🌧️
"Sok pinter lo, bajingan!" Gino mendorong tubuh Abella dengan kencang menggunakan satu tangannya, tetapi Abella tak jatuh ke lantai karena ia menahan tubuhnya. Sekarang mereka berada di lab, mereka telah selesai melakukan bimbingan dengan Pak Toni pada pukul lima sore. Namun, inilah yang sekarang terjadi.
Abella memegang bahu kirinya yang didorong kencang oleh Gino, lalu menatap Gino dengan tatapan kesalnya. "Kamu yang salah jawab soal, Gino. Kenapa jadi nyalahin aku sih?" sebal Abella.
"Lo yang salah ngasih rumus ke gue, bajingan!" Gino kembali mendorong tubuh Abella.
Abella menghela napas, gadis itu menoleh pada Damar yang diam saja. "Rumus yang aku kasih bener, kan?" Damar hanya mampu untuk mengangguk saja. Sebenarnya Damar sedikit takut dengan Gino.
Gino yang kesal pun langsung mendekat pada Abella, mencengkeram kerah seragam Abella. Damar yang melihat itu langsung keluar dari lab, menyisakan mereka di sana. Sedangkan sekolah sudah sepi, hanya ada beberapa anak-anak yang mengikuti ekstrakulikuler. Terutama ekskul basket.
"Tiga hari lagi kita udah berangkat buat bawa nama sekolah, Abella! Kalau lo sok pinter dan nggak percaya jawaban peserta lain, kita nggak bakalan berhasil buat mencerahkan nama sekolah kita!" pekik Gino.
"Tapi rumus yang Abel kasih ke kamu itu bener, Gino! Aku nggak salah nulis rumus!" Abella mencoba untuk melepaskan tangan Gino, tetapi tak bisa, tenaga lelaki itu terlalu kuat.
Sedangkan di tempat lain, Damar berlari-lari menuju lapangan basket. Saat sudah sampai di sana, Damar melihat Rain sedang memasukkan bola basket ke dalam ring. Damar segera mendekat. "Raindra!" pekik Damar memanggil Rain.
Rain dan para kawannya menoleh pada Damar, mata mereka menyipit karena senja menyinari mereka. "Siapa tuh? Si Damar yang pinter itu ya?" tanya Gibran.
"Kenapa dia ke sini? Bukannya dia lagi bimbingan?" tanya Imam.
Rain menggeleng tak tahu, kemudian Damar berlari menghampiri mereka. "Raindra... Cewek lo..."
Mata Rain terbelalak mendengar, "apa? Cewek gue kenapa?!" tanya Rain dengan panik.
"Cewek lo lagi dimarahin sama Gino karen—"
"Bajingan!" Tak sempat Damar menjelaskan apa yang terjadi, Rain sudah berlari dari sana untuk menuju ruang lab. Mereka semua menatap bingung Damar yang terlihat ketakutan dan kecapaian.
Gibran mendekat pada Damar, "ada apa, Mar? Kenapa si Gino marah sama Abella?"
"Tadi pas bimbingan, Pak Toni minta kita buat kerja sama. Karena Abella pinter ngehafal rumus, akhirnya Abella dapet bagian cari rumus. Dari tiga puluh soal yang kita jawab, cuma ada satu yang salah. Gino marah ke Abella karena katanya Abella ngasih rumus yang salah, padahal jawaban dia yang salah." Damar menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBELL (END)
Novela JuvenilKisah seorang Raindra Biantara yang sangat tidak menyukai hujan. Memang tidak sesuai dengan kenyataannya. Rain artinya hujan, tapi nyatanya Rain tidak menyukai hujan. Namun, Tuhan mempertemukannya dengan seorang gadis bernama Abella, yang kerap dipa...