Chapter 20 - Laboratorium

30 10 10
                                    

🌧️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌧️

Willy menatap sebuah laboratorium yang gelap tanpa cahaya itu seraya membuka helmnya, lalu ia turun dari motornya. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari, dan Willy sudah menemukan waktu yang tepat untuk keluar dari rumah besarnya itu.

Tanpa berlama-lama, Willy masuk ke dalam laboratorium itu. Bangunan ini memang sangat kosong, tak ada barang apa pun, benar-benar kosong. Lelaki itu terus berjalan mencari Abella dengan memegang senter di tangannya.

"Abella... Kamu ada di ruangan mana?" gumamnya seraya berjalan.

Willy menaiki tangga, ia berada di lantai atas sekarang. Willy tetap melanjutkan perjalanannya untuk mencari Abella, walaupun ia sungguh takut untuk terus mencari. Tapi, ia harus menemukan Abella.

Bragh!

Willy terkejut, ia menoleh ke belakang, melihat adanya ruangan dengan pintu besi. Segeralah Willy mendekat ke sana. Willy mendekatkan telinganya ke pintu besi itu, dan ia mendengar suara tangisan perempuan. Perasaan Willy tak enak, pasti itu Abella.

Willy segera membuka pintu besi itu, saat itu juga ia mendengar suara teriakan perempuan yang ketakutan. Willy mengarahkan senternya untuk mencari di mana asal suara itu. Dan betapa terkejutnya ia melihat Abella yang meringkuk di lantai. "Abella!"

Gadis itu menangis, mulutnya ditutup oleh lakban. Willy berlari mendekat kepada Abella, lalu merengkuh tubuh Abella. "Abella, are you okay? Oh God, kamu terluka banyak!" Willy menarik lakban itu dengan hati-hati.

"Kak Willy!" ucap Abella setelah lakban itu terbuka.

Abella menggeleng, "jangan, jangan lukain Abel lagi, Kak. Abel nggak kuat, Abel mah pulang... Please, Abel nggak mau, Kak..."

Willy mengernyit, ia menggeleng-gelengkan kepalanya seraya memegang kedua bahu Abella, "nggak, Abella. Hei, dengerin. Aku nggak lukain kamu, aku datang ke sini justru mau selamatin kamu," ujarnya yang membuat Abella tenang.

"Kak Willy mau selamatin Abel?"

Willy mengangguk, "aku nggak tau kalau kamu diculik, dan yang menculik kamu itu Kakakku sendiri. Aku minta maaf karena telat nolong kamu."

"Isabella.... Kakak?"

"Iya, Abel. Isabella itu kakak aku."

Abella menatap ke belakang, matanya membulat, "Kak Willy, awas!"

Bugh!

RAINBELL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang