Chapter 17 - Isabella

32 9 0
                                    

🌧️

Waktu memang terasa sangat cepat, hingga tak sadar sekarang seorang Abella Anindita Erlangga sudah kelas sebelas semester satu. Selama beberapa bulan dengan Rain, Abella sangat bahagia, ia menjadi lebih rajin untuk belajar. Menurut Abella, belajar dengan Rain sangat menyenangkan, dibanding ia harus belajar sendiri. Sekarang, selain Rain adalah kekasihnya, Rain juga gurunya.

Minggu pagi ini, Rain dan Abella sedang menatap buku mereka masing-masing. Rain yang terus mencatat dan Abella yang terus memahami isi buku itu. Abella beralih menatap Rain, ia menunjukkan bukunya pada Rain. "Kok Abel rasa, materi kelas sebelas susah ya?"

Rain tersenyum, ia menatap Abella dan menggeleng, "nggak susah, Bel. Kamu mikir susah karena belum dijelasin aja sama Pak Wisnu. Kalau udah dijelasin pasti paham kok," balas Rain.

Abella menghembuskan napasnya, ia menaruh bukunya, lalu merentangkan tangannya untuk merenggangkan ototnya. "Arghh, sumpek juga ya di rumah terus. Abel mau keluar dari rumah deh," ucapnya.

Rain terkekeh kecil, ia berdiri dari duduknya, lalu memberikan tangannya pada Abella. Gadis itu langsung tersenyum, ia menerima tangan Rain, lalu ikut berdiri. "Kamu mau ke mana? Aku temenin kamu."

Abella menggedikkan bahunya, "kita jalan-jalan di sekitar hutan sini aja, Rain. Rain hafal jalannya?"

Rain mengangguk, "ayo, tapi kita harus balik lagi ke sini sebelum jam dua belas. Baba kamu sama Ayah bakalan ke sini." Abella mengangguk mengerti, lalu mereka pergi dari rumah untuk mencari angin agar tidak sumpek.

****

"Abella!"

Abella dan Zida menoleh, mereka sedang memakan makanan yang mereka beli di kantin, dua gadis itu melihat adanya Willy yang berlari ke arah mereka. Willy membawa sebuah berkas, entah apa itu.

"Abella, bisa ngomong sebentar?"

Abella mengangguk, "duduk aja, Kak. Maaf ya, Abel lagi makan soalnya," ucap Abella.

"Okay." Willy duduk di hadapan mereka. Zida merasa tak nyaman. Gadis itu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, ia takut akan ada Rain yang melihat ini. Zida sangat ingat, satu bulan yang lalu Rain melihat Willy dan Abella berjalan bersama keluarga dari lab, Rain sangat marah dan menghajar Willy di toilet. Namun, Abella tak mengetahui hal itu.

Willy duduk, ia memberikan berkas yang ia pegang kepada Abella. "Aku udah buat daftar nama anak-anak yang resmi masuk ke sains. Kalau pertemuan nanti, minta tandatangan mereka ya."

Abella menerimanya, ia mengangguk. "Iya, Kak. Kenapa Kak Willy nyerahin ini ke Abel? Bukan ke sekretaris?" tanya Abella.

"Besok Hani nggak bisa hadir katanya, ada urusan keluarga. Jadi aku serahin ke kamu aja, kan sebentar lagi mau jadi ketua sains," ucap Willy dengan tawa kecilnya.

Abella ikut tertawa mendengarnya, "makasih ya, Kak. Doain aja semoga Abel berhasil jadi ketua."

"Aku pasti pilih kamu jadi ketua, Abel. Aku lihat kerja kamu selama ini."

"Makasih banyak, Kak."

"Ekhem!"

Willy, Abella, dan Zida mendongak, mereka melihat Rain yang menatap mereka dengan tak suka. Zida memejamkan matanya, ia menunduk, sudah ia duga Rain akan melihatnya. "Rain? Ke sini, duduk!" ucap Abella pada Rain.

RAINBELL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang