Pagi ini, hujan lebat terlihat membasahi bandar Seoul. Suara nyaring dari gentur guruh juga terdengar menggelegar semenjak hujan mulai turun, membuat si bayi yang sedari tadi sedang duduk di dekat jendela besar ruang tamu itu sesekali tersentak kaget.
Kedua hewan buas kesayangannya yang ia panggil kucing besar itu juga terlihat mendudukkan diri mereka dengan nyaman di dekat kaki mungil si bayi.
"hujan.. deras sekali..." Gumam si bayi sembari menempelkan telapak tangan mungilnya pada jendela. Sementara mata bulat nan jernih itu sedari tadi menatap dengan penasaran pada kawasan halaman mansion yang dibasahi rintikan hujan.
Manakala Mark dan Renjun yang sedang duduk di sofa ruang tamu sedari tadi terlihat tidak melepaskan pandangan mereka pada haechan walaupun sejenak. Memantau segala pergerakan kecil si bayi dari jauh dengan tangan yang bersedekap dada.
Haechan menoleh, menatap Mark dan Renjun dengan tatapan polosnya sejenak. Ia lalu bergerak bangkit dari duduknya kemudian langsung berlari kecil menghampiri kedua pemuda jung itu
"hyungie! ayo keluar!!" Pekik si bayi antusias sembari meraih tangan kedua pemuda jung itu lalu berusaha menariknya supaya sang empu berdiri yang sama sekali tidak membuahkan hasil.
Mark dan Renjun seketika mengernyitkan kening mereka bingung. Keluar? Keluar ke mana? Bukannya di luar sedang hujan deras?
"Mau keluar ke mana hm?" Tanya Mark lembut seraya menarik pelan tangan mungil si bayi, membuat tubuh kecil itu seketika terduduk di tengah tengah dirinya dan Renjun.
Haechan yang tangannya ditarik kembali oleh Mark langsung mengerucutkan bibirnya kesal. Padahal ia sudah menggunakan seluruh kekuatannya untuk menarik kedua pemuda itu supaya berdiri. Tetapi malah dirinya yang ditarik sehingga duduk.
Renjun yang melihat itu terkekeh gemas. Ia lalu mengusap sayang surai halus si bayi sembari ikut bertanya.
"Emang haechanie mau ke mana hm? Bukannya di luar sedang hujan deras? Nanti sakit loh." Haechan yang mendengar itu seketika menunduk dengan bibir yang sudah mencebik sedih.
"echan mau main hujan di luar.. ndak boleh?" Cicit si bayi pelan sembari memainkan jemari panjang Mark untuk melampiaskan rasa gugupnya.
Mark dan Renjun bertatapan sejenak, seolah sedang berbagi jawapan yang sesuai buat permintaan si bayi yang terlalu tiba-tiba. Mark lalu menghela nafas sejenak sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada haechan.
"Kenapa tiba-tiba sekali mau main hujan hm? Chanie tau kan, kalo main hujan tuh bisa sakit." Ujar Mark lembut seraya menggenggam tangan mungil haechan yang sedang memainkan jemari panjangnya.
"t-tapi shinchan juga main hujan.. ndak sakit kok.." Rengek si bayi seraya mendongak untuk menatap Mark dengan puppy eyes nya, membuat si sulung Jung itu seketika memejamkan matanya lalu menoleh ke arah lain.
Renjun yang melihat itu hanya bisa menghela nafas jengah. Lemah sekali pikirnya. Ia lalu tanpa aba-aba langsung menarik pelan tubuh mungil si bayi supaya duduk di pangkuannya dengan posisi menyamping menghadap Mark.
"Emang chanie mau sakit lagi hm? Sariawannya masih belum sepenuhnya sembuh bukan? Kalo demam, nanti makin parah loh." Ujar Renjun lembut, namun masih terselit sedikit nada intimidasinya yang membuat haechan seketika mencebikkan bibirnya kembali.
"jadi ndak boleh?" Cicit si bayi sedih sembari menundukkan kepalanya.
"Hm, tidak boleh. Nanti hyung belikan chanie strawberry saja ya? Kita mam bareng, oke?" Haechan hanya menganggukkan kepalanya dengan lesu atas ucapan Mark.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Priority
RomanceLee Haechan, bocah imut nan polos yang menjadi priority keenam anak-anak Jung. Apapun akan mereka lakukan jika itu dapat membuat bayi beruang mereka bahagia, bahkan jika mereka harus membunuh sekalipun. . . . SLOW UPDATE ʘ̥﹏ʘ - Lapak haechan harem...