Chapter 25 - Why, Rain?

31 8 11
                                    

🌧️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌧️

Raindra Biantara, lelaki itu sungguh terkejut melihat pesan yang dikirimkan oleh Willy. Rain menoleh ke arah Abella yang sedang membaca buku untuk ujian terakhir besok, ada perasaan tak enak di hati Rain. Lelaki itu kembali menatap ponselnya, ia membalas pesan yang dikirimkan oleh Willy.

Setelah itu, Rain kembali mendekat kepada Abella, memeluk Abella dengan posisi miring, tentu membuat Abella tertawa kecil. "Rain kok tiba-tiba kayak gini?" tanyanya dengan tawanya.

"Aku kangen aja sama kamu," balas Rain.

Abella menjauhkan tubuhnya dari Rain dengan lembut, lalu menatap Rain dengan senyuman manis. "Daritadi Abel ada di samping Rain, kok kangen?"

"Emangnya kangen harus jauh dulu?"

"Ya... Nggak juga, tapi aneh aja. Abel aja nggak pernah kangen sama Rain," ucap Abella, pastinya bohong, dan itu membuat Rain mengangguk-anggukkan kepalanya seolah percaya dengan ucapan Abella.

Rain mengacungkan kedua ibu jarinya pada Rain, "siap, nanti aku pergi dari kamu, tau rasa kamu."

"Ih, kok gitu?" tanya Abella tak senang.

"Katanya nggak pernah kangen aku?"

"Bercanda doang, Rain mah baperan!" Abella menutupi wajahnya menggunakan buku yang ia pegang.

Rain menghela napas, ia menarik buku itu untuk jauh dari wajah Abella, tetapi Abella menahan. "Apa sih? Abel lagi baca buku!" ucap Abella sebal.

"Nggak baik baca buku kayak gini, Bel. Coba, jangan marah dulu." Rain berhasil menjauhkan buku itu dari wajah Abella. Kini ia bisa melihat wajah Abella yang sepertinya memang kesal padanya.

Rain menghembuskan napasnya, ia menyimpan buku itu ke atas meja, lalu mencubit pelan hidung mancung Abella. "Jangan pegang-pegang, pergi aja sana!" usirnya tanpa menatap Rain.

Rain tersenyum, ia mengangguk. "Aku harus nurut sama pacar aku, kan? Oke, aku pergi." Rain hendak berdiri, tetapi dengan cepat Abella menahan. Abella menatap Rain dengan alisnya yang menyatu. "Kenapa? Berubah pikiran?" tanya Rain yang kembali duduk.

Abella menarik tangannya yang menahan Rain, lalu menyenderkan punggungnya ke sofa. Rain mendekatkan wajahnya pada wajah Abella, membuat Abella bisa melihat dengan jelas. Kemudian, mata lelaki itu tersenyum, tentu membuat Abella tersenyum. "Mataku bagus, kan? Saking bagusnya bisa ngebuat Abella Erlangga senyum lagi," ucap Rain yang kini menjauhkan wajahnya dari wajah Abella.

Abella mengangguk dengan senyumannya yang masih tak hilang, "Abel mau deh punya mata kayak gini. Lucu banget!"

"Nanti anak kita juga mirip sama aku, pasti."

RAINBELL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang