Semua Binatang Pergi ke Surga

50 12 5
                                    

Seluruh binatang di Nusantara bersorak-sorai begitu mendengar kabar bahwa sebuah pandemi mematikan sudah menjangkiti umat manusia. Ini adalah sebuah keajaiban. 

Seingat para binatang tua seperti kura-kura raksasa, komodo, dan paus kepala busur, terakhir kali pandemi menjamah dunia manusia tidak kurang dari tujuh ratus tahun lalu. Saat itu, manusia dijangkiti wabah pes hingga mayat-mayat hanya dibiarkan bergelimpangan di sudut-sudut bangunan, samping gereja, pinggir jalan, dan di bawah dasar sungai. Bedanya, kini, manusia terkurung dalam ruangan empat kali empat yang mereka bangun sendiri.

Begitu mendengar kabar ini, Aizar langsung melompat-lompat di kandang berpagar besinya. Baru saja kemarin ia hendak menggugurkan kedua tanduknya. Rusa jantan berbulu seputih salju itu tak tahan lagi dengan sanitasi di kebun binatang ini. Belum lagi perlakuan para petugas dan pengunjung yang suka membuang sampah seenak udel. Sudah berhari-hari mereka ditinggalkan tanpa makan dan minum. 

Pagi ini, Aizar akhirnya tahu apa alasannya.

Betapa bahagianya dia saat seekor burung nuri mengepakkan sayapnya dari arah barat. Dia bilang, baru saja, manusia mengumumkan seluruh negeri wajib melaksanakan lockdown massal. Burung nuri tersebut tampak gegap-gempita, sampai tak sadar bulu-bulu pancawarnanya berguguran seperti dedaunan jati di musim kemarau.

"Saudara-saudaraku, kabar baik! Segala puji dan rahmat bagi Tuhan, yang telah memanusiakan hewan, dan membinatangkan manusia," ungkap dia dalam pembukaan khutbahnya.

Aizar menengadahkan moncongnya ke atas kubah kaca, menyaksikan burung itu berkumandang ke seisi kebun binatang. Cahaya matahari seolah-olah meresap ke bayangan burung itu, membuat figurnya mirip siluet seorang mesias. Lantas, burung nuri tak dikenal itu semakin merendahkan kepakan sayapnya.

"Kudengar, dari wilayah Ibukota, pemimpin manusia telah mengumumkan bahwa tidak boleh ada manusia yang keluar selama pandemi masih berlangsung. Ini semua karena manusia sok-sokan menjadi Tuhan! Mereka membantai, menyembelih, dan memakan semua binatang di muka bumi. Termasuk saudara-saudara kelelawar kita di Dataran Tinggi Yunan! Kini, Tuhan menimpakan bencana kepada mereka," teriak si burung berapi-api.

Seisi kebun binatang menjadi riuh. Seekor buaya di kandang sebelah berbisik-bisik kepada buaya lainnya. Aizar perlahan mendekatkan langkahnya. Kata buaya itu, ada beberapa golongan manusia yang menjadikan kelelawar sebagai bahan utama pembuatan sup. Binatang-binatang lain jadi bergidik ngeri.

Si burung nuri menambahkan lagi, "Katakanlah, saudara-saudaraku. Di negeri penuh bajingan bertopeng ini, siapa sejatinya yang lebih binatang daripada kita? Seluruh dunia tahu bahwa negeri ini adalah surga para penyiksa binatang. Apa benar begitu, saudaraku?"

"Benar!" jawab para binatang serentak. Suara mereka menggemuruh, membuat darah Aizar terasa panas, meronta-ronta keluar.

Senyum Aizar semakin melebar. Kini, ia akan punya kesempatan mengunjungi manusia yang tengah terperangkap dan tak bisa kemana-mana. Sekarang, ia punya waktu menghancurkan rumah pemburu yang sudah menangkap, menembak mati, menguliti, dan mematahkan tanduk saudara-saudaranya di Taman Nara. Hari ini, akhirnya ia bisa bebas dari cengkeraman CCTV dan bidikan panah bius.

"Tuhan telah memberikan kita semua rahmat, saudara-saudara. Bangsa paus dan lumba-lumba telah menyerbu kanal Venesia. Kaum serigala berlarian bebas di Teluk San Fransisco, mereka mengambil alih jalan raya dan jembatan. Monyet-monyet turun dari kuil-kuil India. Bukankah ini saatnya bagi kita untuk pulang ke kampung halaman, mengambil kembali apa yang sudah dianugerahkan Tuhan kepada kita?" teriak burung nuri itu, walau suaranya agak serak karena sedari tadi berteriak.

Seekor singa betina tua mengaum di tengah-tengah keramaian itu dan mengangkat salah satu cakarnya. Dia berkumandang, "Manusia telah semena-mena merampasku dari tulang-belulang Ibuku, merebutku dari cakar Bapaku, dan memisahkanku dengan anak-anakku. Tiap hari aku berdoa kepada Tuhan, agar mencabut nyawaku. Sekarang aku paham."

"Sungguh bahagialah kalian yang menyaksikan hari ini!" sahut singa betina yang lain.

Para binatang antusias sekali. Mereka menghentak-hentakkan kaki, membuat tanah di sekitar sedikit berguncang. Penantian lama usai juga.

Si burung nuri menutup khutbahnya dan menyeru, "Maka jalanlah, terbanglah, merayaplah di muka bumi ini, saudara-saudaraku. Aku akan memberitahukan ini kepada saudara-saudara kita yang lain. Hari ini, rahmat Tuhan menyertai kita semua!"

Burung nuri itu pun melesat jauh ke atas kubah, memecahkan kaca tipis yang retak, lalu melambung tinggi ke angkasa. Bersamaan dengan itu, para binatang bersorak-sorai, memulai eksodus besar mereka.

Tanpa menunggu lama, Aizar mengambil ancang-ancang. Napasnya menderu hebat. Dia menurunkan kepala sedikit, memposisikan tanduk, lalu berlari sekuat tenaga menuju pagar besi di depannya. Ia melompat tinggi sekali.

Aizar merasa perut bagian bawahnya terantuk bagian atas pagar. Tapi tak masalah. Ia dorong kedua kakinya. Rusa jantan itu membanting pandangannya ke hamparan tanahpenuh rumput mutiara di luar pagar. Ia mendamba sisa-sia petrikor tadi malam. Seluruh tubuh Aizar bergetar hebat.

Beberapa detik kemudian, kaki belakang Aizar akhirnya tergelincir dari bagian atas pagar. Tubuhnya jatuh berdebum. Mata kuning keemasannya mengerjap, berusaha menyapu debu dari sudut pandang. Setengah bagian tubuh rusa jantan itu terasa sakit, tapi ia masih bisa tertawa lepas.

Ia belum pernah merasa sebebas ini.


Biografi Tubuh IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang