak"

Lelaki itu bergumam kecil, yang membuat Gally bersedekap dada dan menatap nya kesal

Gally mempoutkan bibir nya "abang nggak asik"

"Gally nggak berat"

Ucapnya, senyuman dibibir lelaki tampan itu kemudian mengembang, Ran mencium gemas pipi Gally yang berada di dekapannya

"Kamu lucu banget"

"Menurut kamu, nanti kacang abang bisa lucu kayak kamu nggak? "

Ran bertanya main-main, jemari besar nya terangkat mengelus perut besar suami kecilnya

"Ini dedek bayi Gally bukan abang"

Gally menjauhkan tubuhnya seraya memegangi perut besarnya menggunakan kedua tangan

Ran terperangah "Maksud kamu apa? "

Kerutan di dahi Ran muncul dengan samar, melihat heran kearah Gally yang menatapnya waspada

Ran meringis bingung, menggaruk pipinya yang tidak gatal

"Nggak! ini dedek bayi Gally, kalo mau punya, abang buat sendiri dong"

Bantahnya ngotot, Ran semakin heran dibuatnya

"Bukanya itu benih abang ya? "

"Itu namanya juga kacang abang "

Lanjutnya, mendekat kearah Gally yang menatap heran kearah perutnya sendiri

Gally mengangguk-anggukkan kepalanya paham "yaudah Gally mau pinjem benih abang Logan, biar nggak dikeroyok abang"

Apa-apaan itu pikir Ran

Kaki panjangnya ia bawa mendekat kearah suami kecilnya, tangan berotot yang tadi melemas itu sedikit mengepal

Gally memasang kuda-kuda menatapnya was-was, mata coklat bulatnya memicing kearah Ran.

Dengan mudah, Ran mendekap tubuh Gally, kemudian meremas dada bayi besarnya yang baru mengandung janin dari benihnya dengan kuat

Gally memekik sakit, mencengkram kuat pergelangan tangan Ran yang masih meremas-remas dadanya yang sedikit membengkak dengan sedikit tekanan

Ran menyeringai "masih mau bilang pinjem benih orang? hmm? "

Gally menggeleng cepat, tangan lentiknya bergerak-gerak berusaha menyingkirkan tangan Ran yang masih bermain-main dengan dadanya

"Abang, ah sakit "

Ran berdecak kesal, menyingkirkan tangannya sendiri dan menatap Gally dengan tajam

"Makanya kalo lagi sama abang, jangan bicarain orang lain, ngerti? "

Ran berujar penuh penekanan, yang diangguki lagi oleh Gally

"Ngerti nggak jangan cuman ngangguk doang! Kamu jadi bisu, nggak kan? " ucapnya kesal

Gally mengangguk menahan tangis "Gally ngerti "

Ran memijat pangkal hidungnya, Ia menghela nafas gusar,

Berjalan mendekat kearah Gally yang beralih menundukkan kepalanya, sembari memilin ujung sweater yang melekat di tubuhnya

Ia memeluk erat tubuh membengkak Gally dengan perasaan bersalahnya

"Maafin abang, tadi abang kesel banget, makanya nggak sengaja bentak kamu"

Gally mulai terisak diperlukan Ran, ia membenamkan wajahnya di dada Ran yang mengelus punggungnya dengan lembut

"Abang rada capek, jadi emosi"

"Maafin abang ya"

Gally mengangguk disertai isakan kecil, Ran menangkup pipi tembam Gally, mendongakkan wajah itu kearahnya

Mata coklat bulat Gally bersitatap dengan mata hitam pekat setajam elang milik Ran

"Udah jangan nangis lagi, iya abang salah"

Gally mempoutkan bibir ranumnya, mata berair itu menyipit menatap kearah bibir Ran

"Cium Gally"

Cup

"Lagi"

Ran memberikan kecupan lama pada bibir Gally yang masih mengerucut

"Mau lanjut lagi nggak? "

Jika dilihat dengan seksama Ran sedikit tersenyum dengan cabul, ia mengangkat tubuh Gally kuat-kuat dan membaringkan tubuh itu diatas spring bed besar mereka

Jemarinya menyingkap sweater jumbo yang membaluti tubuh Gally dan membuangnya ke sembarang arah

Gally menyilangkan kedua tangannya di dada "jangan, sakit"

Ucapnya memelas

Ran menggeleng, menyingkirkan tangan itu dengan perlahan

"Nggak bakalan sakit percaya aja"

"Biasanya kamu juga keenakan"

"Jadi...

#

Seorang lelaki berjas putih khas seseorang dokter itu memberikan sebuah suntikan yang masih baru kepada lelaki yang terlihat muda darinya

Tangan lentiknya menggoyangkan pelan benda yang masih bersegel tersebut

Senyuman puas muncul dibibir tipisnya, Ia mendesah paham

"Jadi ini suntikannya"

"Ini beneran manjur kan? "

Sang Dokter mengangguk meyakinkan, melihat ekspresi ragu lelaki yang sedari tadi mengamati pekerjaannya

"Cairannya sudah saya campur tuan muda "

lelaki tadi yang bersedekap dada seraya bersandar tembok itu berjalan keluar sembari memasukkan benda legal bersegel tersebut kedalam kantong celananya

Ia bersiul riang diiringi nada, melewati koridor ruang bawah tanah mansion keluarganya yang terlihat sepi dan sunyi tanpa penghuni

"Waktunya menuju percobaan"

Ucapnya senang, dan kembali bersiul ditengah perjalanannya

...

Jangan lupa Vote, Komen dan Follow







About Gally || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang