17 - Sensitive baby

8.5K 451 32
                                        


{Our Priority}


Jam 6 awal pagi tadi, haechan yang sedang terlelap tiba-tiba saja tersentak bangun dengan nafas yang tidak beraturan disertai tangisan kencangnya.

Jaemin yang waktu itu berada di kamar mandi, langsung berlari keluar dengan rambut basahnya ketika mendengar tangisan kencang haechan.

Ia kemudian dengan sigap membawa tubuh mungil bergetar itu ke dalam gendongan koalanya. Kedua tangan kecil haechan langsung bergerak mendekap erat leher jaemin.

Jaemin mulai menimang-nimang tubuh mungil haechan yang sedang menangis tersedu-sedu dalam gendongan koalanya. Kata-kata penenang juga tidak henti ia bisikkan pada telinga si bayi.

Namun hingga tiga puluh menit berlalu, tangisan haechan tetap tidak kunjung mereda. Yang ada malah semakin kencang. Bahkan bayi beruang itu sudah mulai terbatuk-batuk.

"Baby ga capek nangis terus? Ayo cerita sama nana, apa yang membuat bayi beruang nana ini menangis terus hm?"

Haechan tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepalanya pelan sebagai respon. Pipi bulatnya yang sudah terlihat memerah itu ia sandarkan pada bahu jaemin kemudian mendusal di sana sembari tersedu-sedu.

Jaemin menghela nafas sejenak, ia sudah tidak tahu bagaimana lagi mahu membujuk si bayi supaya menghentikan tangisannya.

Bahkan jaemin sudah mencoba menyogok bayi beruang itu dengan semua jenis makanan favoritnya, namun semuanya ditolak.

"hiks noo!" Protes haechan dengan kaki mungilnya yang ia ayunkan dengan acak ketika jaemin terlihat berjalan menuju kasur rawatnya.

Gerakan haechan membuat jaemin sedikit kewalahan. Jadi dengan sigap ia mletakkan satu tangannya pada punggung kecil haechan, berjaga-jaga supaya bayi beruang itu tidak terjengkang kebelakang nantinya.

Jaemin memilih membatalkan niatnya yang ingin duduk tadi lalu kembali menimang-nimang tubuh mungil haechan yang kini semakin mengencangkan tangisannya.

"Iya baby iyaa. Maafin nana hm? Sstt ssttt~" Tangan kekar itu dengan setia menepuk-nepuk pelan punggung haechan. Mulutnya juga tidak berhenti membisikkan kata-kata penenang, berusaha meredakan tangisan haechan.

Haechan terlihat menelusupkan wajah basahnya pada ceruk leher jaemin. Ia sebenarnya sudah capek menangis sedari tadi, tetapi air matanya yang tidak mau berhenti mengalir.

Tambahan pula ingatan mengenai mimpi buruknya tadi masih terngiang-ngiang dengan jelas di dalam kepalanya.

Ini pertama kali baginya mendapatkan mimpi buruk seperti ini, mimpi yang penuh dengan darah dan adegan perbantaian.

"hiks daddy.. mau daddy hiks mae~" Racau si bayi tanpa sedar dengan mata sembabnya yang terpejam kuat.

Jaemin yang mendengar racauan si bayi langsung berjalan mendekat pada sofa yang terletak di sudut ruangan.

Tanpa aba-aba pemuda itu langsung menendang kuat bahagian samping sofa, membuat jisung yang sedang tertidur di atasnya seketika terduduk kaget.

"Cepat bangun. Telpon daddy dan yang lainnya supaya ke sini. Dasar kebo."

Jisung menggaruk bahagian belakang kepalanya dengan linglung. Sisa kesedarannya masih belum terkumpul sepenuhnya.

Our PriorityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang