Haechan memainkan jemarinya gugup dengan kepala yang tertunduk dalam, berusaha menghindari tatapan penuh intimidasi yang dilontarkan oleh mark dan renjun padanya.
"Mau ngapain keluar hm? Udah minta izin sama mae dan daddy?" Tanya mark setelah menghela nafas sejenak kemudian bergerak meraih ponselnya yang berada di atas meja nakas.
"Be-belum.." Cicit haechan pelan dengan matanya yang sesekali terlihat mengintip raut wajah kedua pemuda jung dihadapannya.
"Minta izin." Mark langsung menyerahkan ponselnya yang baru saja terhubung dengan sebuah panggilan pada haechan.
'Yeoboseyo, ada apa mark?'
Haechan seketika menelan ludahnya gugup apabila mendengar suara berat sang daddy di seberang sana.
"Eum.. Daddy?" Cicit haechan.
'Haechanie? Kenapa sayang? Oh, daddy tau! Pasti bayi beruang ini sedang rindu dengan daddy kan~'
Haechan yang pada awalnya merasa gugup bukan main kini mulai terkekeh lucu.
"Hehe~ Echan rinduu! Kapan daddy sama mae pulangnya? Echan udah nunggu lama.."
'Aigoo~ kasian sekali bayi beruang daddy.. Maaf ya sayang, kerja daddy di sini masih belum selesai. Nanti kalo udah selesai, daddy dan mae akan pulang secepatnya oke?'
Haechan yang mendengar itu langsung mencebikkan bibirnya sedih. Berapa lama lagi ia harus menunggu?
"Eum.. ndak papa, tapi daddy janji yaa kalo udah selesai langsung pulang?"
'Hahaha iyaa babyy~ Daddy sama mae juga sudah tidak sanggup berjauhan dengan mu terlalu lama.. Maafkan daddy sama mae ya?'
"Eungg! Ndak papaa~ Tapi daddy.. eum, e-echan boleh jalan-jalan di luar?"
Hening sejenak. Haechan seketika menggigit bibirnya gugup. Apa daddynya akan marah?
'Hahh.. baby mau jalan kemana hm? Sama siapa jalannya? Kalo sendirian, daddy gak izinin!'
"E-echan cuman mau bawa leo dan max jalan ke taman.. Tapi echan ndak tau ma-"
"Siapa leo dan max?!!" Renjun yang sedari tadi hanya diam memerhatikan pun langsung memotong ucapan haechan ketika mendengar dua nama asing yang disebut si bayi.
Haechan tersentak kaget. Renjun tidak sedar bahawa suaranya naik beberapa oktaf dan membuat bayi beruang itu seketika merasa ingin menangis. Ia merasa seperti dibentak.
Pletak!
"Aduh!"
"Jangan meninggikan suaramu pada haechanku!" Desis mark setelah menjitak jidat renjun dengan sedikit kuat membuat pemuda itu seketika mengaduh.
Mark kemudian bergerak mengangkat tubuh mungil haechan untuk ia dudukkan dipangkuannya. Jemari panjang si sulung jung itu lalu mengusap lembut bibir semerah cherry si bayi yang terlihat mencebik lucu.
Mata boba berkaca-kaca itu pula dikecupnya dengan sayang. Haechan yang sedang berusaha menahan tangisnya itu langsung menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher mark dan mendusel di sana.
Renjun terlihat menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu dengan canggung. Ia tidak sengaja meninggikan suaranya tadi, sungguh!
"Leo dan max, kedua kucing besar itu. Jisung yang mencadangkan supaya kedua hewan buas itu diberi nama saja daripada terus memanggil mereka kucing besar." Jelas mark sembari mengusap punggung kecil si bayi.
'Ekhem! Kalian memperlakukan bayi beruangku dengan baik bukan?'
Renjun yang mendengar suara penuh intimidasi dari johnny di seberang sana seketika menelan ludahnya gugup. Jangan sampai namanya di black list kan daripada senarai calon suami haechan!

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Priority
RomanceLee Haechan, bocah imut nan polos yang menjadi priority keenam anak-anak Jung. Apapun akan mereka lakukan jika itu dapat membuat bayi beruang mereka bahagia, bahkan jika mereka harus membunuh sekalipun. . . . SLOW UPDATE ʘ̥﹏ʘ - Lapak haechan harem...