Chapter 15 - Mama

27 10 0
                                    

🌧️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌧️

Gala keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah berkasnya, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, ia harus segera berangkat ke kantornya. Saat menuruni anak tangga, pria itu mendengar suara perdebatan antara anaknya dengan seseorang. Gala berhenti, menatap Rain dan Abella yang sedang berdebat mengenai tugas.

"Abel ingat pelajaran ini, ini materi kelas sembilan. Rumusnya bukan kayak gini."

"Ini rumusnya, Bel. Aku baca buku."

"Ya terus Rain pikir Abel nggak? Rain kan sekolah di Singapura, pembahasannya pasti beda!"

Rain menggeleng, "sama, samain aja. Rumusnya yang ini, Bel."

Abella kembali menatap buku itu, "terus ini empat dari mana? Aneh, ini bukan rumusnya!"

"Empat dari rumus, Bella. Empat, phi-nya pakai yang tiga koma empat belas, terus masukin angka jari-jarinya. Nah, berapa? Delapan." Rain menjelaskannya dengan menulis di buku itu.

Gala menggeleng kecil mendengar itu, pria itu segera turun dan menghampiri mereka. Gala melihat Abella yang kesal karena Rain. "Abel, Rain," panggil Gala saat ada di hadapan mereka.

Rain dan Abella mengangkat pandangan mereka, mereka berdiri. "Baba mau kerja?" tanya Abella.

Gala mengangguk, "iya, Abel. Hari ini ada pertemuan penting dengan pemilik perusahaan," jawab Gala.

"Om." Rain memanggil Gala, ia pun menoleh. "Sekolah kan libur karena tanggal merah, Rain boleh aja Bella keluar nggak? Di rumah terus rasanya sumpek, terus Rain nggak mau ribut sama Bella."

Gala tertawa kecil mendengarnya, ia mengangguk-anggukkan kepalanya, "iya, boleh. Jangan jauh-jauh mainnya, jangan ngebut bawa motornya. Jaga Abella ya?"

Rain mengangguk dan tersenyum, "makasih banyak, Om. Rain akan jaga Bella." Rain menoleh pada Abella, keduanya tersenyum senang karena diizinkan untuk keluar dari rumah.

****

Mata Abella berbinar saat melihat adanya penjual eskrim keliling. Abella segera menepuk-nepuk bahu Rain, membuat Rain segera menghentikan motornya. Rain menoleh pada Abella, "ada apa?"

"Mau eskrim itu!" Abella menunjuk penjual eskrim keliling itu.

Rain mengangguk, ia segera memarkirkan motornya di pinggiran jalan. Rain dan Abella berjalan bersamaan menuju penjual eskrim keliling itu. "Bang, mau eskrimnya dua ya," ucap Rain pada penjual itu.

RAINBELL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang